Senin, 11 September 2017

REFLEKSI PROSES DAN HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Melakukan refleksi berarti memikirkan dan merenungkan kembali aktivitas yang telah kita lakukan, kemudian menjadikan hasil perenungan tersebut sebagai cermin bagi aktivitas-aktivitas kita berikutnya.  Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja kita temukan berbagai kelemahan, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar, selalu ada kelemahan disana-sini. Tentu saja, seiring dengan pengalaman yang kita miliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang kita lakukan. Kita tidak ingin melakukan kesalahan serupa pada pembelajaran berikutnya. Kita tidak ingin terperosok  pada lubang yang sama, bukan?  Oleh karena itu, belajar dari kesalahan untuk  menjadikannya sebagai bahan perbaikan adalah sebuah langkah yang bijaksana.
Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui bagian-bagian atau  aspek-aspek mana dari pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah. Kadangkala kita menganggap atau bahkan meyakini bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini merupakan aktivitas pembelajaran yang baik dan benar. Pembelajaran yang kita lakukan selama ini kita anggap sebagai ’ritual’ yang harus dilakukan. Sebuah ’pakem’ yang harus diikuti, sehingga tidak perlu dianalisa dan dikritisi.  Seiring dengan meningkatnya pemahaman kita akan hakikat asesmen pembelajaran, kita menjadi semakin terbuka untuk menerima kritik, baik kritik dari diri sendiri (autocritic) maupun kritik dari orang lain.
Kita semakin terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal perbaikan pembelajaran inilah, refleksi mempunyai arti penting dan strategis. Refleksi sebagai aktivitas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mempunyai rangkaian sub aktivitas. Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran dimulai dari  analisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa, evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah kita dilakukan,  identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait, merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.  

1.2   Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud evaluasi-diri terhadap proses belajar?
2.         Apa saja faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan?
3.         Apa saja kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar?
4.         Bagaimana bentuk evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan?
5.         Apa saja upaya optimalisasi proses dan hasil belajar?

           
1.3    Tujuan
Penyusanan makalah tentang hakikat penelitian pendidikan, bertujuan untuk:
1.    Dapat menjelaskan evaluasi-diri terhadap proses belajar
2.    Dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
3.    Dapat menjelaskan optimalisasi proses dan hasil belajar.
4.    Dapat menjelaskan kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar

1.4  Metode
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka, dimana materi yang dibahas dalam makalah ini diambil dari buku-buku yang ada hubungannya dengan judul makalah. Penulis juga mengakses info dengan menggunakan internet sebagai media informasi dan sumber referensi untuk penambahan info yang disajikan dalam makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
2.1  Kriteria Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar
1. Pengertian Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar dan Cara Menganalisisnya
a.    Keberhasilan Proses Belajar
Secara sederhana pengertian keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran, apakah siswa kita dapat bekerjasama dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya.
Guru dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan proses belajar siswa juga memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut ditetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif, aktif, sangat aktif adalah contoh tingkatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa. Guru perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana.

b.   Keberhasilan Hasil Belajar
Keberhasilan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa kita juga perlu memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang terampil, cukup terampil, terampil, sangat terampil adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai hasil kinerja siswa. Bahkan, tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya: menguasai, tidak menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada.
Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap (komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana ada pada bagan berikut.
Untuk mempermudah mengingat pengertian masing-masing keberhasilan (proses dan hasil belajar) serta langklah-langkah analisis keberhasilan belajar siswa, kita gunakan skema berikut ini.
1.  Analisis Keberhasilan Belajar
Berdasarkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita buat beserta kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita berada. Demikian pula, dengan menetapkan pada tingkat keberhasilan mana siswa kita dikatakan berhasil, maka kita dapat menetapkan berhasil tidaknya seseorang siswa.
Misalnya kita tetapkan bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa adalah: sangat kurang, kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria yang kita tetapkan misalnya sebagai berikut.
Tingkat ”sangat kurang” jika: skor hasil tes siswa < 20,
tingkat ”kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa < 40,
tingkat ”cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa < 60,.
tingkat ”baik”, jika 60 <skor hasil tes siswa < 80,
tingkat ”sangat baik”, jika skor hasil tes siswa > 80.
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A dengan skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum berhasil. Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa < 35,
tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan < 70,
tingkat aktif, jika skor keaktifan siswa > 70.
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek proses belajarnya) jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum berhasil.
Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa. Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai hasil kinerja siswa (proses belajar). Kita gunakan skor hasil tes formatif dan skor hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.







Contoh hasil kinerja dan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel berikut ini.
Keterangan :
Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam:
a.       mengerjakan tugas/LKS,
b.      mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
c.       menyimak penjelasan guru teman atau guru.
Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2. kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk aktif dan 5 untuk sangat aktif. Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada 8 kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1 = 8.
Kriteria yang digunakan adalah:
”Sangat aktif” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
”Aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
”Cukup aktif” bila : 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
”Kurang aktif bila : skor keaktifan siswa ≤ 16
Tabel 7.2. Skor Hasil Tes Fomatif Siswa Pada Topik “X” (Contoh)
Keterangan :
Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa terhadap topik tertentu yang telah diajarkan oleh guru. Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0. Kriteria yang digunakan adalah:
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Tabel 7.3. Skor Hasil Tugas dan Praktek (Contoh)
Keterangan :
Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari skor pemenuhan tugas dan skor praktek. Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0. Kriteria yang digunakan adalah :
”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Wayan cukup berhasil dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil belajarnya.
Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interpretasi) yang masuk akal. Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon disebabkan oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran Mungkinkah hasil belajar Tantri dapat ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik) dengan jalan meningkatkan keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang lain?

2.2  Evaluasi-Diri Terhadap Proses Pembelajaran Yang Telah Dilakukan
1.      Pengertian dan Pentingnya Evaluasi diri terhadap Proses Pengajaran
Evaluasi diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang kita lakukan. Sebagai guru, melakukan evaluasi diri merupakan aktivitas yang penting karena dua alasan. Pertama, kita ingin memperbaiki kualitas pengajaran kita. Memperbaiki kualitas pengajaran berarti memperbaiki kelemahan-kelemahan yang kita lakukan. Kedua, kita tidak terlalu berharap banyak pada orang lain untuk mengamati proses pengajaran yang kita lakukan.
Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan. Dalam melakukan evaluasi diri, prinsip-prinsip yang hendaknya kita gunakan adalah: kejujuran, kecermatan, dan kesungguhan. Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan.
2.      Melakukan Evaluasi Diri
Dalam menilai sendiri keberhasilan pengajaran, kita membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan berhasil/tidaknya pengajaran yang telah kita lakukan. Informasi-informasi berupa hasil pengukuran tersebut di atas selanjutnya perlu dianalisis. Menilai hasil-hasil pengukuran merupakan aktivitas analisis dimaksud. Jadi proses analisis dimulai dari menilai hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian kita tetapkan tingkat keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan kriteria keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil/tidaknya aspek-aspek yang dinilai tersebut. Tentu saja dari proses analisis ini dapat diketahui aspek mana berhasil dan aspek mana yang belum berhasil.
Proses evaluasi diri dimulai dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudian memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Makna apa yang dapat diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa, makna apa yang dapat diperoleh dari kegagalan hasil belajar siswa. Makna apa yang didapat dari respon negatif yang diberikan siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Dari penjelasan-penjelasan di atas, selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Langkah-langkah evaluasi diri seperti diuraikan di atas dapat dibagankan sebagai berikut.
Melakukan evaluasi-diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup bila hanya mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang lebih mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi-diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai, dijelaskan dan kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan penduikung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan.

2.3 Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan dalam Pembelajaran
1.         Faktor –Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
a.      Identifikasi Faktor –Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran yang telah kita lakukan memiliki arti penting dalam melakukan upayaupaya perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan yang berhasil kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya perbaikan (remidi). Berdasarkan faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya untuk memantapkan faktor-faktor pendukung keberhasilan itu.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ampu.
Agar identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akurat, maka informasi yang diperoleh dari penilaian, analisis hasil penilaian, pemaknaan, dan pemberian penjelasan haruslah akurat pula. Dengan kata lain, ketepatan dalam mengidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan ditentukan oleh ketepatan kita dalam melaksanakan proses evaluasi diri sebelumnya.
Proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan oleh diri sendiri memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan dimaksud antara lain adalah kurang cermat dalam menganalisa hasil penilaian, kurang tepat memaknai dan menjelaskan hasil-hasil penilaian itu.
Oleh karena itu. kehadiran orang lain yang paham tentang pembelajaran akan sangat membantu dalam proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan tersebut. Kehadiran pihak-pihak terkait, termasuk guru lain yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, misalnya, akan sangat membantu dalam menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan.
Tabel 1. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Komponen Pengamatan
Hasil Pengamatan

Kurang
Cukup
Baik
  1. Penyampaian Tujuan Pembelajarab
X


  1. Pemberian Motivasi Belajar


X
  1. Penyampaian  materi


X
  1. Pengorganisasian siswa dan kelompok


X
  1. Penciptaan suasana belajar
X


  1. Pemberian bimbingan Belajar
X


  1. Respon terhadap pertanyaan siswa

X

  1. Evaluasi pemahaman materi

X

Misalkan kita ingin mengidentifasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan berdasarkan informasi yang kita peroleh dari : (1) hasil belajar siswa (2) respon siswa dan (3) hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajan. Pada tabel 1 berikut ini salah satu contoh hasil observasi terhadap pelaksanaan suatu pembelajaran.
Berdasarkan informasi (1), (2), (3) di atas dan hasil pemaknaan (interpretasi) dan penjelasan pada uraian sebelumnya (pada uraian subunit 7.2), maka dapat kita daftar aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan yang dapat kita temukan.
Aspek-aspek pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah :
1.      Hasil belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan tugas-praktek kurang baik pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2.      Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terlihat pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2..
3.      Aspek pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat dari tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 1 di atas.
Pada langkah-langkah evaluasi-diri, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan penyebab keberhasilan ini termasuk pada tahap akhir dari evaluasi-diri, yaitu pada tahap penyimpulan.
2.4  Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
1.    Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Alternatif yang kita pilih kita dasarkan atas kemampuan/kesiapan kita untuk melaksanakan pilihan itu, kesiapan siswa, ketersediaan sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.
2.    Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan atau meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.

3.    Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi, maka kegiatan kita selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar yang berhasil kita identifikasi adalah : (a) kualitas LKS rendah (tingkat keterbacaan rendah), (b) media pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan (c) pengelolaan kelas kurang baik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian kita coba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa) seperti pada tabel berikut.
Bagan yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi optimalisasi proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut ini.


 BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita adap kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan hasil  belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.  Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa tersebut, terlebih dahulu harus ditetapkan penilaian apa saja yang digunakan, menetapkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar), kemudian menetapkan kriteria keberhasilan siswa. Evaluasi diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang kita lakukan.
Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan. Proses evaluasi diri dimulai dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudianmemberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam  pembelajaran yang telah kita lakukan memiliki arti penting dalam melakukan upayaupaya perbaikan pada Proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan yang Berhasil kita identifikasi.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam  bilamana dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan orang lain yang kompeten, misalnya guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun. Kehadiran pihak-pihak terkait akan sangat membantu dalam menemukan berbagai  kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan. Kita memerlukan guru lain untuk mencermati proses pembelajaran yang kita lakukan, mendiskusikannya, nemukan makna, menjelaskan makna itu dan menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan secara tepat.

Pada langkah-langkah evaluasi diri, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan penyebab keberhasilan ini termasuk pada tahap akhir dari evaluasi diri, yaitu pada Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri pada  hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita. Optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses pelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. malisasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek pelajaran yang masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan perancang dan mengajukan berbagai upaya alternatif berdasarkan faktor-faktor sebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.  

3.2  Saran
Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Dari berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal adalah alternatif yang palingngkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan kita sebagai guru untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung  pembelajaran.  Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudiyono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo  Persada.
Balitbang Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas, Kurikulum Tingkat Satuan  Pendidikan SD / MI. Jakarta: Puskur, Depdiknas.
Balitbang Depdiknas. (2004).  Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:  Puskur, Depdiknas.
Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative  Process. USA: Allyn and Bacon
Mariana, Made Alit.(2003). Pembelajaran Remidial. BA-PGB-09. Depdiknas.
Winarno dan Djuniarto, R. Eko. (2003). Perencanaan Pembelajaran. BA-PGB. Depdiknas.
Kasbolah, Kasihani E.S. dan Sukaryana, I Wayan. (2001). Penelitian Tindakan Kelas  untuk Guru. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar