BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Melakukan refleksi berarti memikirkan dan merenungkan kembali
aktivitas yang telah kita lakukan, kemudian menjadikan hasil perenungan
tersebut sebagai cermin bagi aktivitas-aktivitas kita berikutnya. Dalam melaksanakan
pembelajaran, selalu saja kita temukan berbagai kelemahan, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun
penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar,
selalu ada kelemahan disana-sini. Tentu saja, seiring dengan pengalaman yang
kita miliki, hendaknya semakin sedikit kelemahan yang
kita lakukan. Kita tidak ingin melakukan kesalahan serupa pada pembelajaran
berikutnya. Kita tidak ingin terperosok pada
lubang yang sama, bukan? Oleh karena
itu, belajar dari kesalahan untuk menjadikannya
sebagai bahan perbaikan adalah sebuah langkah yang bijaksana.
Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui
bagian-bagian atau aspek-aspek mana dari
pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah. Kadangkala kita
menganggap atau bahkan meyakini bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini
merupakan aktivitas pembelajaran yang baik dan benar. Pembelajaran yang kita
lakukan selama ini kita anggap sebagai ’ritual’ yang harus dilakukan. Sebuah ’pakem’
yang harus diikuti, sehingga tidak perlu dianalisa dan dikritisi. Seiring dengan meningkatnya pemahaman kita
akan hakikat asesmen pembelajaran, kita menjadi semakin terbuka untuk menerima
kritik, baik kritik dari diri sendiri (autocritic) maupun kritik dari
orang lain.
Kita semakin terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran dan memperbaiki
pembelajaran yang kita lakukan. Dalam hal perbaikan pembelajaran inilah, refleksi
mempunyai arti penting dan strategis. Refleksi sebagai aktivitas untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran mempunyai rangkaian sub aktivitas. Refleksi
terhadap proses dan hasil pembelajaran dimulai dari analisis tingkat keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa, evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah kita
dilakukan, identifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait,
merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud evaluasi-diri
terhadap proses belajar?
2.
Apa saja faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan?
3.
Apa saja kriteria keberhasilan
proses dan hasil belajar?
4.
Bagaimana bentuk evaluasi
diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan?
5.
Apa saja upaya optimalisasi
proses dan hasil belajar?
1.3
Tujuan
Penyusanan
makalah tentang hakikat penelitian pendidikan, bertujuan untuk:
1. Dapat menjelaskan evaluasi-diri terhadap proses belajar
2. Dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan
3. Dapat menjelaskan optimalisasi proses dan hasil belajar.
4. Dapat menjelaskan kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar
1.4 Metode
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan
metode pustaka, dimana materi yang dibahas dalam makalah ini diambil dari
buku-buku yang ada hubungannya dengan judul makalah. Penulis juga mengakses
info dengan menggunakan internet sebagai media informasi dan sumber referensi
untuk penambahan info yang disajikan dalam makalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
PEMBAHASAN
REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
2.1 Kriteria Keberhasilan Proses dan Hasil
Belajar
1.
Pengertian Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar dan Cara Menganalisisnya
a. Keberhasilan
Proses Belajar
Secara
sederhana pengertian keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, kita
dapat mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran, apakah
siswa kita dapat bekerjasama dengan teman lain, apakah siswa memiliki
keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya.
Guru
dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan proses
belajar siswa juga memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut
ditetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang,
cukup, baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif, aktif, sangat aktif
adalah contoh tingkatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa. Guru
perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat
mana.
b.
Keberhasilan Hasil Belajar
Keberhasilan
hasil belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa
dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Hasil
belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu
(1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa
dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai
atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi,
dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan
atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan
kecerdasan musikal). Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat
diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa kita juga perlu
memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan
seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik,
sangat baik; atau kurang terampil, cukup terampil, terampil, sangat terampil
adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai hasil kinerja
siswa. Bahkan, tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya: menguasai,
tidak menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria
untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada.
Untuk
mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap (komprehensif),
penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita dapat
mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana ada
pada bagan berikut.

Untuk
mempermudah mengingat pengertian masing-masing keberhasilan (proses dan hasil
belajar) serta langklah-langkah analisis keberhasilan belajar siswa, kita gunakan
skema berikut ini.

1. Analisis
Keberhasilan Belajar
Berdasarkan
tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita buat beserta
kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita berada.
Demikian pula, dengan menetapkan pada tingkat keberhasilan mana siswa kita dikatakan
berhasil, maka kita dapat menetapkan berhasil tidaknya seseorang siswa.
Misalnya
kita tetapkan bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa adalah: sangat kurang,
kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria yang kita tetapkan misalnya
sebagai berikut.
Tingkat ”sangat kurang”
jika: skor hasil tes siswa < 20,
tingkat ”kurang”, jika
20 < skor hasil tes siswa < 40,
tingkat ”cukup”, jika
40 < skor hasil tes siswa < 60,.
tingkat ”baik”, jika 60
<skor hasil tes siswa < 80,
tingkat
”sangat baik”, jika skor hasil tes siswa > 80.
Kemudian
kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil belajarnya) jika
skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A dengan skor
hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55
tidak/belum berhasil. Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat
keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif.
Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
Tingkat kurang aktif,
jika; skor keaktifan siswa < 35,
tingkat cukup aktif,
jika 35 < skor keaktifan < 70,
tingkat aktif, jika
skor keaktifan siswa > 70.
Kemudian
kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek proses belajarnya)
jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan skor
keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum berhasil.
Misalkan
kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa. Misalkan
kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai
hasil kinerja siswa (proses belajar). Kita gunakan skor hasil tes formatif dan skor
hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita menggabungkan
kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa.
Contoh hasil kinerja
dan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel berikut ini.

Keterangan :
Misalkan skor keaktifan
diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam:
a. mengerjakan
tugas/LKS,
b. mengajukan
atau menjawab pertanyaan, dan
c. menyimak
penjelasan guru teman atau guru.
Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang;
2. kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk aktif dan 5 untuk sangat aktif. Karena
pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada 8 kali pertemuan, maka skor
maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1 = 8.
Kriteria yang digunakan
adalah:
”Sangat aktif” bila: 32
< skor keaktifan siswa ≤ 40
”Aktif” bila: 24 <
skor keaktifan siswa ≤ 32
”Cukup aktif” bila : 16
< skor keaktifan siswa ≤ 24
”Kurang aktif bila :
skor keaktifan siswa ≤ 16
Tabel
7.2. Skor Hasil Tes Fomatif Siswa Pada Topik “X” (Contoh)

Keterangan :
Misalkan skor hasil tes
formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa terhadap topik
tertentu yang telah diajarkan oleh guru. Misalkan skor maksimal dari tes
formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0. Kriteria yang digunakan
adalah:
”Sangat baik”, bila: 85
< skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 <
skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55
< skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40
< skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat kurang”, bila:
skor tes formatif siswa < 40
Tabel
7.3. Skor Hasil Tugas dan Praktek (Contoh)

Keterangan :
Misalkan skor hasil
tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari skor
pemenuhan tugas dan skor praktek. Misalkan skor maksimal dari tes formatif
tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0. Kriteria yang digunakan adalah :
”Sangat baik”, bila: 85
< skor tes formatif siswa ≤ 100
”Baik”, bila: 70 <
skor tes formatif siswa ≤ 85
”Cukup baik”, bila: 55
< skor tes formatif siswa ≤ 70
”Kurang baik”, bila: 40
< skor tes formatif siswa ≤ 55
”Sangat
kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40

Dari
hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin (baik
dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Wayan cukup
berhasil dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi
proses dan berhasil pada sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari
proses belajarnya, demikian pula hasil belajarnya.
Dari
hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interpretasi)
yang masuk akal. Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon disebabkan
oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran Mungkinkah
hasil belajar Tantri dapat ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik) dengan
jalan meningkatkan keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang lain?
2.2 Evaluasi-Diri
Terhadap Proses Pembelajaran Yang Telah Dilakukan
1. Pengertian
dan Pentingnya Evaluasi diri terhadap Proses Pengajaran
Evaluasi
diri adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran
yang kita lakukan. Sebagai guru, melakukan evaluasi diri merupakan aktivitas
yang penting karena dua alasan. Pertama, kita ingin memperbaiki kualitas
pengajaran kita. Memperbaiki kualitas pengajaran berarti memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang kita lakukan. Kedua, kita tidak terlalu berharap banyak
pada orang lain untuk mengamati proses pengajaran yang kita lakukan.
Hasil
evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan. Dalam melakukan evaluasi diri,
prinsip-prinsip yang hendaknya kita gunakan adalah: kejujuran, kecermatan, dan
kesungguhan. Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas
pembelajaran untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil
(perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil
evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan.
2.
Melakukan Evaluasi Diri
Dalam
menilai sendiri keberhasilan pengajaran, kita membutuhkan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan berhasil/tidaknya pengajaran yang
telah kita lakukan. Informasi-informasi berupa hasil pengukuran tersebut di
atas selanjutnya perlu dianalisis. Menilai hasil-hasil pengukuran merupakan
aktivitas analisis dimaksud. Jadi proses analisis dimulai dari menilai
hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian kita tetapkan tingkat
keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan kriteria
keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil/tidaknya aspek-aspek yang
dinilai tersebut. Tentu saja dari proses analisis ini dapat diketahui aspek
mana berhasil dan aspek mana yang belum berhasil.
Proses
evaluasi diri dimulai dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudian memberi
makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Makna apa yang dapat
diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa, makna apa yang dapat diperoleh
dari kegagalan hasil belajar siswa. Makna apa yang didapat dari respon negatif
yang diberikan siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan mengapa
kegagalan itu bisa terjadi. Dari penjelasan-penjelasan di atas, selanjutnya
kita dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan
dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan
dan pendukung keberhasilan. Langkah-langkah evaluasi diri seperti diuraikan di
atas dapat dibagankan sebagai berikut.
Melakukan
evaluasi-diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup bila hanya
mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang lebih
mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
evaluasi-diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai,
dijelaskan dan kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab
kegagalan dan penduikung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan.
2.3 Faktor
Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan dalam Pembelajaran
1.
Faktor –Faktor Penyebab Kegagalan
dan Pendukung Keberhasilan
a.
Identifikasi Faktor –Faktor
Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
Identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran
yang telah kita lakukan memiliki arti penting dalam melakukan upayaupaya perbaikan
pada proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan faktor-faktor penyebab
kegagalan yang berhasil kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya perbaikan
(remidi). Berdasarkan faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita identifikasi,
kita merencanakan upaya-upaya untuk memantapkan faktor-faktor pendukung
keberhasilan itu.
Identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan
sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan
secara bersama (kolaboratif) dengan guru lain yang mengajar bidang studi yang
serumpun dengan mata pelajaran yang kita ampu.
Agar
identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akurat,
maka informasi yang diperoleh dari penilaian, analisis hasil penilaian, pemaknaan,
dan pemberian penjelasan haruslah akurat pula. Dengan kata lain, ketepatan dalam
mengidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan ditentukan
oleh ketepatan kita dalam melaksanakan proses evaluasi diri sebelumnya.
Proses
identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan oleh
diri sendiri memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan dimaksud antara lain adalah
kurang cermat dalam menganalisa hasil penilaian, kurang tepat memaknai dan
menjelaskan hasil-hasil penilaian itu.
Oleh
karena itu. kehadiran orang lain yang paham tentang pembelajaran akan sangat membantu
dalam proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung
keberhasilan tersebut. Kehadiran pihak-pihak terkait, termasuk guru lain yang serumpun
dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, misalnya, akan sangat membantu dalam
menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan.
Tabel
1. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
|
Komponen
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
||
|
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
|
X
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
X
|
|
|
|
X
|
|
X
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
X
|
|
Berdasarkan informasi (1), (2), (3) di atas dan hasil
pemaknaan (interpretasi) dan penjelasan pada uraian sebelumnya (pada uraian
subunit 7.2), maka dapat kita daftar aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan
yang dapat kita temukan.
Aspek-aspek pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah :
1. Hasil
belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan
tugas-praktek kurang baik pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2. Masih
banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terlihat
pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2..
3. Aspek
pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan
penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat
dari tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini
didukung oleh hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 1
di atas.
Pada
langkah-langkah evaluasi-diri, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan
dan penyebab keberhasilan ini termasuk pada tahap akhir dari evaluasi-diri,
yaitu pada tahap penyimpulan.
2.4 Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
1. Upaya
Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Alternatif yang kita pilih kita dasarkan
atas kemampuan/kesiapan kita untuk melaksanakan pilihan itu, kesiapan
siswa, ketersediaan sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.
2. Optimalisasi
Proses dan Hasil Belajar
Optimalisasi
proses dan hasil belajar mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar dapat
berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan yang kita harapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil
belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Optimalisasi proses dan hasil
belajar bertujuan untuk meminimalkan atau meniadakan siswa yang tidak berhasil,
baik proses maupun hasil belajarnya.
3. Mengidentifikasi
Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Setelah
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi, maka
kegiatan kita selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang
dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan tindak lanjut
dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.
Misalkan
beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar yang berhasil kita
identifikasi adalah : (a) kualitas LKS rendah (tingkat keterbacaan rendah), (b)
media pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan (c) pengelolaan kelas
kurang baik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian kita
coba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan proses
dan hasil belajar siswa) seperti pada tabel berikut.

Bagan yang
menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi optimalisasi proses
pembelajaran digambarkan sebagai berikut ini.


BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari
hasil penilaian kita adap kinerja siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Sedangkan keberhasilan hasil
belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan belajar
siswa tersebut, terlebih dahulu harus ditetapkan penilaian apa saja yang
digunakan, menetapkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar),
kemudian menetapkan kriteria keberhasilan siswa. Evaluasi diri adalah aktivitas
menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang kita lakukan.
Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya
dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan. Proses evaluasi diri dimulai
dari kegiatan menganalisis hasil penilaian, kemudianmemberi makna (pemaknaan)
atas hasil analisis yang kita lakukan. Identifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran yang
telah kita lakukan memiliki arti penting dalam melakukan upayaupaya perbaikan pada Proses pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan
yang Berhasil kita identifikasi.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan dapat dilakukan
sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan
secara bersama (kolaboratif) dengan orang lain yang kompeten, misalnya guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun. Kehadiran pihak-pihak terkait akan sangat membantu dalam
menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan.
Kita memerlukan guru lain untuk mencermati
proses pembelajaran yang kita lakukan, mendiskusikannya, nemukan makna,
menjelaskan makna itu dan menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan secara tepat.
Pada langkah-langkah evaluasi diri, identifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan penyebab keberhasilan ini termasuk pada tahap akhir dari
evaluasi diri, yaitu pada Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan
harus mendasarkan diri pada hasil
identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita.
Optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses pelajaran
sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. malisasi
proses pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki aspek-aspek pelajaran yang
masih kurang optimal. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan perancang dan
mengajukan berbagai upaya alternatif berdasarkan faktor-faktor sebab kegagalan
dan pendukung keberhasilan.
3.2 Saran
Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam
aktivitas pembelajaran untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan
hasil (perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Dari
berbagai alternatif solusi yang telah kita ajukan, selanjutnya harus kita pilih
alternatif mana yang paling optimal. Alterntif yang optimal adalah alternatif
yang palingngkin untuk dilaksanakan, ditinjau dari kesiapan siswa, kesiapan
kita sebagai guru untuk melaksanakan alternatif itu, kemungkinan dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran. Dari hasil
identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akan
kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan dan upaya-upaya
memperbaiki kegagalan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anas Sudiyono. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Balitbang Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SD / MI.
Jakarta: Puskur, Depdiknas.
Balitbang Depdiknas. (2004).
Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Depdiknas.
Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable
and Cooperative Process. USA: Allyn
and Bacon
Mariana, Made Alit.(2003). Pembelajaran Remidial.
BA-PGB-09. Depdiknas.
Winarno dan Djuniarto, R. Eko. (2003). Perencanaan Pembelajaran.
BA-PGB. Depdiknas.
Kasbolah, Kasihani E.S. dan Sukaryana, I Wayan.
(2001). Penelitian Tindakan Kelas untuk
Guru. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar