Senin, 11 September 2017

LANGKAL-LANGKAH POKOK ASESMEN PENILAIAN

Langkah-Langkah Pokok Asesmen Penilaian


 
BAB I

Asesmen merupakan proses menghimpun atau mengumpulkan informasi yang akan dipergunakan untuk membuat keputusan tertentu di bidang pendidikan. Oleh karena itulah kita harus memfokuskan kegiatan-kegiatan asesmen yang kita lakukan pada informasi yang kita perlukan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan kita buat. Hal ini juga berarti bahwa kita harus memahami berbagai langkah yang harus dilakukan, mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dan prosedur asesmen yang tepat.
Topik-topik dalam makalah ini, yaitu: Langkah-langkah Pokok Asesmen Pembelajaran, Teknik Tes, dan Teknik Non Tes. Pembahasan topik-topik ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan.
Diharapkan setelah kita memahami paparan dari makalah ini kita dapat menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran, menjelaskan instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah, dan menjelaskan proses dan prosedur yang ada dan dilakukan di lapangan, sehingga kita dapat menggunakannya saat kita telah menjadi guru di sekolah dasar.


1.    Bagaimana langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran?
2.    Bagaimana  jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah?
3.   Bagaimana proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan?


1
 
 

1.    menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran.
2.    menjelaskan jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah.
3.   menjelaskan proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan.

1.    Dapat menjelaskan langkah-langkah pokok asesmen pembelajaran.
2.    Dapat menjelaskan jenis instrumen asesmen proses dan hasil belajar yang berkembang dan dikembangkan di sekolah.
3.   Dapat menjelaskan proses dan prosedur evaluasi yang ada dan dilakukan di lapangan.

Penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka dan jelajah internet.


 
                        
Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, Anda perlu melakukan setidaknya enam hal, yaitu:
1)    Merumuskan tujuan dilakukannya  asesmen atau evaluasi, termasuk  merumuskan tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini perlu  dilakukan agar arah proses asesmen jelas.
2)    Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
3)    Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan. Anda bisa menentukan apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non tes. Dari sejumlah teknik tes atau non tes yang ada, Anda juga masih harus menentukan mana yang akan digunakan dengan memperhatikan ciri-ciri dari masing-masing teknik serta memahami beberapa kelebihan dan kekurangannya.
4)    Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list), rating scale, panduan  wawancara, dan lain-lain.

Di dalam memilih instrumen yang akan digunakan Anda harus menyesuaikan dengan satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan. Termasuk di dalam langkah ini adalah membuat petunjuk yang akan dicantumkan pada lembar asesmen, meliputi:


3
 
 


Ø  tujuan diadakannya asesmen.
Ø  waktu yang disediakan untuk menyelesaikan.
Ø  dasar yang digunakan untuk memberikan jawaban (misalnymemilih jawaban yang benar ataukah yang terbaik?).
Ø  prosedur menulis jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.).
Ø  akibat yang diterima jika guessing (menebak).

5)    Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain Anda harus  memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam menginterpretasi data hasil evaluasi. Misalnya saja,  apakah Anda akan menggunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah menggunakan Penilaian Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).
6)      Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan berapa lama).
7)      Mereviu tugas-tugas asesmen
Setelah Anda menyusun tugas asesmen, seyogyanya Anda meminta bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya pada instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain, Anda akan mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur kalimat yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan seterusnya.


Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau angket.
Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus memonitor jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan  gambaran mengenai peserta didik).

Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah  dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada  mempertimbangkan jenis data.

Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan.  Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.

Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para guru, sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu Anda membutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari siswa juga telah berubah.

Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau perbaikan. Senada dengan Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2006) menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian, guru  seharusnya menggunakan langkah-langkah sistematis sebagai berikut.
Rumusan indikator pencapaian tidak ada di dalam standar isi (SI). Oleh karena itu, pada saat mengembangkan silabus yang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan penilaian, guru diharuskan merumuskan indikator pencapaian  keberhasilan penguasaan kompetensi dasar (KD) dengan kriteria:
Ø  sesuai tingkat perkembangan berpikir peserta didik;
Ø  berkaitan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD);
Ø  memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills);
harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik secara utuh
Ø  (meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor);
Ø  memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan;
Ø  dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati;
Ø  menggunakan kata kerja operasional.

Indikator pada hakikatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Oleh karena itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan.
Yang mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar adalah  guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, bahkan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Anda bisa mengembangkan setiap kompetensi dasar menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator yang Anda buat itulah pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar yang digunakan untuk melakukan penilaian.

Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrumen yang digunakan.
Di bawah ini ada beberapa contoh format kisi-kisi penilaian menurut Badan Standar Nasional Pendidikan:




Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan silabus.
Contoh 1:
Silabus Pembelajaran
Standar Kompetensi :  ..........................................
Kompetensi dasar
Materi pokok/ materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator Pencapaian
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber belajar









Contoh 2:
Silabus Pembelajaran
Sekolah                     :  ...............................
Mata Pelajaran          :  ...............................
Kelas/Semester         : ................................
Standar Kompetensi :  ...............................
Kompetensi dasar
Materi pokok/ materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator Pencapaian
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber belajar
Tekhnik Penilaian
Bentuk Instrumen











Perencanaan penilaian yang sudah dilengkapi dengan contoh instrumen disajikan  secara menyatu dengan RPP. Berikut ini adalah contoh kisi-kisi penilaian yang sudah menyatu dengan RPP.


Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan RPP
Contoh 3.    
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah                        : .................................. 
Mata Pelajaran             :  ..............................
Kelas/Semester            :  ............................. 
Alokasi Waktu            : … jam pelajaran (.xpertemuan)
A.    SK:  ...............................................................................
B.     KD:  ................................................................................ 
C.     Materi Pembelajaran :  ..................................
D.    Model/Metode Pembelajaran :  ...............................  
E.     Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1:  .............................................
Pertemuan 2:  .............................................  dst.
F.    Sumber Belajar
G.   Penilaian
Indikator Pencapaian
Tekhnik penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen







Seringkali terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa melakukan pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan asesmen dan kenapa dia memilih pola asesmen tertentu. Umumnya guru menguji siswa agar dapat memperoleh skor  yang diyakininya menunjukkan tingkat performa akademik siswa. Dan memang, kebutuhan untuk memberikan nilai terhadap siswa itulah yang menjadi pendorong utama bagi para guru untuk melakukan asesmen terhadap siswa.
Sebenarnya ada sejumlah alasan yang cukup penting yang bisa mendorong seorang guru untuk menyusun dan menggunakan berbagai instrumen asesmen. Misalnya, guru dapat menggunakan hasil asesmen pada saat mengajar untuk mengidentifikasi aspek-aspek kesulitan siswa (misalnya materi atau kecakapan tertentu) di dalam pembelajaran sehingga guru tersebut bisa memberikan pembelajaran tambahan secara lebih efektif. Fungsi lain dari asesmen pembelajaran adalah membantu guru lebih memahami apa yang sebenarnya menjadi sasaran akhir pembelajaran, karena prosedur asesmen yang disusun dengan benar akan mengoperasionalkan sasaran pembelajaran secara konkrit.


Jika Anda hendak menghimpun informasi mengenai kemajuan belajar yang  telah dicapai peserta didik, Anda akan dihadapkan pada berbagai teknik baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Mengingat banyaknya  strategi, teknik, maupun prosedur asesmen yang ada, maka Anda perlu mengetahui beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih dan menggunakan asesmen pembelajaran secara bermakna:




Sebelum Anda dapat melakukan asesmen terhadap seorang siswa, Anda harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan (knowledge), kecakapan/keterampilan (skills), dan  unjuk kerja (performance), karena informasi yang hendak Anda kumpulkan terkait dengan ketiga aspek tersebut. Pengetahuan, keterampilan/kecakapan, dan unjuk kerja yang akan dipelajari atau dilakukan peserta didik kadang-kadang disebut sebagai sasaran pembelajaran (learning targets) atau standar pembelajaran (learning standards). Oleh karena itu semakin jelas sasaran pembelajaran yang akan kita capai, maka akan semakin baik pula proses pemilihan teknik asesmen yang tepat.

Apakah Anda sebagai guru ingin menilai bagaimana siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran bidang studi tertentu? Atau Anda hendak menilai bagaimana siswa menyampaikan pendapatnya dan bagaimana menanggapi pendapat temannya di dalam sebuah diskusi? Bila itu yang hendak Anda lakukan, berarti Anda akan melakukan asesmen terhadap suatu proses. Hal tersebut harus dipertimbangkan ketika Anda hendak melakukan proses asesmen, sehingga teknik asesmen yang dipilih bisa sepraktis dan seefisien mungkin, kendati aspek kepraktisan dan efisiensi tidak boleh menjadi pertimbangan utama dan mengalahkan aspek lainnya.

Pemilihan alat asesmen yang tepat tidak hanya mampu membantu kita  untuk memperoleh data atau informasi mengenai suatu proses dan hasil belajar, namun juga akan sangat bermakna bagi peserta didik. Alat asesmen  yang tepat akan memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga sejak awal mereka bisa mengetahui berbagai kegiatan konkrit yang harus mereka  lakukan di dalam proses pembelajaran.
Teknik-teknik asesmen yang dipilih juga harus memberi kesempatan  kepada pembelajar untuk menentukan secara khusus apa yang telah dicapainya  dan apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki unjuk kerja (performance) mereka. Oleh karena itu, Anda harus bisa memilih metode asesmen yang memungkinkan Anda dapat memberikan umpan balik yang bermakna terhadap pembelajar.

Salah satu format asesmen (seperti pertanyaan dengan jawaban singkat atau latihan mencarikan pasangan atau matching exercises) memberikan gambaran yang tidak lengkap mengenai apa yang telah dipelajari oleh siswa. Karena suatu format asesmen cenderung memberi penekanan hanya pada satu aspek dari sasaran pembelajaran yang kompleks, maka yang terjadi biasanya format  asesmen tersebut tidak bisa menjangkau sasaran pembelajaran yang hendak  dicapai secara utuh.
Oleh karena itulah, jika Anda dapat memperoleh informasi mengenai  prestasi siswa dari beberapa metode atau prosedur, maka hal itu biasanya akan meningkatkan validitas asesmen yang Anda lakukan. Latihan-latihan yang meminta siswa untuk menjodohkan (matching exercises), misalnya, memberikan penekanan pada upaya mengingat kembali atau mengenali informasi yang bersifat faktual; pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam bentuk esai (essay) memberikan penekanan pada kemampuan siswa untuk mengorganisasi ide dan kecakapan menulis dengan batasan waktu tertentu (time limits); dan sebuah proyek yang lamanya sekitar satu bulan memberi penekanan pada penggunaan secara bebas terutama sumber daya (resources), penelitian, dan analisis yang lebih mendalam mengenai topik tertentu. Ketiga teknik asesmen tersebut bisa diperlukan untuk memastikan sejauh mana siswa telah mencapai sasaran pembelajaran tertentu.
Meskipun kita menggunakan beberapa jenis asesmen, informasi yang kita peroleh sebenarnya hanyalah sebagian saja dari apa yang telah dicapai oleh  pembelajar dari sasaran pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa informasi yang diperoleh dari proses asesmen memiliki kesalahan atau sampling error. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah  sejumlah faktor seperti kondisi fisik dan emosi siswa juga membatasi tingkat akurasi informasi yang kita peroleh. Oleh karena itulah ketika membuat keputusan yang didasarkan pada informasi hasil asesmen, sejumlah kelemahan atau keterbatasan yang ada harus tetap diperhitungkan.
Senada dengan penjelasan di atas, ada beberapa pakar menyebutkan beberapa karakteristik yang harus dimiliki prosedur asesmen dan penting untuk dipertimbangkan manakala Anda hendak menentukan desain asesmen dan pemilihan prosedur asesmen yang tepat adalah:
Ø sesuai dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan memberikan hasil yang berguna.
Ø memiliki kualitas teknik yang baik, artinya secara statistik valid dan reliable
Ø komprehensif, mengukur seluruh skills yang terkait.
Ø dipilih berdasarkan kebutuhan  siswa secara individu. Asesmen yang tidak diperlukan harus dihindari.
Ø efektif dan efisien (pelaksanaan, penskoran, dan interpretasi).
Ø asesmen yang bersifat  khusus dan lebih mendalam hanya dilakukan untuk permasalahan yang telah teridentifikasi.
Ø mencakup asesmen tentang dimensi utama: siswa, tugas belajar, dan lingkungan belajar.
Ø mengukur seberapa jauh siswa mengetahui dan bagaimana siswa mengerjakan tugas.
Ø disusun dari yang umum ke yang khusus dan saling terkait.
Ø prosedur tidak boleh membeda-bedakan atas dasar ras, jenis kelamin, bahasa, agama, dsb.

Anda semua pasti telah mengikuti pendidikan dengan jenjang yang berbeda, setidaknya mulai pendidikan Sekolah  Dasar hingga Sekolah Menengah. Dari  pengamatan dan pengalaman Anda selama mengikuti pendidikan di beberapa jenjang yang berbeda.
Setelah mengkaji  beberapa bahasan terhadulu, tentunya Anda sudah paham bahwa asesmen yang Anda lakukan sangat tergantung dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu prosedur asesmen yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak akan berbeda dengan asesmen yang dilakukan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi.
Untuk siswa Sekolah Dasar, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan dengan cara:
a)      Melakukan observasi atau pengamatan terhadap berbagai kegiatan praktik dan memecahkan masalah yang dilakukan secara formal.
b)      Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak.
c)      Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung maupun menulis.
d)     Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang formal (Black, et. al., 1989 dalam Conner, 1991)
Sementara itu, menurut Duncan dan Dunn (1985), sebagaimana dikutip oleh Conner (1991), fokus asesmen yang dilakukan di sekolah dasar adalah:
a)      pemerolehan beraneka macam pengetahuan, konsep, dan prinsip.
b)      kemampuan mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi baru.
c)      kemampuan berkomunikasi.
d)     kemampuan memecahkan masalah.
e)      pengembangan sikap (Duncan dan Dunn, 1985).
Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
Yang dilakukan oleh siswa:
a)      kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam, melengkapi kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka),
b)      kegiatan menggambar (benda, diagram, peta),
c)      kegiatan lisan dan aural (menggunakan indera pendengaran),
d)     kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan pemahaman dengan melakukan sesuatu),
e)      kegiatan evaluasi diri (profil).

Yang dilakukan oleh guru:
a)      asesmen informal sebagai bagian dari rutinitas di kelas (menulis uraian, mendengarkan, bercakap-cakap, melakukan diskusi)
b)      asesmen formal melalui tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang dipublikasikan, inventori, skala rating (rating scale) dan checklist,
c)      observasi atau pengamatan.

Dari berbagai penjelasan mengenai asesmen pembelajaran, jelas sekali  bahwa asesmen tidak bisa dianggap sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan terpisah. Asesmen merupakan unsur penting dari proses belajar mengajar dan memberikan kontribusi terhadap efektivitas. Asesmen merupakan sebuah proses yang terus dilakukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman pendidikan secara keseluruhan bagi anak. Kemajuan akan terus terjadi jika pemilihan pengalaman belajar dan cara memonitor berbagai pengalaman siswa itu dilakukan dengan cermat dan tepat. Sebagaimana dikatakan oleh Ainscow (1988) bahwa asesmen harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam mengumpulkan dan mereview informasi untuk membantu siswa berhasil di kelas.
Karena telah menjadi kegiatan yang terus dilakukan dan terintegrasi dengan proses belajar mengajar maka bentuk dan metode asesmen harus dibuat bervariasi sesuai dengan kegiatan siswa dan jenis informasi yang hendak diperoleh. Asesmen terhadap siswa bukanlah pernyataan tentang kemampuan absolute atau mutlak siswa, melainkan pernyataan mengenai prestasi siswa dalam kerangka kesempatan yang telah diterimanya. Oleh karena pada tingkat tertentu asesmen terhadap siswa juga merupakan asesmen terhadap guru dan asesmen terhadap sekolah (Calouste Gulbenkian Report, 1982).


Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama karena kecakapan membaca (reading skill) mempunyai peran kunci untuk memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio, situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan.  Kenyataan menunjukkan bahwa kecakapan membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber bacaan semakin diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi kemampuan membaca peserta didik.

Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca dan aspek prestasi akademik lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan secara kelompok.

Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan tes bakat akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap tahun. Namun demikian, jika dengan pertimbangan tertentu hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik yang duduk di kelas tiga atau kelas empat, sehingga hasil dari tes tersebut bisa dijadikan dasar untuk merencanakan program pengajaran individual yang memerlukan pengajaran remedial.

Anda yang sedang mengajar di Sekolah Dasar kelas satu biasanya  memerlukan panduan terutama ketika hendak membentuk kelompok belajar membaca dan menilai kemajuan siswa. Nah, tes kesiapan membaca ini  merupakan bagian dari panduan tersebut.

Upaya untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum seringkali dilakukan dengan melakukan tes kelompok. Namun demikian, tidak jarang hasil tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara individual juga diperlukan, terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait dengan kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.

Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum sekolah, sehingga tes ini mendapat tempat yang pertama di antara berbagai jenis tes yang ada dan digunakan di sekolah-sekolah. Namun demikian, tes prestasi ini masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan kegunaannya untuk membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai kurikulum sekolah. Oleh karena itulah penggunaan tes-tes lainnya sangat dianjurkan untuk melengkapi penggunaan tes hasil belajar ini.



Tes diagnostik dan tes klistis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang digunakan sebagai pelengkap. Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk mempelajari peserta didik secara individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain yang kadang-kadang juga digunakan di sekolah, yakni tes kepribadian. Namun demikian, tes ini kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang diperolehnya bersifat semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan inventori.


Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji”  peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.

Ciri-ciri:
Ø  Dilakukan untuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa  dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati (observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social skills).
Ø  Hasilnya biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas, yang sering disajikan dalam bentuk grafik.

Tentunya Anda setuju bahwa bagaimanapun juga informasi yang kita  peroleh mengenai proses belajar siswa tidak sempurna. Ada keterbatasan dari informasi yang diberikan siswa melalui tes, komposisi, proyek, maupun  portofolio yang dikerjakan siswa. Memang, jawaban yang diberikan siswa pada suatu tes maupun tugas-tugas lainnya dapat memberikan informasi  kepada Anda sebagai guru apakah jawaban yang dibuat siswa benar atau tidak. Namun demikian, jawaban siswa tersebut tidak memberi informasi apa-apa  mengenai sikap, bagaimana mereka melakukan penalaran, seperti apakah  komitmen mereka terhadap keberhasilan teman sekelasnya atau sejauh mana mereka dapat bekerja secara efektif dengan teman-temannya. Oleh karena itulah mengamati para siswa ketika mereka sedang beraktivitas atau menjawab soal-soal yang Anda berikan merupakan salah satu prosedur yang sangat penting.
Jika Anda sebagai guru ingin menggunakan observasi sebagai alat asesmen, maka Anda harus benar-benar memahami tentang:
ü  dasar-dasar observasi.
ü  bagaimana mempersiapkan observasi.
ü  bagaimana melakukan observasi.
ü  bagaimana merangkum data sehingga bisa digunakan oleh para  siswa dan para stakeholder lain.

Yang termasuk di dalam kegiatan mempersiapkan observasi adalah:
ü  menentukan kegiatan atau tindakan (actions) apa yang akan diobservasi.
ü  menentukan siapa yang akan mengobservasi.
ü  menentukan rencana sampling.
ü  menyusun lembar observasi.
ü  melatih pihak-pihak yang akan melakukan observasi atau  observer dalam menggunakan lembar observasi.

Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal,  terstruktur (structured) maupun tidak terstruktur (unstructured). Ketika meringkas hasil, Anda bisa menampilkan data dalam bentuk bar atau run charts. Kemudian umpan balik diberikan kepada para siswa atau pihak-pihak yang berkepentingan. Diharapkan pihak penerima umpan balik tersebut melakukan refleksi dan memberikan ide-ide untuk perbaikan.
Salah satu tujuan utama dari sejumlah prosedur observasi adalah menilai penggunaan kecakapan sosial (social skills) yang memiliki beberapa  langkah sebagai berikut:
 Pertama, Anda perlu mereviu asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran social skills yang hendak Anda ajarkan. Untuk itu Anda pun harus memahami social skills apa yang hendak diajarkan dan bagaimana pula mengajarkannya. Yang jelas social skills tersebut haruslah spesifik dan  dimulai dari hal-hal yang kecil dan menekankan overlearning atau belajar tentang banyak hal.
Kedua, Anda perlu mengajarkan setiap social skill kepada para siswa. Tunjukkan pentingnya keterampilan yang akan mereka pelajari dan perlunya memiliki keterampilan tersebut. Ciptakan situasi praktik di mana para siswa dapat menggunakan keterampilan itu. Jangan lupa memberi umpan balik (feedback).
Ketiga, Anda perlu menstrukturkan situasi cooperative learning sehingga para siswa dapat menggunakan social skills dan Anda pun dapat mengobservasi saat mereka tengah menggunakannya.
Keempat, Anda dapat ikut terlibat di dalam kelompok-kelompok cooperative learning groups untuk memastikan bahwa para anggota kelompok memang menggunakan social skills dengan tepat dan Anda pun dapat memberi penguatan kepada mereka untuk melakukannya.
Kelima, Anda perlu memfasilitasi siswa untuk melakukan diagnose terhadap dirinya sendiri (self-diagnosis) terkait dengan tingkat penguasaan (mastery) mereka terhadap social skills yang hendak dicapai. Untuk itu para siswa bisa diminta untuk mengisi checklist atau angket.
Keenam,  Anda bisa menugasi para siswa untuk meningkatkan kompetensisosial mereka dengan meminta mereka membuat tujuan kegiatan peningkatan.
Ketujuh, Anda melakukan asesmen terhadap pengetahuan siswa mengenai social skills.
Akhirnya, Anda dapat melaporkan  tingkat social skills siswa kepada para stakeholders yang berkepentingan seperti siswa, orang tua, dan  atasan Anda.

Sebagaimana telah banyak dibahas di kelompok lain, asesmen bisa dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar. Namun demikian, asesmen  terhadap proses kurang begitu dipahami oleh sebagian dari mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan. Oleh karena unit ini memberi perhatian yang  lebih besar  mengenai prosedur asesmen proses belajar.
Sebenarnya observasi merupakan proses yang alami karena kita semua sering melakukannya baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru seringkali harus melihat, mengamati dan melakukan interpretasi. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun kita melakukan asesmen terhadap orang lain. Pentingnya kegiatan observasi di dalam kegiatan asesmen membuat guru harus belajar mempertanyakan judgement atau penilaian kita, bertindak secara reflektif dan menggunakan komentar orang lain sebagai informasi untuk membantu kita membuat judgement yang lebih reliabel, jadi bukan menggunakan komentar orang lain sebagai kritik yang sifatnya personal.
Dalam kehidupan sehari-hari judgement yang kita buat tidak selalu akurat terutama jika informasi atau bukti yang kita miliki tidak cukup. Namun sebagai guru yang profesional Anda harus mempunyai cukup informasi sebagai dasar bagi Anda untuk membuat judgement. Oleh karena itu para guru harus terus mengembangkan praktik membuat  judgement dalam kegiatan di kelas seharihari sehingga judgement yang dibuat bisa seabsah mungkin (Dean, 1990).

Jenis-jenis Observasi
v Focused Observation (Observasi Terfokus)
Dalam hal ini tidak ada kategori-kategori yang harus diikuti. Misalnya saja mengamati seorang anak secara individu, atau interaksi anak di dalam kelompok terutama kegiatan 'on-task'.
Menentukan Fokus Observasi
Mungkin sebuah pertanyaan muncul di benak Anda. Apa yang harus diobservasi? Memang banyak sekali kejadian di dalam kelas yang membuat guru harus benar-benar selektif terkait dengan apa yang harus dicatat. Pada dasarnya observasi dalam hal ini bisa dikelompokkan menjadi dua: observasi yang terencana atau yang spontan. Observasi yang terencana harus difokuskan pada aspek pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apa aspek yang akan dijadikan fokus, Anda sebagai guru bisa bertanya pada diri sendiri. Apa yang ingin saya ketahui tentang proses belajar siswa? Apa saja yang ingin diketahui para stakeholder?
Kurikulum bisa dijadikan dasar untuk memilih sejumlah kata kunciyang dapat dijadikan fokus observasi. Untuk pengajaran bahasa, misalnya, salah satu tujuan pembelajaran adalah siswa bisa membaca secara mandiri dengan memilih beberapa strategi dan proses yang tepat. Dalam hal ini guru menggunakan mandiri sebagai kata kunci yang menjadi fokus observasinya.
v Systematic Observation (Observasi Sistematik)
Sebelum proses observasi, sejumlah kategori telah diidentifikasi dan difokuskan pada perilaku tertentu. Mengumpulkan informasi atau data dengan melakukan observasi kelas bukanlah pekerjaan mudah. Apa yang terjadi di kelas sangatlah dinamis karena ada banyak siswa dengan berbagai kegiatannya, sehingga selain merekam apa yang terjadi di kelas, Anda sebagai guru juga mempunyai banyak tanggung jawab yang harus dilakukan. Oleh karena itulah ada dua hal yang harus diperhatikan dalam proses yaitu:
Bagaimana cara melakukan observasi yang efisien?
Faktor-faktor apa yang harus dijadikan fokus di dalam evaluasi?
v Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
Banyak dari upaya untuk melakukan observasi di kelas termasuk dalam jenis ini. Observasi ini memberi kesempatan untuk melihat dan mengamati apa yang sedang terjadi. Contoh observasi terbuka adalah manakala seorang guru mengamati bagaimana anak-anak berpindah-pindah mengelilingi ruangan, bagaimana mereka menggunakan berbagai fasilitas yang ada, apa yang menyebabkan kesulitan bagi mereka dan mengganggu kelancaran belajar mereka.  Kemudian guru tersebut membuat sebuah diagram skala dari ruang beserta perabotannya, dan bersama anak-anak membuat model penataan alternatif atau layout yang memungkinkan, sambil mencoba beberapa kemungkinan.   Selanjutnya guru memusatkan perhatiannya pada beberapa efek dari sejumlah perubahan yang dilakukannya, termasuk keberhasilan dia melibatkan anak-anak dalam observasi tersebut. Ternyata hal tersebut memberi mereka banyak informasi.


Ciri-ciri:
Ø  Dipergunakan  untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain.
Melakukan asesmen dengan cara melakukan interviu tidak bisa lepas dari proses mengobservasi siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran (in action). Bahkan keduanya terkait erat. Seperti halnya mengobservasi, dengan menginterviu siswa Anda dapat mengungkap apa yang tidak tampak. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin lama semakin mendetil terkait dengan proses dan strategi penalaran yang digunakan.
Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan fleksibel sehingga sangat memungkinkan Anda sebagai guru membangun hubungan yang positif, saling percaya, dan saling mendukung dengan setiap siswa tanpa terikat dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan sejumlah pertanyaan baik kepada seorang siswa ataupun sejumlah siswa sebelum, selama, dan setelah pelajaran baik untuk tujuan asesmen maupun untuk tujuan pembelajaran.
Beberapa pedoman dan langkah ketika Anda ingin melakukan interview kepada siswa adalah sebagai berikut.
ü  Rencanakan pertanyaan, baik dari sisi kata-kata yang dipilih maupun cara bertanya, sehingga hubungan Anda sebagai guru dengan peserta didik menjadi lebih baik.
ü  Atur pertanyaan Anda sedemikian rupa sehingga tidak membuat siswa bersikap defensif dan Anda pun bisa memperoleh banyak informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan dilakukannya interview.
ü  Mulailah interview dengan pertanyaan yang sederhana dan santai.  Simpan pertanyaan yang lebih kompleks dan bersifat ‘menyerang’ di akhir interviu.
ü  Mulailah dari pertanyaan yang umum menuju pertanyaan yang khusus.
ü  Buatlah isyarat non verbal yang sangat berguna untuk memancing siswa agar bersedia memberikan jawaban lengkap/tuntas.
ü  Bersikaplah tenang. Siswa membutuhkan pendengar yang baik.
ü  Berilah cukup waktu kepada siswa untuk merumuskan apa yang  dipikirkannya dan apa yang akan dikatakannya.


Ciri-ciri:
Ø  Dipergunakan  untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain.
Ø  Hasilnya berupa data deskriptif.
Ø  Biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).
Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang sangat  penting perannya bagi anak. Mendapat nilai 100 untuk pelajaran tertentu bagi anak misalnya, tidak begitu bermakna bila dia membenci pelajaran tersebut atau bahkan tidak ingin lagi mempelajarinya. Oleh karena itu  berbagai sikap anak perlu diketahui karena keberadaannya sangat menentukan di dalam proses pembelajaran.

Beberapa langkah yang perlu Anda lakukan  ketika melakukan asesmen terhadap sikap siswa adalah:
ü  memutuskan sikap-sikap yang hendak diukur atau dinilai.
ü  menyusun angket atau kuesioner.
ü  memilih ukuran standar (standardized measure) yang sesuai.
ü  memberikan angket kepada siswa untuk diisi mendekati awal atau akhir  dari tiap-tiap unit pembelajaran, atau bisa juga di sekitar awal atau akhir semester/tahun.
ü  menganalisis dan mengelola data untuk umpan balik bagi para stakeholder yang berkepentingan.
ü  memberikan umpan balik tepat waktu.
ü  menggunakan hasil untuk membuat keputusan terkait dengan upaya  memperbaiki program pembelajaran.
Dalam menyusun angket Anda bisa menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban terbuka (seperti mengisi bagian yang kosong atau jawaban bebas) atau jawaban tertutup (pilihan berganda, skala, dichotomous, ranking, dsb).

Ciri-ciri:  
Ø  Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya.
Ø  Hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dsb.

Ciri-ciri:
Ø  Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu  tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai.
Ø  Hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang  diperlukan.

   Ciri-ciri:
Ø  Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi  terstruktur, yang sulit  dilakukan  dengan teknik lain.
Ø  Data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

Ciri-ciri:
Ø  Siswa menjabarkan tugas atau karyanya.
Ø  Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan   dicapai siswa

Siswa akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh banyak  pengetahuan dan pengalaman jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya mereka ke dalam sebuah portofolio yang merepresentasikan kualitas belajarmereka. Melalui portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran yangkomprehensif mengenai prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telahdiraih, karena dari portofolio akan tampak “pekerjaan terbaik” siswa atau“proses” yang diterapkan di dalam belajar. Salah satu tugas penting Andasebagai guru adalah membantu mereka membuat atau menyusun portofolio. Pentingnya bantuan pihak lain ketika menyusun portofolio membuat portofolio lebih tepat digunakan di dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan cooperative learning.

Ciri-ciri:
Ø  siswa menulis dan menyajikan karyanya.
Ø  sering dipakai dengan cooperative learning.

Setiap orang yang terdidik harus mampu mempresentasikan apa yang  mereka tahu baik secara tertulis maupun secara lisan. Kedua hal tersebut merupakan kompetensi yang sulit, dan para siswa perlu menulis dan  melakukan presentasi setiap hari agar menjadi penulis dan penyaji yang cakap. Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama di sisi guru, karena Anda harus membaca komposisi satu per satu, selain juga mendengarkan semua presentasi satu demi satu disertai dengan memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka. Untuk itulah penggunaan kelompok cooperative learning untuk melakukan asesmen performa anggota kelompok tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada kesempatan yang sama. Kelompok cooperative learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam unjuk kerja, menerima umpan balik secara langsung dan mendetil  atas segala  upaya yang dilakukan, mengamati dari dekat penampilan teman-temannya untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang.

Ciri-ciri:
Ø  mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan (skill).
Ø  sering digunakan dengan cooperative learning.
Ø  bisa untuk individu maupun kelompok.
Salah satu aspek standar pada setiap bidang studi adalah membuat para siswa  kreatif dan memiliki daya cipta dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills). Hal ini menjadi sangat penting manakala Anda sebagai guru ingin menilai multiple intelligences siswa dan kemampuan mereka melakukan berbagai prosedur yang kompleks di dalam proses pembelajaran. Proyek memang memungkinkan siswa untuk menggunakan beraneka macam cara belajar. Dengan diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok menjadikan proyek benar-benar lebih kompleks dibandingkan jika siswa melakukan kegiatan belajar sendiri.


 
Dalam melakukan langkah-langkah pokok dalam menilai asesmen, maka diperlukan langkah sebagai berikut:
1.      Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
2.      Menghimpun Data
3.      Melakukan Verifikasi Data
4.      Mengolah dan Menganalisis Data
5.      Melakukan Penafsiran atau Interprestasi dan Menarik Kesimpulan
6.      Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
7.      Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran.  Bahkan proses asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari asesmen akan mendorong lahirnya berbagai keputusan dan kebijakan yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah sejumlah langkah pokok yang harus benar-benar dipahami agar tujuan dilakukannya asesmen bisa tercapai.
Indikator pada hakekatnya adalah ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Iindikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung, menyimpulkan, dst.
Jenis-Jenis Observasi ada 3, yaitu:
v Focused Observation (Observasi Terfokus)
v Systematic Observation (Observasi Sistematik)
v Open Observation (Observasi Terbuka dan Tidak Spesifik)
28
 
Dengan teknik non tes, asesmen atau evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji”  peserta didik, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain.
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan para Mahasiswa dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk keterampilan profesinya kelak. Serta dapat menambah wawasan keguruan dalam makalah yang sederhana ini.



 
DAFTAR PUSTAKA

Poerwati, Endang. Dkk. Asesmen Pembelajaran SD. 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar