Langkah-Langkah
Pokok Asesmen Penilaian
|
Asesmen merupakan proses menghimpun atau mengumpulkan informasi yang akan
dipergunakan untuk membuat keputusan tertentu di bidang pendidikan. Oleh karena
itulah kita harus memfokuskan kegiatan-kegiatan asesmen yang kita lakukan pada
informasi yang kita perlukan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan kita
buat. Hal ini juga berarti bahwa kita harus memahami berbagai langkah yang
harus dilakukan, mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dan prosedur
asesmen yang tepat.
Topik-topik dalam makalah ini, yaitu: Langkah-langkah Pokok Asesmen
Pembelajaran, Teknik Tes, dan Teknik Non Tes. Pembahasan topik-topik ini
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan.
Diharapkan setelah kita memahami paparan dari makalah ini kita dapat
menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran, menjelaskan instrumen
asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah,
dan menjelaskan proses dan prosedur yang ada dan dilakukan di lapangan,
sehingga kita dapat menggunakannya saat kita telah menjadi guru di sekolah
dasar.
1. Bagaimana
langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran?
2. Bagaimana jenis instrumen asesmen proses dan hasil
belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah?
3. Bagaimana proses
dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan?
|
1. menjelaskan
langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran.
2. menjelaskan jenis
instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di
sekolah.
3. menjelaskan proses
dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan.
1. Dapat menjelaskan
langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran.
2. Dapat menjelaskan
jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan
dikembangkan di sekolah.
3. Dapat menjelaskan
proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan.
Penulisan
makalah ini menggunakan metode
pustaka dan jelajah internet.
|
Dalam
merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, Anda perlu melakukan
setidaknya enam hal, yaitu:
1)
Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi, termasuk merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya
asesmen. Hal ini perlu dilakukan agar
arah proses asesmen jelas.
2)
Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah
aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
3)
Memilih dan menentukan teknik yang akan
digunakan. Anda bisa menentukan apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non
tes. Dari sejumlah teknik tes atau non tes yang ada, Anda juga masih harus menentukan
mana yang akan digunakan dengan memperhatikan ciri-ciri dari masing-masing teknik
serta memahami beberapa kelebihan dan kekurangannya.
4)
Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang
mungkin digunakan adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check
list), rating scale, panduan
wawancara, dan lain-lain.
Di dalam memilih instrumen yang akan digunakan Anda harus
menyesuaikan dengan satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan. Termasuk di
dalam langkah ini adalah membuat petunjuk yang akan dicantumkan pada lembar
asesmen, meliputi:
|
Ø tujuan
diadakannya asesmen.
Ø waktu yang
disediakan untuk menyelesaikan.
Ø dasar yang
digunakan untuk memberikan jawaban (misalnymemilih jawaban yang benar ataukah
yang terbaik?).
Ø prosedur menulis
jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.).
Ø akibat yang
diterima jika guessing (menebak).
5)
Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan
kata lain Anda harus memutuskan tolok
ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam
menginterpretasi data hasil evaluasi. Misalnya saja, apakah Anda akan menggunakan Penilaian
Beracuan Patokan (PAP) ataukah menggunakan Penilaian Beracuan Kelompok atau
Norma (PAN).
6)
Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen
atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).
7)
Mereviu tugas-tugas asesmen
Setelah Anda menyusun tugas asesmen,
seyogyanya Anda meminta bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum
mencantumkannya pada instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda
akan mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur
kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan
seterusnya.
Dalam kegiatan
ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes
atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atau
angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating
scale, check list, interview guide atau angket.
Ketika melakukan
asesmen prestasi peserta didik, para guru harus memahami situasi
dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan
nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus memonitor
jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Verifikasi data
perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang “baik” (yakni data yang
akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari
data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didik).
Tujuan dari langkah ini
adalah memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut
bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non
statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan
jenis data.
Kegiatan ini pada dasarnya
merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung pada data yang
telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja
harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk
mengingatkan para guru, sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian
waktunya untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan
ringkasan dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki
instrumen, sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada
tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan
disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari
siswa juga telah berubah.
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis,
dan disimpulkan maka sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan
kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan
demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa banyak
manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan. Senada dengan Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional (2006) menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian, guru seharusnya menggunakan langkah-langkah
sistematis sebagai berikut.
Rumusan
indikator pencapaian tidak ada di dalam standar isi (SI). Oleh karena itu, pada
saat mengembangkan silabus yang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan penilaian, guru diharuskan merumuskan indikator
pencapaian keberhasilan penguasaan kompetensi dasar (KD) dengan
kriteria:
Ø
sesuai tingkat
perkembangan berpikir peserta didik;
Ø
berkaitan dengan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD);
Ø
memperhatikan aspek
manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills);
harus dapat menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik secara utuh
Ø
(meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor);
Ø
memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan;
Ø
dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat
diamati;
Ø
menggunakan kata kerja operasional.
Indikator pada hakikatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri,
pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu
kompetensi dasar. Oleh karena itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan,
menghitung, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan,
mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan.
Yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar adalah guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan
setiap peserta didik, bahkan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Anda
bisa mengembangkan setiap kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator
pencapaian hasil belajar. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator yang Anda buat itulah pencapaian
hasil belajar dari setiap kompetensi dasar yang digunakan untuk melakukan
penilaian.
Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi
pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan indikator
pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrumen
yang digunakan.
Di bawah ini ada beberapa contoh format kisi-kisi penilaian
menurut Badan
Standar Nasional Pendidikan:
Format kisi-kisi penilaian yang menyatu
dengan silabus.
Contoh
1:
Silabus
Pembelajaran
Standar Kompetensi : ..........................................
|
Kompetensi dasar
|
Materi pokok/ materi
pembelajaran
|
Kegiatan
pembelajaran
|
Indikator
Pencapaian
|
Penilaian
|
Alokasi
waktu
|
Sumber
belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh
2:
Silabus
Pembelajaran
Sekolah : ...............................
Mata Pelajaran :
...............................
Kelas/Semester : ................................
Standar Kompetensi : ...............................
|
Kompetensi dasar
|
Materi pokok/ materi
pembelajaran
|
Kegiatan
pembelajaran
|
Indikator
Pencapaian
|
Penilaian
|
Alokasi
waktu
|
Sumber
belajar
|
|
|
Tekhnik
Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perencanaan penilaian
yang sudah dilengkapi dengan contoh instrumen disajikan secara menyatu dengan RPP. Berikut ini adalah
contoh kisi-kisi penilaian yang sudah menyatu dengan RPP.
Format kisi-kisi penilaian yang menyatu
dengan RPP
Contoh
3.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah :
..................................
Mata Pelajaran :
..............................
Kelas/Semester :
.............................
Alokasi Waktu : … jam pelajaran (.xpertemuan)
A.
SK:
...............................................................................
B.
KD:
................................................................................
C.
Materi Pembelajaran : ..................................
D.
Model/Metode Pembelajaran : ...............................
E.
Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1: .............................................
Pertemuan 2:
............................................. dst.
F.
Sumber Belajar
G.
Penilaian
|
Indikator Pencapaian
|
Tekhnik penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
|
|
|
|
Seringkali
terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa melakukan
pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan asesmen dan kenapa dia memilih pola
asesmen tertentu. Umumnya guru menguji siswa agar dapat memperoleh
skor yang diyakininya menunjukkan
tingkat performa akademik siswa. Dan memang, kebutuhan untuk memberikan
nilai terhadap siswa itulah yang menjadi pendorong utama bagi para guru
untuk melakukan asesmen terhadap siswa.
Sebenarnya ada
sejumlah alasan yang cukup penting yang bisa mendorong seorang guru
untuk menyusun dan menggunakan berbagai instrumen asesmen. Misalnya, guru
dapat menggunakan hasil asesmen pada saat mengajar untuk mengidentifikasi
aspek-aspek kesulitan siswa (misalnya materi atau kecakapan tertentu) di
dalam pembelajaran sehingga guru tersebut bisa memberikan pembelajaran
tambahan secara lebih efektif. Fungsi lain dari asesmen pembelajaran adalah membantu
guru lebih memahami apa yang sebenarnya menjadi sasaran akhir pembelajaran,
karena prosedur asesmen yang disusun dengan benar akan mengoperasionalkan
sasaran pembelajaran secara konkrit.
Jika Anda hendak menghimpun
informasi mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai
peserta didik, Anda akan dihadapkan pada berbagai teknik baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.
Mengingat banyaknya strategi, teknik, maupun prosedur asesmen yang ada, maka
Anda perlu mengetahui beberapa prinsip yang
bisa dijadikan pedoman dalam memilih dan menggunakan asesmen pembelajaran secara bermakna:
Sebelum Anda dapat melakukan asesmen terhadap seorang
siswa, Anda harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan (knowledge),
kecakapan/keterampilan (skills), dan
unjuk kerja (performance), karena informasi yang hendak Anda
kumpulkan terkait dengan ketiga aspek tersebut. Pengetahuan,
keterampilan/kecakapan, dan unjuk kerja yang akan dipelajari atau dilakukan
peserta didik kadang-kadang disebut sebagai sasaran pembelajaran (learning
targets) atau standar pembelajaran (learning standards). Oleh
karena itu semakin jelas sasaran pembelajaran yang akan kita capai, maka akan
semakin baik pula proses pemilihan teknik asesmen yang tepat.
Apakah Anda sebagai guru ingin menilai bagaimana siswa
memecahkan masalah dalam pembelajaran bidang studi tertentu? Atau Anda hendak
menilai bagaimana siswa menyampaikan pendapatnya dan bagaimana menanggapi pendapat
temannya di dalam sebuah diskusi? Bila itu yang hendak Anda lakukan, berarti
Anda akan melakukan asesmen terhadap suatu proses. Hal tersebut harus
dipertimbangkan ketika Anda hendak melakukan proses asesmen, sehingga teknik
asesmen yang dipilih bisa sepraktis dan seefisien mungkin, kendati aspek
kepraktisan dan efisiensi tidak boleh menjadi pertimbangan utama dan
mengalahkan aspek lainnya.
Pemilihan alat asesmen yang tepat tidak hanya mampu
membantu kita untuk memperoleh data atau informasi mengenai suatu proses
dan hasil belajar, namun juga akan sangat
bermakna bagi peserta didik. Alat asesmen yang tepat akan
memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga sejak awal mereka bisa mengetahui berbagai kegiatan konkrit yang
harus mereka lakukan di dalam proses pembelajaran.
Teknik-teknik asesmen yang dipilih juga harus memberi kesempatan
kepada
pembelajar untuk menentukan secara khusus apa yang telah dicapainya dan apa yang harus
mereka lakukan untuk memperbaiki unjuk kerja (performance)
mereka. Oleh karena itu, Anda harus bisa memilih metode asesmen yang memungkinkan
Anda dapat memberikan umpan balik yang bermakna terhadap pembelajar.
Salah satu format asesmen (seperti pertanyaan dengan
jawaban singkat atau latihan mencarikan pasangan atau matching exercises)
memberikan gambaran yang tidak lengkap mengenai apa yang telah dipelajari oleh
siswa. Karena suatu format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada satu
aspek dari sasaran pembelajaran yang kompleks, maka yang terjadi biasanya
format asesmen tersebut tidak bisa
menjangkau sasaran pembelajaran yang hendak dicapai secara utuh.
Oleh karena itulah, jika Anda dapat memperoleh informasi
mengenai prestasi siswa dari beberapa
metode atau prosedur, maka hal itu biasanya akan meningkatkan validitas asesmen
yang Anda lakukan. Latihan-latihan yang meminta siswa untuk menjodohkan (matching
exercises), misalnya, memberikan penekanan pada upaya mengingat kembali atau
mengenali informasi yang bersifat faktual; pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab dalam bentuk esai (essay) memberikan penekanan pada kemampuan
siswa untuk mengorganisasi ide dan kecakapan menulis dengan batasan waktu
tertentu (time limits); dan sebuah proyek yang lamanya sekitar satu
bulan memberi penekanan pada penggunaan secara bebas terutama sumber daya (resources),
penelitian, dan analisis yang lebih mendalam mengenai topik tertentu. Ketiga
teknik asesmen tersebut bisa diperlukan untuk memastikan sejauh mana siswa
telah mencapai sasaran pembelajaran tertentu.
Meskipun kita menggunakan beberapa jenis asesmen, informasi
yang kita peroleh sebenarnya hanyalah sebagian saja dari apa yang telah dicapai
oleh pembelajar dari sasaran
pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa
informasi yang diperoleh dari proses asesmen memiliki kesalahan atau sampling
error. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi
siswa juga membatasi tingkat akurasi informasi yang kita peroleh. Oleh karena
itulah ketika membuat keputusan yang didasarkan pada informasi hasil asesmen,
sejumlah kelemahan atau keterbatasan yang ada harus tetap diperhitungkan.
Senada dengan penjelasan di atas, ada beberapa pakar
menyebutkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki prosedur asesmen dan
penting untuk dipertimbangkan manakala Anda hendak menentukan desain asesmen
dan pemilihan prosedur asesmen yang tepat adalah:
Ø sesuai dengan
tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan memberikan hasil yang
berguna.
Ø memiliki
kualitas teknik yang baik, artinya secara statistik valid dan reliable
Ø komprehensif,
mengukur seluruh skills yang terkait.
Ø dipilih
berdasarkan kebutuhan siswa secara
individu. Asesmen yang tidak diperlukan harus dihindari.
Ø efektif dan
efisien (pelaksanaan, penskoran, dan interpretasi).
Ø asesmen yang
bersifat khusus dan lebih mendalam hanya
dilakukan untuk permasalahan yang telah teridentifikasi.
Ø mencakup asesmen
tentang dimensi utama: siswa, tugas belajar, dan lingkungan belajar.
Ø mengukur
seberapa jauh siswa mengetahui dan bagaimana siswa mengerjakan tugas.
Ø disusun dari
yang umum ke yang khusus dan saling terkait.
Ø prosedur tidak
boleh membeda-bedakan atas dasar ras, jenis kelamin, bahasa, agama, dsb.
Anda semua pasti telah mengikuti
pendidikan dengan jenjang yang berbeda, setidaknya mulai pendidikan
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.
Dari pengamatan dan pengalaman Anda
selama mengikuti pendidikan di beberapa jenjang yang berbeda.
Setelah mengkaji beberapa
bahasan
terhadulu, tentunya Anda sudah paham bahwa asesmen yang Anda lakukan
sangat
tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu prosedur
asesmen
yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak akan berbeda dengan asesmen
yang
dilakukan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar
dilakukan dengan cara:
a)
Melakukan observasi atau pengamatan terhadap
berbagai kegiatan praktik dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal.
b)
Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya
jawab secara langsung dengan anak.
c)
Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung maupun menulis.
d)
Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun
oleh guru) maupun yang formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991)
Sementara itu, menurut Duncan dan Dunn (1985), sebagaimana dikutip
oleh Conner (1991), fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah:
a)
pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep,
dan prinsip.
b)
kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke
dalam situasi baru.
c)
kemampuan berkomunikasi.
d)
kemampuan memecahkan masalah.
e)
pengembangan sikap (Duncan dan Dunn, 1985).
Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di sekolah dasar
adalah sebagai berikut.
Yang dilakukan oleh siswa:
a)
kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam,
melengkapi kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka),
b)
kegiatan menggambar (benda, diagram, peta),
c)
kegiatan lisan dan aural (menggunakan
indera pendengaran),
d)
kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan
pemahaman dengan melakukan sesuatu),
e)
kegiatan evaluasi diri (profil).
Yang dilakukan oleh guru:
a)
asesmen informal
sebagai bagian dari rutinitas di kelas (menulis uraian, mendengarkan,
bercakap-cakap, melakukan diskusi)
b)
asesmen formal melalui
tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang dipublikasikan, inventori, skala
rating (rating scale) dan checklist,
c)
observasi atau
pengamatan.
Dari berbagai penjelasan
mengenai asesmen pembelajaran, jelas sekali bahwa asesmen tidak
bisa dianggap sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan terpisah. Asesmen merupakan unsur penting dari proses
belajar mengajar dan memberikan kontribusi
terhadap efektivitas. Asesmen merupakan sebuah proses yang terus dilakukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pengalaman pendidikan secara
keseluruhan bagi anak. Kemajuan akan terus terjadi jika pemilihan pengalaman belajar dan cara memonitor berbagai
pengalaman siswa itu dilakukan dengan cermat
dan tepat. Sebagaimana dikatakan oleh Ainscow (1988) bahwa asesmen harus merupakan proses yang berkelanjutan
dalam mengumpulkan dan mereview informasi
untuk membantu siswa berhasil di kelas.
Karena telah menjadi kegiatan
yang terus dilakukan dan terintegrasi dengan proses
belajar mengajar maka bentuk dan metode asesmen harus dibuat bervariasi sesuai dengan kegiatan siswa dan jenis informasi yang
hendak diperoleh. Asesmen terhadap siswa bukanlah
pernyataan tentang kemampuan absolute atau mutlak siswa, melainkan pernyataan mengenai prestasi siswa dalam
kerangka kesempatan yang telah diterimanya.
Oleh karena pada tingkat tertentu asesmen terhadap siswa juga merupakan asesmen terhadap guru dan asesmen terhadap
sekolah (Calouste Gulbenkian Report, 1982).
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling
utama karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci
untuk memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber
belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin
beraneka ragam (seperti televisi, radio, situs
bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam
upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber
bacaan semakin diperlukan ketika seseorang menempuh
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal
inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi kemampuan membaca peserta didik.
Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil
tes membaca dan aspek prestasi akademik lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan
secara kelompok.
Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya
dilakukan bersama-sama dengan tes bakat akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan
setiap tahun. Namun demikian, jika dengan pertimbangan tertentu hanya dapat dilakukan
sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik yang duduk
di kelas tiga atau kelas empat, sehingga hasil dari tes tersebut bisa dijadikan
dasar untuk merencanakan program pengajaran individual yang memerlukan
pengajaran remedial.
Anda yang sedang mengajar di Sekolah Dasar kelas satu
biasanya memerlukan
panduan terutama ketika hendak membentuk kelompok belajar membaca dan menilai kemajuan siswa. Nah, tes kesiapan
membaca ini merupakan bagian dari panduan tersebut.
Upaya untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum
seringkali dilakukan dengan melakukan tes kelompok. Namun demikian, tidak
jarang hasil tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara individual juga
diperlukan, terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait
dengan kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan
permasalahan yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes
intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang
tepat.
Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai
dengan kurikulum sekolah, sehingga tes ini mendapat tempat yang pertama di
antara berbagai jenis tes yang ada dan digunakan di sekolah-sekolah. Namun
demikian, tes prestasi ini masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya
terkait dengan kegunaannya untuk membantu guru membuat keputusan instruksional
dalam menilai kurikulum sekolah. Oleh karena itulah penggunaan tes-tes lainnya
sangat dianjurkan untuk melengkapi penggunaan tes hasil belajar ini.
Tes diagnostik dan tes klistis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang digunakan
sebagai pelengkap. Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk mempelajari peserta
didik secara individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain yang kadang-kadang
juga digunakan di sekolah, yakni tes kepribadian. Namun demikian, tes ini
kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang diperolehnya
bersifat semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan
inventori.
Dengan teknik non tes, asesmen atau
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan
observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
Ciri-ciri:
Ø
Dilakukan untuk
mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati
(observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social
skills).
Ø
Hasilnya biasanya
berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas, yang sering disajikan
dalam bentuk grafik.
Tentunya Anda setuju bahwa bagaimanapun juga informasi yang
kita peroleh
mengenai proses belajar siswa tidak sempurna. Ada keterbatasan dari informasi yang diberikan siswa melalui tes, komposisi,
proyek, maupun portofolio yang dikerjakan siswa. Memang, jawaban yang
diberikan siswa pada suatu tes maupun
tugas-tugas lainnya dapat memberikan informasi kepada Anda sebagai
guru apakah jawaban yang dibuat siswa benar atau tidak. Namun demikian, jawaban siswa tersebut tidak memberi
informasi apa-apa mengenai sikap, bagaimana mereka melakukan penalaran,
seperti apakah komitmen mereka terhadap keberhasilan teman sekelasnya atau
sejauh mana mereka dapat bekerja secara
efektif dengan teman-temannya. Oleh karena itulah
mengamati para siswa ketika mereka sedang beraktivitas atau menjawab soal-soal yang Anda berikan merupakan salah satu prosedur
yang sangat penting.
Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan observasi sebagai
alat asesmen, maka Anda harus benar-benar
memahami tentang:
ü
dasar-dasar observasi.
ü
bagaimana
mempersiapkan observasi.
ü
bagaimana melakukan
observasi.
ü
bagaimana merangkum
data sehingga bisa digunakan oleh para siswa
dan para stakeholder lain.
Yang termasuk di
dalam kegiatan mempersiapkan observasi adalah:
ü menentukan
kegiatan atau tindakan (actions) apa yang akan diobservasi.
ü menentukan siapa
yang akan mengobservasi.
ü menentukan
rencana sampling.
ü menyusun lembar
observasi.
ü melatih
pihak-pihak yang akan melakukan observasi atau observer dalam menggunakan lembar
observasi.
Observasi bisa
dilakukan secara formal ataupun informal, terstruktur (structured) maupun tidak
terstruktur (unstructured). Ketika meringkas hasil, Anda bisa menampilkan
data dalam bentuk bar atau run charts. Kemudian umpan balik diberikan kepada para
siswa atau pihak-pihak yang berkepentingan. Diharapkan pihak penerima
umpan balik tersebut melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk
perbaikan.
Salah satu
tujuan utama dari sejumlah prosedur observasi adalah menilai
penggunaan kecakapan sosial (social skills) yang memiliki beberapa langkah sebagai berikut:
Pertama, Anda perlu mereviu
asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran social skills yang hendak
Anda ajarkan. Untuk itu Anda pun harus memahami social skills apa yang
hendak diajarkan dan bagaimana pula mengajarkannya. Yang jelas social
skills tersebut haruslah spesifik dan dimulai dari hal-hal yang kecil dan menekankan overlearning
atau belajar tentang banyak hal.
Kedua, Anda perlu
mengajarkan setiap social skill kepada para siswa. Tunjukkan pentingnya
keterampilan yang akan mereka pelajari dan perlunya memiliki keterampilan
tersebut. Ciptakan situasi praktik di mana para siswa dapat menggunakan keterampilan
itu. Jangan lupa memberi umpan balik (feedback).
Ketiga, Anda perlu
menstrukturkan situasi cooperative learning sehingga para siswa dapat
menggunakan social skills dan Anda pun dapat mengobservasi saat mereka
tengah menggunakannya.
Keempat, Anda dapat
ikut terlibat di dalam kelompok-kelompok cooperative learning groups
untuk memastikan bahwa para anggota kelompok memang menggunakan social
skills dengan tepat dan Anda pun dapat memberi penguatan kepada mereka
untuk melakukannya.
Kelima, Anda perlu
memfasilitasi siswa untuk melakukan diagnose terhadap dirinya sendiri (self-diagnosis)
terkait dengan tingkat penguasaan (mastery) mereka terhadap social
skills yang hendak dicapai. Untuk itu para siswa bisa diminta untuk mengisi
checklist atau angket.
Keenam, Anda bisa menugasi para siswa untuk
meningkatkan kompetensisosial mereka dengan meminta mereka membuat tujuan
kegiatan peningkatan.
Ketujuh, Anda
melakukan asesmen terhadap pengetahuan siswa mengenai social skills.
Akhirnya, Anda dapat
melaporkan tingkat social skills
siswa kepada para stakeholders yang berkepentingan seperti siswa, orang
tua, dan atasan Anda.
Sebagaimana telah banyak dibahas
di kelompok lain, asesmen bisa dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar.
Namun demikian, asesmen terhadap proses
kurang begitu dipahami oleh sebagian dari mereka yang berkecimpung di dunia
pendidikan. Oleh karena unit ini memberi perhatian yang lebih besar
mengenai prosedur asesmen proses belajar.
Sebenarnya observasi merupakan proses yang alami karena kita semua sering melakukannya baik secara sadar maupun tidak sadar di
dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru
seringkali harus melihat, mengamati dan melakukan
interpretasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita melakukan asesmen terhadap orang lain. Pentingnya kegiatan
observasi di dalam kegiatan asesmen membuat guru harus
belajar mempertanyakan judgement atau penilaian kita,
bertindak secara reflektif dan menggunakan komentar orang
lain sebagai informasi untuk membantu kita membuat judgement yang lebih reliabel, jadi bukan
menggunakan komentar orang lain sebagai kritik
yang sifatnya personal.
Dalam kehidupan sehari-hari judgement yang kita buat tidak
selalu akurat terutama jika informasi atau bukti yang
kita miliki tidak cukup. Namun sebagai guru yang
profesional Anda harus mempunyai cukup informasi sebagai dasar bagi Anda untuk membuat judgement. Oleh karena itu
para guru harus terus mengembangkan
praktik membuat judgement
dalam kegiatan di kelas seharihari sehingga judgement yang dibuat bisa seabsah mungkin (Dean, 1990).
Jenis-jenis Observasi
v
Focused
Observation (Observasi Terfokus)
Dalam hal ini tidak ada kategori-kategori yang harus
diikuti. Misalnya saja mengamati seorang anak secara individu, atau interaksi
anak di dalam kelompok terutama kegiatan 'on-task'.
Menentukan
Fokus Observasi
Mungkin sebuah pertanyaan muncul di benak Anda. Apa yang
harus diobservasi? Memang banyak sekali kejadian di dalam kelas yang membuat guru
harus benar-benar selektif terkait dengan apa yang harus dicatat. Pada dasarnya observasi dalam hal ini bisa dikelompokkan
menjadi dua: observasi yang terencana atau yang spontan. Observasi yang
terencana harus difokuskan pada aspek pembelajaran yang telah ditentukan
sebelumnya. Apa aspek yang akan dijadikan
fokus, Anda sebagai guru bisa bertanya pada diri sendiri. Apa yang ingin saya
ketahui tentang proses belajar siswa? Apa saja yang ingin diketahui para stakeholder?
Kurikulum bisa dijadikan dasar untuk memilih sejumlah kata
kunciyang dapat dijadikan fokus observasi. Untuk pengajaran bahasa, misalnya, salah
satu tujuan pembelajaran adalah siswa bisa membaca secara mandiri dengan
memilih beberapa strategi dan proses yang tepat. Dalam hal ini guru menggunakan
mandiri sebagai kata kunci yang menjadi fokus observasinya.
v
Systematic
Observation (Observasi Sistematik)
Sebelum proses observasi, sejumlah kategori telah
diidentifikasi dan difokuskan pada perilaku tertentu. Mengumpulkan informasi
atau data dengan melakukan observasi kelas bukanlah pekerjaan mudah. Apa yang
terjadi di kelas sangatlah dinamis karena ada banyak siswa dengan berbagai
kegiatannya, sehingga selain merekam apa yang terjadi di kelas, Anda sebagai
guru juga mempunyai banyak tanggung jawab yang harus dilakukan. Oleh karena
itulah ada dua hal yang harus diperhatikan dalam proses yaitu:
Bagaimana cara melakukan observasi yang efisien?
Faktor-faktor apa yang harus dijadikan fokus di dalam
evaluasi?
v
Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
Banyak dari upaya untuk melakukan observasi di kelas
termasuk dalam jenis ini. Observasi ini memberi kesempatan untuk melihat dan
mengamati apa yang sedang terjadi. Contoh
observasi terbuka adalah manakala seorang guru mengamati bagaimana anak-anak
berpindah-pindah mengelilingi ruangan, bagaimana mereka menggunakan berbagai
fasilitas yang ada, apa yang menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu
kelancaran belajar mereka. Kemudian guru
tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang beserta perabotannya, dan
bersama anak-anak membuat model penataan alternatif atau layout yang
memungkinkan, sambil mencoba beberapa kemungkinan. Selanjutnya guru memusatkan perhatiannya
pada beberapa efek dari sejumlah perubahan yang dilakukannya, termasuk
keberhasilan dia melibatkan anak-anak dalam observasi tersebut. Ternyata hal
tersebut memberi mereka banyak informasi.
Ciri-ciri:
Ø
Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.
Melakukan asesmen dengan cara melakukan interviu tidak bisa
lepas dari proses mengobservasi siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran
(in action). Bahkan keduanya terkait erat. Seperti halnya mengobservasi,
dengan menginterviu siswa Anda dapat mengungkap apa yang tidak tampak. Oleh
karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin lama semakin mendetil
terkait dengan proses dan strategi penalaran yang digunakan.
Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan
fleksibel sehingga sangat memungkinkan Anda sebagai guru membangun hubungan yang
positif, saling percaya, dan saling mendukung dengan setiap siswa tanpa terikat
dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan sejumlah pertanyaan baik kepada
seorang siswa ataupun sejumlah siswa sebelum, selama, dan setelah pelajaran
baik untuk tujuan asesmen maupun untuk tujuan pembelajaran.
Beberapa pedoman dan langkah ketika Anda ingin melakukan
interview kepada siswa adalah sebagai berikut.
ü Rencanakan
pertanyaan, baik dari sisi kata-kata yang dipilih maupun cara bertanya,
sehingga hubungan Anda sebagai guru dengan peserta didik menjadi lebih baik.
ü Atur pertanyaan
Anda sedemikian rupa sehingga tidak membuat siswa bersikap defensif dan Anda
pun bisa memperoleh banyak informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan
dilakukannya interview.
ü Mulailah
interview dengan pertanyaan yang sederhana dan santai. Simpan pertanyaan yang lebih kompleks dan
bersifat ‘menyerang’ di akhir interviu.
ü Mulailah dari
pertanyaan yang umum menuju pertanyaan yang khusus.
ü Buatlah isyarat
non verbal yang sangat berguna untuk memancing siswa agar bersedia memberikan
jawaban lengkap/tuntas.
ü Bersikaplah
tenang. Siswa membutuhkan pendengar yang baik.
ü Berilah cukup
waktu kepada siswa untuk merumuskan apa yang dipikirkannya dan apa yang akan dikatakannya.
Ciri-ciri:
Ø
Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah
diakses dengan cara lain.
Ø
Hasilnya berupa data
deskriptif.
Ø
Biasanya berupa angket
sikap (Attitude Questionnaires).
Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang
sangat penting
perannya bagi anak. Mendapat nilai 100 untuk pelajaran tertentu bagi anak
misalnya, tidak begitu bermakna bila dia membenci
pelajaran tersebut atau bahkan tidak ingin
lagi mempelajarinya. Oleh karena itu
berbagai sikap anak perlu diketahui
karena keberadaannya sangat menentukan di dalam proses pembelajaran.
Beberapa langkah yang perlu Anda lakukan ketika melakukan asesmen terhadap sikap siswa adalah:
ü memutuskan
sikap-sikap yang hendak diukur atau dinilai.
ü menyusun angket
atau kuesioner.
ü memilih ukuran
standar (standardized measure) yang sesuai.
ü memberikan
angket kepada siswa untuk diisi mendekati awal atau akhir dari tiap-tiap unit pembelajaran, atau bisa
juga di sekitar awal atau akhir semester/tahun.
ü menganalisis dan
mengelola data untuk umpan balik bagi para stakeholder yang
berkepentingan.
ü memberikan umpan
balik tepat waktu.
ü menggunakan
hasil untuk membuat keputusan terkait dengan upaya memperbaiki program pembelajaran.
Dalam menyusun
angket Anda bisa menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban terbuka
(seperti mengisi bagian yang kosong atau jawaban bebas) atau jawaban tertutup
(pilihan berganda, skala, dichotomous, ranking, dsb).
Ciri-ciri:
Ø
Digunakan untuk
mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam
pekerjaannya.
Ø
Hasilnya berupa
informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa
berdasarkan jumlah, tipe, pola, dsb.
Ciri-ciri:
Ø
Dipergunakan untuk
menentukan komponen utama dari suatu tugas
dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai.
Ø
Hasilnya berupa daftar
komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
Ciri-ciri:
Ø
Dilakukan untuk
mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan
dengan teknik lain.
Ø
Data yang dihasilkan
bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.
Ciri-ciri:
Ø
Siswa menjabarkan
tugas atau karyanya.
Ø
Memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa
Siswa akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh
banyak pengetahuan
dan pengalaman jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya mereka ke dalam
sebuah portofolio yang merepresentasikan kualitas belajarmereka. Melalui
portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran yangkomprehensif mengenai
prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telahdiraih, karena dari portofolio
akan tampak “pekerjaan terbaik” siswa atau“proses” yang diterapkan di dalam
belajar. Salah satu tugas penting Andasebagai guru adalah membantu mereka
membuat atau menyusun portofolio. Pentingnya
bantuan pihak lain ketika menyusun portofolio membuat portofolio lebih tepat digunakan di dalam pembelajaran yang
menerapkan pendekatan cooperative learning.
Ciri-ciri:
Ø
siswa menulis dan
menyajikan karyanya.
Ø
sering dipakai dengan cooperative
learning.
Setiap orang yang terdidik harus mampu mempresentasikan apa
yang mereka
tahu baik secara tertulis maupun secara lisan. Kedua hal tersebut merupakan kompetensi yang sulit, dan para siswa perlu
menulis dan melakukan presentasi setiap hari agar menjadi penulis dan
penyaji yang cakap. Hal ini tentu saja menimbulkan
permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama di sisi guru, karena Anda harus membaca komposisi satu per
satu, selain juga mendengarkan
semua presentasi satu demi satu disertai dengan memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka. Untuk
itulah penggunaan kelompok cooperative
learning untuk melakukan asesmen performa anggota kelompok tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada
kesempatan yang sama. Kelompok cooperative
learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam unjuk kerja, menerima umpan balik secara langsung dan
mendetil atas segala upaya yang
dilakukan, mengamati dari dekat penampilan teman-temannya untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang.
Ciri-ciri:
Ø
mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan (skill).
Ø
sering digunakan
dengan cooperative learning.
Ø
bisa untuk individu
maupun kelompok.
Salah satu aspek standar pada setiap bidang
studi adalah membuat para siswa kreatif
dan memiliki daya cipta dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills).
Hal ini menjadi sangat penting manakala Anda
sebagai guru ingin menilai multiple intelligences siswa dan kemampuan mereka melakukan berbagai prosedur
yang kompleks di dalam proses pembelajaran. Proyek
memang memungkinkan siswa untuk menggunakan
beraneka macam cara belajar. Dengan
diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok menjadikan proyek benar-benar lebih kompleks dibandingkan
jika siswa melakukan kegiatan belajar sendiri.
|
Dalam melakukan langkah-langkah pokok dalam menilai
asesmen, maka diperlukan langkah sebagai berikut:
1.
Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil
Belajar
2.
Menghimpun Data
3.
Melakukan Verifikasi Data
4.
Mengolah dan Menganalisis Data
5.
Melakukan Penafsiran atau Interprestasi dan
Menarik Kesimpulan
6.
Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
7.
Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Proses asesmen tidak bisa
dipisahkan dengan proses pembelajaran. Bahkan proses
asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya
berbagai keputusan dan kebijakan yang akan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah
sejumlah langkah pokok yang harus benar-benar dipahami agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai.
Indikator pada hakekatnya adalah
ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau
proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Iindikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diukur, seperti:
mengidentifikasi, membedakan, menghitung, menyimpulkan,
dst.
Jenis-Jenis
Observasi ada 3, yaitu:
v
Focused
Observation (Observasi Terfokus)
v
Systematic
Observation (Observasi Sistematik)
v
Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
|
Dengan teknik non tes, asesmen atau
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan
observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan para Mahasiswa dapat mendapatkan ilmu yang
bermanfaat untuk keterampilan profesinya kelak. Serta dapat menambah wawasan
keguruan dalam makalah yang sederhana ini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar