|
|
Sebagaimana Anda
ketahui bahwa tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai
pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan
atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru
yang berpengalaman mengajar secara tidak disadari telah melakukan sejumlah
kegiatan tambahan yang tidak tercantum dalam satuan pelajaran tetapi ia telah
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Pada bagian ini
mempelajari secara cermat tentang bagaimana guru dalam menjalankan tugasnya
berperan sebagai pengajar dan juga berperan sebagai peneliti. Dalam makalah ini juga akan diuraikan
pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dimana setelah guru sebagai peneliti
menerapkan desain tindakan yang telah disusun dalam perencanaan awal.
Perencanaan awal tersebut diterapkan di kelas
sesuai dengan skenario pembelajaran, selanjutnya dilakukan observasi dan
refleksi. Peran guru sebagai peneliti terhadap tugasnya sendiri sambil mengajar
di kelas, hasilnya akan digunakan sendiri untuk memperbaiki berbagai aspek yang
diperkirakan kurang tepat ketika proses pembelajaran di kelas.
Setelah mempelajari
materi dalam makalah
ini diharapkan agar Anda (guru) mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di kelas.
|
1
|
1. Apa perbedaaan persiapan yang harus dilakukan guru
sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
2. Apa perbedaan pelaksanaan kegiatan
guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
3. Apa perbedaan pengumpulan informasi
kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru sebagai peneliti?
4. Apa perbedaan pemanfaatan informasi
yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
5. Apa kekurangan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran?
6. Apa saja alternatif yang harus disiapkan untuk memperbaiki
kekurangan kegiatan pembelajaran secara
langsung?
1. Membedakan
persiapan yang harus dilakukan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai
peneliti.
2. Membedakan
pelaksanaan kegiatan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
3. Membedakan
pengumpulan informasi kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru
sebagai peneliti.
4. Membedakan
pemanfaatan informasi yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru
sebagai peneliti.
5. Mengetahui
kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
6. Menyiapkan
alternatif untuk memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung.
1. Dapat membedakan persiapan yang harus
dilakukan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
2. Dapat membedakan pelaksanaan kegiatan guru
sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
3. Dapat membedakan pengumpulan informasi
kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru sebagai peneliti.
4. Dapat membedakan pemanfaatan informasi
yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
5. Dapat mengenali kekurangan yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
6. Dapat menyiapkan alternatif untuk
memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung.
Penulisan menggunakan metode pustaka dan
jelajah internet.
|
|
Tugas utama
guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada
tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan
dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini kegiatan guru sebagai pengajar
biasa tentu berbeda dengan guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK. Berikut ini
akan dikemukakan tugas guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran
sampai penilaian pembelajaran.
Penelitian tindakan merupakan agen yang potensial
dalam mempengaruhi perubahan pendidikan. Penelitian tindakan dapat membantu
mengembangkan guru dan
administrator dengan sikap profesional yang mencakup tindakan, kemajuan, dan pembaharuan.
Di samping itu, proses penelitian tindakan kelas melibatkan pendekatan yang
demokratis untuk membuat keputusan, dan dapat memberdayakan guru melalui
partisifasi dalam kegiatan yang kolaboratif, dan penelitian yang bertanggung
jawab secara sosial (bersama).
Komitmen terhadap penelitian tindakan akan
memposisikan guru dan administrator sebagai pembelajar ketimbang sebagai ahli.
Komitmen ini akan berimplikasi pada pelaksanaan pengembangan profesional secara
berkelanjutan, karena mereka (guru dan administrator) percaya bahwa ada gap
(pemisah) antara dunia nyata (proses pengajaran) yang dihadapi mereka
sehari-hari dan visi praktek pengajaran
yang ideal.
|
4
|
yang penting, seperti halnya pengembangan
kurikulum, strategi assesmen autentik, strategi pengelolaan kelas dan pembelajaran,
dan memperhatikan siswa. Tindakan ini akan mendorong guru untuk menciptakan
perubahan.
Salah satu yang menjadi
alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi
permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang
pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang
terkait di dalamnya.
Peranan guru dalam
penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang akhirnya
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa sebagai
peneliti, guru juga harus memahami teori tentang kurikulum sesuai dengan
tugasnya sebagai pengembang kurikulum melalui peningkatan mutu pembelajaran di
kelas.
Disamping itu, Elliott
(1991) menjelaskan bagaimana seharusnya guru melaksanakan penelitian tindakan
untuk pembaharuan pendidikan (action research for educational) dan
memainkan peranannya sebagai peneliti pendidikan dengan munculnya rangkaian reformasi
pendidikan/pembaharuan pendidikan baik dalam kurikulum maupun pembelajaran
terpadu, pembelajaran yang berpusat pada siswa atau pembelajaran yang berorientasi
pada proses melalui interaksi antara guru dan siswa dengan mempertimbangkan
segala aspek yang mendukungnya melalui pendekatan dari “bawah ke atas”. Secara
garis besar ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh pengajar (guru) dalam
melaksanakan kurikulum yang ada di sekolah yaitu:
1.
Bagaimana cara mengembangkan kurikulum
dan mengarahkan guru agar pengajaran yang berlangsung di sekolah sesuai dengan
target yang hendak dicapai dalam kurikulum.
2. Bagaimana
agar acuan kurikulum yang berasal dari pusat dapat dikembangkan sedemikian
rupa, sehingga tepat untuk disampaikan kepada siswa dan dapat diterima.
Pada prakteknya, adanya
pemisahan pada mata pelajaran tertentu telah menjadikan siswa memilah-milah di antara mata pelajaran tersebut.
Kecenderungan menyebabkan munculnya siswa yang hanya senang pada mata pelajaran
tertentu saja. Banyak pula pengajar (guru) yang terjebak dengan pencapaian
target terhadap suatu materi yang sebenarnya telah selesai dalam jangka waktu
tertentu yang telah ditetapkan. Contoh yang dapat diberikan di antaranya mata pelajaran Bahasa Inggris
yang menargetkan penguasaan dalam hal grammar, tetapi pada akhirnya mengabaikan
kecakapan yang lain seperti menulis, penguasaan kosa kata, dan percakapan. Dari
berbagai kenyataan yang ada di lapangan tersebut maka kemudian dirumuskan
adanya suatu rangkaian pengajaran terpadu yang tidak mendikotomikan antara mata
pelajaran tersebut.
Tugas utama guru, selain
mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan
profesi untuk selalu melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan
dan/atau meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas profesional. Dalam
konteks ini kegiatan guru sebagai pengajar biasa tentu berbeda dengan guru
sebagai pengajar dan pelaksana PTK.
Berikut ini akan
dikemukakan tugas guru mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai
penilaian pembelajaran. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dikemukakan tugas
guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian
pembelajaran.
Salah satu tugas guru sebagai pengajar sebagaimana
tuntutan kurikulum yang berlaku adalah membuat persiapan mengajar. Sejak
diberlakukannya Kurikulum 2006 pada setiap tingkat satuan pendidikan yang
dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah) persiapan
atau rencana pengajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/mata
pelajaran, berisikan komponen-komponen:
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi
Bahan Ajar Pembelajaran, Metode, Langkah-langkah Pembelajaran, Sumber bahan,
dan Penilaian.
Sejak diberlakukan Kurikulum
2006 untuk setiap tingkat satuan pendidikan (pendidikan formal) yang dikenal
dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), istilah Satuan
Pelajaran atau Rencana Pembelajaran, berubah dengan
sebutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas/Semester :
.......................................................
Pertemuan Ke- : .......................................................
Alokasi Waktu :
.......................................................
Standar Kompetensi :
.......................................................
Kompetensi Dasar : .......................................................
Indikator :
.......................................................
I. Tujuan Pembelajaran :
..........................................
II. Materi Ajar :
..........................................
III. Metode Pembelajaran :
..........................................
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal :
..........................................
B. Kegiatan Inti :
..........................................
C. Kegiatan Akhir :
..........................................
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
..........................................
VI. Penilaian :...........................................
Langkah-langkah
menyusun RPP seperti contoh format di atas, adalah sebagai berikut.
1. Mengisi kolom identitas.
2. Menentukan alokasi waktu
yang
dibutuhkan untuk
pertemuan yang
telah ditetapkan.
3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan
yang terdapat pada silabus
yang telah disusun.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran.
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri
dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan.
9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan,
contoh soal, teknik penskoran, dll.
Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, guru
dapat melakukan penyesuaian format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam pelaksanaan
PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada
umumnya, dalam
satuan pelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan
apersepsi”, sehingga ketika
pelaksanaan di
dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya
mengurangi minat peserta
didik untuk
mengikuti pembelajaran
yang akan dilaksanakan oleh guru
di kelas. Setelah menyampaikan
apersepsi
langkah selanjutnya:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
2) Sebelum mulai
mempelajari
atau membahas
materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan
yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan
harus yakin betul bahwa materi pre- requisite sudah dikuasai muridnya atau
sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai memudahkan peserta didik mempelajari
materi
baru. Untuk itu guru perlu melakukan
tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai pre-requisite tersebut.
3) Guru menyajikan bahan/materi baru
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana
tujuan yang merupakan pre-requisite untuk tujuan pembelajaran lainnya dan
mana tujuan pembelajaran yang lebih mudah dari
yang lainnya. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebut dalam proses pembelajaran.
4) Metode yang
tertulis dalam
satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: bagaimana menceramahkan, bagian mana
murid mempraktekkan sendiri, bagimana mendiskusikan) dan bagaimana
pelaksanaan metode
tersebut. Jadi
guru sebagai
pelaksana PTK
perlu
jelas
tentang
“apa dan bagaimana”
metode harus
dilaksanakan,
apakah kegiatan
dengan
metode
tersebut dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok.
5)
Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi
waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan PTK oleh guru,
karena guru selain mengajar juga harus mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas
guru tidak sekedar menyampaikan materi yang
berbentuk fakta tetapi lebih dari itu, peserta
didik
harus
dilatih pada
proses
berpikir
yang lebih
tinggi
dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih dalam berpikir analisis, sintesis,
dan berpikir
evaluatif, pengembangan
ranah
afektif (nilai dan sikap) dan ranah
keterampilan.
Untuk itu, melalui mata
pelajaran apa
saja dapat dilatihkan dan dibina manusia yang terampil menggunakan panca
indranya dan manusia yang dapat
dijadikan teladan dan
panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lain-lainnya).
Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanakan pembelajaran
yang
menjadi tugas
profesinya
sebagai
guru. Umpan balik
yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau
tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu,
guru pelaksana PTK harus mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai
alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan
pembelajaran
(TIK/TPK)
yang
penting
dan terpenting
sehingga
informasi yang dikumpulkan oleh guru lebih menekankan pada penyempurnaan proses pembelajaran.
Perbaikan proses
pembelajaran
melalui
kinerja
guru
yang
didasarkan pada kesadaran tanggung jawab profesi
guru yang terlibat secara langsung dalam PBM Selain sebagai pengajar
juga berperan sebagai peneliti atau pelaksana
PTK. Keterlibatan kegiatan perbaikan proses
pembelajaran tersebut terdapat di dalamnya yaitu guru sebagai pengajar dan peneliti.
Pada bagian ini mempelajari tentang
kegiatan guru dalam menjalankan
tugasnya
sebagai
peneliti
atau
pelaksana penelitian
tindakan
kelas (PTK).
Salah satu yang menjadi
alasan penting dilakukan
penelitian tindakan
kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang
sedang berlangsung di jenjang pendidikan
dasar, jenjang
pendidikan
menengah dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Reformasi kurikulum pendidikan pada awalnya difokuskan pada pembelajaran untuk mata pelajaran yang awal pelaksanaannya berjalan
masing-masing, kemudian pengajar
(guru) melakukan
lintas
disiplin ilmu (mata pelajaran) dengan
harapan siswa dapat lebih berfikir secara terpadu dan
sesuai dengan pengalaman nyata yang mereka peroleh dari lingkungan sekitarnya.
Contoh:
a) Pengajaran
tentang skala
pada pelajaran
matematika,
jarak
antara
wilayah pada sebuah peta.
b) Pengajaran tentang
air, sarana transportasi laut dan maha pengasih penyayang yang menciptakan alam ini.
c) Pengajaran pembagian di kelas rendah, nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
d) Mengenai keluarga dan pertumbuhan, masyarakat, perang, dunia usaha.
e) Pengajaran Bahasa Indonesia
dengan materi-materi lainnya. Dan sebagainya.
Secara umum, materi-materi tersebut ditujukan untuk mengintegrasikan antara pemahaman
yang telah diperoleh siswa baik dari lingkungan
sekitar maupun
dari pengetahuan yang
dimilikinya, sehingga membentuk kerangka berpikir siswa lebih terarah. Secara implisit
hal ini merupakan
tunas-tunas munculnya kurikulum berbasis sekolah (school based-curriculum).
Kurikulum berbasis sekolah merupakan suatu
pembaharuan pendidikan yang menitikberatkan
dan mengutamakan ramuan kurikulum yang dapat dikembangkan dan diterima oleh siswa sehingga dirasakan manfaat keberadaan kurikulum tersebut dan mata pelajaran-mata pelajaran yang mereka pelajari di sekolah.
Perpaduan materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa
teknik dan cara seperti tersebut di bawah ini:
1) Jumlah pengajar (guru) yang banyak dalam pengertian
berbanding
dengan jumlah muridn ya. Hal
ini dilakukan, dengan banyaknya
jumlah guru atau pengajar maka frekuensi pertemuan antara siswa dan pengajar (guru)
dapat
lebih banyak, sehingga
materi
dan
tujuan yang ingin
dicapai
di dalam kurikulum dapat terlaksana lebih baik.
2)
Peranan Kepala
sekolah yang dapat
menyesuaikan diri, dalam pengertian tidak terlalu menekankan kepada pengajarnya (guru) dalam memfokuskan pada materi pelajaran, hal ini dilakukan agar pengajar (guru)
dengan leluasa dapat mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal.
Beberapa karakteristik dari
proses reformasi kurikulum menurut Elliot (1991), sebagai berikut :
1)
Proses yang
diawali oleh pengajar (guru) langsung melihat dan
melaksanakan
keadaan yang sebenarnya mereka
di dunia pendidikan.
2)
Kurikulum dalam bentuk pengajaran yang selama ini
dikembangkan dan dijalankan oleh pengajar
di
dalam
kelas ternyata banyak menemui hambatan yang berhubungan dengan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan pengajar (guru) dan keterkaitan serta aplikasinya antara materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga secara garis besarnya,
isi dalam kurikulum itu “Kurang bermanfaat bagi siswa”.
3)
Adanya pembaharuan dalam pengajaran sering ditentang
oleh
sebagian besar pengajar (guru) yang
masih
berpikir
bahwa pendidikan merupakan
serangkaian proses belajar
mengajar dan proses evaluasi tanpa adanya
pembaharuan dalam pola pencapaian hasil akhir.
4)
Permasalahan yang
timbul kemudian
didiskusikan
secara
bersama untuk dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti.
5)
Proposal inovasi
tentang kurikulum yang kemudian terkenal dengan istilah reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan
segala aspek yang mendukung dan mungkin timbul pada sekolah-sekolah percobaan.
6) Tindak lanjut
pada
pengembangan yang dilakukan
dalam reformasi
kurikulum ini menggunakan pendekatan dimulai dari “bawah ke atas” dalam
arti dari tingkatan pendidikan yang rendah
kemudian ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau dimulai dari pengalaman guru di kelas sampai
pengambilan kebijakan tentang kurikulum dibandingkan pendekatan yang selama ini digunakan dari “atas ke bawah”.
Dari
asumsi bahwa setiap pengajar (guru) yang terlibat,
diwajibkan untuk mengetahui dan memahami dengan benar kurikulum yang digunakan sesuai
dengan tingkat pendidikan yang digelutinya. Ternyata
asumsi ini tebukti tidak benar
dalam artian tidak berlaku
secara mutlak.
Adapun urutan
kegiatannya secara singkat sebagai berikut:
1) Rancangan penelitian
didasarkan
pada kemampuan yang ada pada guru, guru
bukanlah objek melainkan
sebagai
subjek dalam
penelitian.
Istilah kegiatan penelitian
disini berarti terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan pengajaran dalam bidang pendidikan.
2) Pengajar
(guru) dikelompokkan berdasarkan hasil diagnosis dan
hipotesis yang dibuat sebelumnya.
3) Pengajar
(guru) diharapkan dapat
mengembangkan
teori pengajaran
yang mereka miliki dan dapat mewujudkannya dengan baik pada saat proses pengajaran
berlangsung dan dalam menghadapi siswa.
Pendekatan
ini akan banyak
membantu
dirinya
untuk
mengetahui apa yang
mereka lakukan
sekiranya timbul permasalahan di kelas.
4) Kelas percobaan penelitian dirancang sedemikian rupa
agar dapat disesuaikan dengan suasana
guru,
murid dan
jenis kelas
yang
akan dijadikan
penelitiannya.
5) Kegiatan tim peneliti
awalnya merumuskan
tujuan untuk
memfasilitasi kegiatan yang selanjutnya.
6)
Mengidentifikasi dan mendiagnosa situasi kelas
yang biasanya terjadi dan mengetahui permasalahan yang timbul pada saat berlangsungnya proses pengajaran, kemudian mendiagnosa kembali dan mengelompokkan permasalahan-permasalahan yang dapat diklasifikasikan agar
mudah diselesaikan.
7)
Mengembangkan dan
mengujicobakan
hipotesis tes
praktek tentang bagaimana masalah pengajaran dapat dipecahkan dan juga mengelompokkan masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan satu kali penyelesaian.
8) Untuk menentukan tujuan, prinsip dan penilaiannya maka perlu untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang ada.
Agar dapat terlaksana, yang perlu
diperhatikan khususnya bagi para pengajar (guru) sebagai berikut:
1) Setiap
pengajar (guru)
seharusnya dapat mengontrol
keadaan
kelas dan infomasi yang sedang berlangsung sehingga dengan mudah
ia dapat
mengakses setiap saat informasi mengenai kelasnya.
2) Seharusnya kepala sekolah mengontrol dan mencek kebenaran data
atau informasi yang masuk dan yang
diperolehnya.
3) Setiap pengajar (guru) mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di kelas
dan juga melihat situasi yang tak formal yang melibatkan langsung siswa.
4) Data yang diperoleh tim selayaknya dapat diakses oleh pengajar ( guru) lain yang berhubungan dengannya, orang tua murid dan siswa untuk keperluan
tertentu.
5) Siswa yang terlibat interview (wawancara) dengan
tim peneliti tetap dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya dan juga dengan orang lain.
Elliot (1991) mengutip salah satu teori yang dikemukakan oleh David Ebbut
yaitu teori peningkatan
kualitas pembelajaran
dengan interaksi siswa-pengajar. Fokus teori ini terletak pada pemahaman guru dalam peranannya memajukan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada aspek proses, dimana pembelajaran itu dilaksanakan. Salah satu tujuan teori ini adalah untuk mendemonstrasikan
kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan mempraktekkan kemampuan
akademiknya di kelas dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya termasuk siswa dan peranannya di masyarakat (karena pada hakikatnya berinteraksi dengan siswa berarti berinteraksi
dengan masyarakat
juga). Dalam
proses
pembelajaran terjadi transfer ilmu dan pemahaman dari pengajar (guru) kepada siswa, oleh sebab itu
banyaknya interaksi antara siswa dengan pengajar (guru), maka
diprediksikan
terjadi peningkatan mutu pengajaran,
meskipun hasil akhir belum tentu selalu benar.
Pengembangan teori
kurikulum pada kenyataannya selama ini tidaklah berjalan sesuai dengan harapan teori itu
sendiri, artinya tidak semudah seperti yang direncanakan dalam teori. Hal
ini
disebabkan karena dalam pengembangan
selanjutnya sangat
terkait dengan berbagai faktor
diantaranya pengajar,
iklim pendidikan disuatu wilayah, proses pembelajaran
yang dilakukan guru, dan isi kurikulum itu sendiri.
Pandangan teori kurikulum,
antara pembelajaran dan pengajaran mempunyai makna dan sudut pandang yang berbeda, sehingga nantinya dapat dibedakan dengan jelas.
Pembelajaran
dipandang sebagai
suatu
kegiatan
aktif dalam
pendidikan dengan melibatkan
seluruh
komponen dalam
pembelajaran
dan menghasilkan sesuatu
yang
diharapkan
dibandingkan
kegiatan
yang
dilakukan
secara pasif.
Peranan guru sebagai pengembang
kurikulum di kelas dan peneliti dalam
rangka perbaikan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Peranan
guru sebagai pengembang
kurikulum dan peneliti merupakan awal
untuk proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di kelas.
Penelitian tindakan dipandang penting karena dianggap gurulah yang mengetahui tentang perkembangan di kelas
dan bagaimana cara
mengatasi
permasalahan
tersebut. Dengan merujuk kepada peran sentral guru melalui kinerjanya memperbaiki
proses pembelajaran menuju peningkatan
pencapaian prestasi
belajar peserta didik.
Salah satu
acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang
dapat digunakan oleh guru sebagai
peneliti atau pelaksana PTK adalah teori kurikulum humanis. Teori kurikulum humanistik
yang dikemukakan
oleh
Stenhouse sejak
tahun 1970-an (John
Elliot, 1991) dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk meningkatkan kemampuan
siswa yang berada di
bawah rata-rata menjadi siswa yang berada pada tingkat rata-rata. Dalam kurikulum humanistik siswa
dianggap sebagai subjek atau pelaku humanis dimana setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan
kebutuhannya masing-masing. Substansi atau sosok kurikulum
semacam ini
hampir tidak tampak
secara jelas,
melainkan
berupa rencana belajar
yang disusun bersama antara siswa dan
guru. Dengan menekankan pentingnya
memperhatikan minat dan kebutuhan
siswa secara perorangan, maka setiap siswa dengan bantuan gurunya, dapat menyusun rencana belajar sesuai
dengan minat dan kebutuhannya masin-masing.
Peranan guru sebagai pendamping dalam pembelajaran, guru diharapkan dapat bersikap sebagai pembimbing
pembelajaran,
sebagai model
dalam
pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman yang perlu untuk dihampiri siswa jika mereka
bermasalah. Pada
dasarnya
tanggung jawab pembelajaran dan pilihan kegiatan pembelajaran yang tepat guna, sesungguhnya muncul ditangan para siswa.
Berangkat dari
pemikiran
tentang kurikulum humanistik dan penjelasan tersebut di atas kemudian dicetuskan
menjadi penelitian
tindakan
dengan
teori humanis.
Konsep dasar teori humanis yang
dikemukakan Lawrence Stenhouse tersebut adalah didasarkan pada aspek prexiologi yaitu suatu prinsip dasar
yang dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam
membumikan tujuan pendidikan ke dalam
praktek pengajaran yang sebenarnya. Prexiologi ini
menjadikan
proses
pendidikan dilaksanakan secara berbeda-beda satu dengan lainnya, baik itu
dalam hal metode dan strategi yang digunakan maupun
kurikulum yang digunakan di
masing- masing sekolah.
Tujuan dari teori humanis yang dikemukakan oleh
Stenhouse
adalah berkaitan dengan
mengembangkan pemahaman
terhadap situasi masyarakat yang ada
di sekitarnya dan
diharapkan agar masyarakat dapat menyikapi dengan bijaksana perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam
dunia
pendidikan. Teori
humanis
tersebut secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Jika ada silang pendapat yang tejadi di dalam kelas maka pengajar
(guru) sebagai konselor wajib menyelesaikannya dan mencari solusi secara tuntas saat
itu juga permasalahan-permasalahan
individu maupun kelompok.
2) Diharapkan
otoritas tidak
digunakan guru, misalnya
memaksakan pendapatnya kepada siswa mengenai permasalahan tertentu.
3)
Permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan siswa hendaknya dapat
dijadikan sebagai ajang
diskusi yang
dapat memancing tanggapan yang berbeda-beda dari
setiap siswa, dan
guru mengusahakan untuk menghindari terputusnya
permasalahan tertentu secara terbuka.
4)
Diskusi
yang dilaksanakan
diupayakan jangan sampai melebar keluar dari topik yang sedang dibicarakan.
5)
Guru sebagai fasilitator
(pemandu
kegiatan) dapat mengarahkan
kegiatan atau diskusi yang dilakukan siswa agar berjalan
dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan kualitas pengajaran yang dilakukannya.
Istilah praxiologi disini mengandung arti
lebih luas, “praxis” yang berarti guru dalam perannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi, lebih jauh lagi praxis
itu mengatur prinsip-prinsip dalam pengajaran. Maka ia
tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum sebab kurikulum
bukan merupakan suatu keadaan yang statis.
Dalam teori Humanis
digunakan dua pendekatan kepada siswa yaitu :
·
Pendekatan Membaca -
Memahami – Berdiskusi
·
Pendekatan Membaca – Mendiskusikan – Memahami
Alat bantu pembelajaran
berupa peralatan multimedia digunakan baik
untuk diskusi
maupun
untuk melaksanakan kegiatan
lainnya.
Pada pelaksanaannya guru yang mengajar di kelas memiliki karakteristik yang berbeda dalam menanggapi dua pendekatan ini. Sikap guru menjadi dua yang berbeda yaitu:
· Guru yang
awalnya
telah memiliki
gaya mengajar masing-masing,
ketika menghadapi kejadian
dan permasalahan-permasalahan
yang tidak biasanya yang timbul dari
siswa, baik
pengetahuan
maupun pemahaman
baru, maka akan ditanggapinya
dengan
menggunakan cara yang selama ini
dilakukannya tanpa mau mentolerir atau melihat kondisi yang sebenarnya
terjadi. Dalam pengertian lain
tipe seperti ini diartikan
refleksi pengajaran terlihat dari awal sebelumnya.
· Guru yang berusaha untuk merubah beberapa aspek
yang dimilikinya berkaitan dengan
permasalahan
yang
dihadapinya
selama pengajaran
itu berlangsung, kemudian ia berusaha merubah dirinya dan mengusahakan mutu pengajarannya lebih baik dari
sebelumnya, mengawasi jalannya pengajaran dan mengevaluasi permasalahan yang timbul serta berusaha memberikan
pemahaman yang baik kepada siswa. Dalam kata lain tipe ini
diartikan pengajarannya terlihat pada saat mulai dilaksanakannya
Salah satu aspek
yang mengiringi reformasi kurikulum tersebut
adalah aspek pedagogiknya, dan
dari aspek pedagogik ini tidak dapat terlepas dari proses yaitu jalannya proses pengajaran yang sebenarnya. Dalam proses pengajaran ini guru diharapkan mampu menyesuaikan kurikulum yang ada
dengan proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung. Guru juga diharapkan dapat mengenali adanya perubahan yang terjadi pada anak didiknya, yang meliputi
adanya perubahan
cara berpikir, dan
pengembangan pemahaman akan materi yang
diberikan. Untuk memenuhi ini guru harus memiliki rasa peduli
yang tinggi
juga
ditunjang dengan faktor
pengalaman yang memadai. Hal ini dikarenakan memahami dan mendiagnosa
kejadian yang berlangsung pada siswa bukanlah
pekerjaan
yang
dapat
dilakukan dengan cepat, akan tetapi dibutuhkan
ketelatenan
dan latihan
yang diperoleh
dari pengalaman guru itu sendiri.
Secara empiris, guru
yang berpengalaman mengajar
secara tidak disadari telah
melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum dalam
satuan pelajaran tetapi ia
telah melaksanakan
PTK. Kegiatan tambahan melaksanakan PTK dilaksanakan
kalau ditemui
kelemahan atau kekurangan
dalam pelaksanaan
PBM. Bilamana kita
mencermati praktek
pembelajaran,
dimana guru
terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar
di kelas.
Ketika interaksi antara guru dan murid dalam proses
PBM,
sepertinya kegiatan penelitian tindakan kelas tidak
dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.
Misalnya, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh muridnya di kelas, ternyata tidak ada
jawaban atau sambutan, kemudian guru tersebut mengulang pertanyaan
dengan merubah
kata-kata yang biasa digunakan
dan mudah dipahami muridnya dengan tujuan yang sama. Kegiatan guru mengulang pertanyaan dengan memperbaiki rumusan pertanyaan yang disampaikan
tersebut menandakan guru telah
melaksanakan proses refleksi
(merenung).
Dalam konteks inilah,
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran.
Setelah guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas,
dan menemukan masalah yang harus
dipecahkan, selanjutnya dilakukan upaya mengatasi masalah
tersebut
dengan merencanakan perbaikan proses pembelajaran. Tindakan guru untuk memperbaiki pembelajaran tersebut memerlukan persiapan dalam
bentuk perencanaan perbaikan pembelajaran
dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai peneliti,
antara lain:
a. Tujuan Pengajaran
Dalam rencana pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan tujuan tambahan setiap mata
pelajaran yang direncanakan. Tujuan tambahan tersebut dijabarkan dari
setiap mata pelajaran sebagai fokus pembelajaran yang
akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan.
b.
Memilih Bahan Pembelajaran
Kesesuaian materi
bahan ajar
dengan tujuan yang
ingin dicapai
dicantumkan
dalam RPP. Dalam melaksanakan
PTK memilih bahan
belajar tidak cukup dengan satu jenis bahan ajar
atau harus bervariasi. Pada awal pelaksanaan
PTK
bahan belajar sebaiknya bahan ajar
tersebut ditulis
dalam catatan tersendiri, jika guru memiliki keterbatasan mengingat bahan-bahan ajar. Yang perlu diperhatikan oleh guru memilih bahan ajar
dalam PTK, selain mudah
pengadaannya adalah guru harus
benar-benar menguasai konsep materi yang diajarkan.
c. Memilih Metode
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu
kesatuan
dari dua kegiatan yang searah. Situasi yang
memungkinkan
terjadinya kegiatan
belajar yang optimal adalah
suatu situasi dimana siswa
dapat berinteraksi dengan
guru dan/atau
bahan pelajaran di tempat
tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu,
situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan
metode dan/atau
media yang tepat. Pemahaman dan kemampuan
guru sangat diharapkan
dalam
memilih pendekatan,
strategi
dan metode serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, agar tujuan pembelajaran tercapai secara baik. Strategi
pembelajaran tersebut
dapat diartikan setiap kegiatan
pengaturan
dari materi yang dipilih, memberikan layanan bimbingan atau bantuan fasilitas atau bantuan kepada
siswa dalam menuju
tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Untuk kegiatan PTK metode yang terbaik tidak selalu apa yang
terpikirkan oleh guru terbaik bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu
mempersiapkan berbagai alternatif metode
pembelajaran untuk membicarakan
satu masalah/pokok
bahasan/sub pokok
bahasan/materi pelajaran. Karena itu, dapat dikatakan bahwa metode yang
terbaik itu adalah metode yang memiliki tingkat kesesuaian kebutuhan peserta
didik agar lebih memudahkan mereka memahami dan menguasai materi yang diajarkan
oleh guru.
d. Memilih alat bantu.
Kegiatan
pengaturan dari materi yang
dipilih, memberikan konsekwensi pada penyiapan
fasilitas/alat yang mendukung
sebagai alat bantu
dalam memberikan layanan instruksional kepada siswa menuju tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran
biasanya dicantumkan alat bantu mengajar. Untuk kegiatan PTK guru harus menyiapkan alternatif alat bantu
untuk keperluan guru sendiri dalam proses pembelajaran. Alat bantu yang
dimaksud antara lain: lembar observasi, catatan harian, kamera, video, alat
rekam suara yang tujuannya untuk
merekam peristiwa pembelajaran yang telah dilaksanakan.
e. Alat Ukur
Dalam
rencana pembelajaran, alat ukur
yang akan digunakan,
misalnya berupa tes dicantumkan terbatas jumlahnya. Alat ukur tersebut
digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran (tujuan
instruksional) yang
dijabarkan dari indikator-indikator pencapaian
tujuan. Kejelasan alat
ukur tersebut akan memberikan gambaran terpenuhi-tidaknya kompetensi dasar yang dipersyaratkan untuk
pencapaian standar kompetensi yang diharapkan setiap pokok/sub pokok bahasan
dari mata pelajaran.
Untuk memperoleh
informasi yang menyeluruh dan konprehensif selama proses pembelajaran, guru yang melaksanakan
PTK harus memiliki lebih banyak alat ukur (tes). Indikator keberhasilan proses pembelajaran
ditentukan oleh guru, misalnya menentukan tingkat penguasan berdasarkan
kriteria dengan rentangan
terendah – sampai tertinggi.
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh
indikator keberhasilan.
Contoh 1:
Pak Heri, guru
Matematika, menentukan indikator keberhasilan mengajarkan materi tentang
rumus Phythagoras. Ia menentukan
keberhasilan mengajar materi yang diajarkannya tersebut dengan berpatokan pada
penguasaan materi peserta didiknya, yaitu bilamana minimal 85% peserta didik
dapat menerapkan rumus tersebut dalam berbagai ukuran segi tiga. Artinya,
pengajar (guru matematika)
dikatakan berhasil dalam
proses pembelajaran kalau
minimal 85% dari jumlah
muridnya dapat menjawab
semua soal yang
berkenaan dengan ukuran segi tiga. Keberhasilan pencapaian ini,
membutuhkan metode mengajar yang
tepat dan mudah
dipahami murid-muridnya. Yang
perlu dipahami oleh guru bahwa tidak semua muridnya pandai, mungkin
memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif tidak sama.
Kalau rata-rata muridnya
tidak mampu mencapai kriteria antara 85-100%, kriteria tersebut dapat
diturunkan mungkin antara 60-80%.
Contoh 2:
Pak Ahmad, guru Olah
Raga, mengajarkan Pokok Bahasan: Atletik. Dengan materi pelajaran tentang
lompat jauh kepada siswa kelas VI. Ia merencanakan kegiatan pembelajaran praktek lompat jauh kepada peserta didiknya
dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pak Ahmad memberikan contoh cara-cara
melakukan lompatan. Kemudian
ia mengajak peserta didiknya
ke lapangan dan menyuruh siswanya satu persatu melakukan lompatan.
Ternyata 25 orang siswa kelas VI
(memiliki usia yang relatif sama) mampu melakukan lompatan tidak lebih
dari 150 cm. Pada hal, Pak Ahmad
telah menentukan indikator keberhasilan mengajarkan
materi lompat jauh, yaitu 90% siswanya memiliki kemampuan lompatan di
atas 150 cm. Setelah mengetahui dan menyampaikan kemampuan rata-rata lompatan
kepada siswanya, ia menentukan indikator keberhasilan dengan
kriteria-kriteria: 85-100% berhasil,
60-84% cukup berhasil, dan 59 %
ke bawah kurang berhasil.
Berangkat dari
kemampuan awal rata-rata
lompatan peserta didiknya,
Pak Ahmad berupaya memperbaiki proses pembelajaran pada materi yang sama
dengan memberikan contoh teknik-teknik lompat
jauh kepada siswanya,
kemudian ia menyuruh siswanya
satu persatu mempraktekkan cara-cara
dan teknik-teknik lompatan di
lapangan. Perlu diingat
bahwa setiap guru
harus memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan
kemampuan berbeda dalam bidang olah raga.
Dalam rencana
pembelajaran seperti yang dikemukakan pada butir a sampai butir e
di atas, tidak
tercantum beberapa butir
tambahan dalam pelaksanaan-pelaksanaan PTK.
Untuk memudahkan Anda
dalam pelaksanaan PTK,
butir tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tersebut antara lain
sebagai berikut.
Merencanakan fokus pembelajaran yang
akan dijadikan sasaran PTK.
1)
Dalam menentukan fokus pembelajaran yang
perlu selalu Anda ingat adalah kriteria melaksanakan PTK sebagaimana telah Anda
pelajari pada unit 3.
2)
Menentukan kriteria keberhasilan, seperti contoh 1 dan
2 butir e.
Berkaitan dengan
persiapan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru seperti yang
dikemukakan di atas,
dalam perencanaan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) guru merasa ada tugas tambahan melaksanakan PTK.
Tambahan kegiatan tersebut antara lain
guru harus mempersiapkan beberapa
alternatif dalam melaksanakan
setiap tahap dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa alternatif tersebut
diantaranya berkenaan dengan apersepsi, metode, berbagai alat ukur, materi
pelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aspek berpikir, yang meliputi aspek
kognitif, afektif maupun aspek keterampilan.
Untuk memudahkan Anda
memahami tentang kegiatan tambahan guru sebagai peneliti dalam mempersiapkan
pelaksanaan PTK akan disajikan contoh format perencanaan pelaksanaan
pembelajaran dalam PTK, yang dilengkapi dengan mencantumkan fokus pembelajaran
yang menjadi sasaran PTK dan kriteria atau indikator keberhasilan.
Dari butir-butir
dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran, seperti tampak dalam tabel 4.2. Anda akan mengerti
bahwa ada beberapa kegiatan tambahan guru sebagai peneliti atau pelaksana
PTK. Untuk itu, silahkan Anda
mencermati setiap butir atau komponen
rencana pembelajaran seperti
tampak pada contoh
format berikut.
Format:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK
Mata Pelajaran
: …...........................................
Kelas/Semester
:
…...........................................
Pertemuan Ke-
: …...........................................
Alokasi Waktu
: …...........................................
Standar Kompetensi :
…...........................................
Kompetensi Dasar
: …...........................................
Indikator
: ……………………………...
Fokus Pembelajaran (PTK) : ...............................................
===================================================
I.
Tujuan
Pembelajaran : …...................................
II. Materi Ajar : …...................................
III. Metode
Pembelajaran : …...................................
IV. Langkah-langkah
Pembelajaran
A. Kegiatan Awal :
…...................................
B. Kegiatan Inti :
…...................................
C. Kegiatan Akhir : …....................................
V.
Alat/Bahan/Sumber Belajar : ………………………...
VI. Penilaian : …………………………
VII. Kriteria
Keberhasilan : …………………………
Dalam pelaksanaan
PTK guru benar-benar
mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Sebagaimana dikemukakan
pada butir 1 di atas, ada sejumlah kegiatan tambahan yang perlu dicantumkan
dalam rencana pembelajaran (RPP). Kegiatan tambahan dalam pelaksanaan PTK
tersebut memberikan isyarat bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan PTK
harus mewaspadai setiap kegiatan
tambahan yang direncanakan dan dilaksanakan
lebih banyak lagi
sebagai suatu siklus.
Biasanya sesuatu yang tidak direncanakan muncul yang memerlukan ketika
PBM berlangsung. Salah satu contoh, misalnya guru bertanya kepada peserta
didik, ternyata tidak ada sambutan atau
jawaban, kemudian guru mengulang pertanyaan
dengan mengubah kata-kata yang
tidak dikenal murid
dengan kata-kata biasa.
Secara cepat guru merenung
(merefleksi) lalu merubah
kata-kata dalam rumusan
pertanyaan yang diajukan kepada
peserta didik.
Pada
umumnya, dalam satuan pelajaran atau
rencana pembelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata,
tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru
mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya
mengurangi minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang
akan dilaksanakan oleh
guru di kelas.
Kegiatan tambahan tersebut,
misalnya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh muridnya di kelas,
ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, kemudian guru tersebut mengulang
pertanyaan dengan merubah kata-kata yang biasa digunakan dan dipahami muridnya
dengan tujuan yang sama.
Kegiatan guru
mengulang pertanyaan dengan memperbaiki rumusan
pertanyaan yang disampaikan
tersebut menandakan guru telah melaksanakan proses refleksi
(merenung).
Setelah menyampaikan apersepsi langkah
selanjutnya:
a.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
b.
Sebelum
mulai mempelajari atau
membahas materi baru,
guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih
dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari
dan harus yakin betul bahwa materi yang sudah dikuasai muridnya atau sebagai materi pra-syarat yang harus
dikuasai memudahkan peserta didik
mempelajari materi baru.
Untuk itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan
yang akan dibahas atau diajarkan tersebut.
c.
Guru
menyajikan bahan/materi baru
sesuai dengan TIK.
Dalam upaya pencapaian TIK, guru
perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya,
mana TIK yang
merupakan pre-requisite untuk
TIK lainya dan mana TIK yang mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan
PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebut dalam proses pembelajaran.
d.
Metode yang tertulis dalam satuan
pelajaran, misalnya metode ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek
mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode- metode
tersebut harus dioperasionalkan (misalnya:
bagaimana menceramahkan, yang mana murid mempraktekkan sendiri,
bagaimana mendiskusikan) dan bagaimana pelaksanaan metode tersebut. Jadi guru
sebagai pelasana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus
dilaksanakan, apakah kegiatan
dengan metode tersebut
dilakukan secara klasikal, individual
atau kelompok.
e.
Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan pemanfaatan
waktu sangat penting dalam proses pembelajaran
dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus
mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana
PTK guru harus
selalu cermat dan
teliti bahwa tugas
guru tidak sekedar menyampaikan
materi yang berbentuk
fakta tetapi lebih
dari itu, peserta didik
harus dilatih pada
proses berpikir yang
lebih tinggi dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih dalam
berpikir analisis, sintesis, dan berpikir evaluatif,
pengembangan ranah afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan. Untuk itu,
melalui mata pelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina manusia
yang terampil menggunakan
panca inderanya dan
manusia yang dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur,
teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung
jawab dan lain-lainnya).
Pelaksanaan tindakan di
kelas adalah menerapkan desain tindakan yang telah disusun dalam
perencanaan awal. Perencanaan
awal tersebut diterapkan
di kelas sesuai dengan
skenario pembelajaran yang
selanjutnya dilakukan observasi
dan refleksi. Rangkaian pelaksanaan
tindakan tersebut membentuk siklus yang terus mengalir menghasilkan
siklus baru sampai
penelitian tindakan kelas
dihentikan. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, yakni: (1)
perencanaan → (2) pelaksanaan tindakan → (3) observasi → (4) refleksi.
Setelah refleksi
biasanya muncul permasalahan
atau pemikiran baru
yang perlu mendapat perhatian, sehingga memerlukan revisi atau modifikasi
perencanaan, revisi atau modifikasi refleksi. Proses revisi atau modifikasi
tersebut terus dilakukan secara sistimatis sampai ditemukan modifikasi yang
paling tepat sehingga masalah dapat terpecahkan atau perubahan yang diharapkan
telah tercapai. Banyaknya siklus tergantung
kepada tercapainya tujuan
atau masalah telah dapat
dipecahkan secara memuaskan.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab
masalah dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah. Upaya tersebut
dilakukan secara berdaur dan kolaboratif antara guru dan teman sejawat,
dan bahkan bila
diperlukan berkolaborasi dengan
dosen terutama yang terkait dengan masalah pembelajaran di
sekolah.
Keputusan
tentang hsil belajar merupakan umpan balik bagi guru. Keputusan hasil belajar
merupakan puncak harapan siswa. Pelaku aktif belajar adalah siswa. Hasil
belajar tersebut merupakan hasil proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran
adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang
dari dua sisi.
Permasalahan teori dan
praktek dalam pendidikan pada hakikatnya terletak pada isi kurikulum dan
evaluasi kurikulum, yang dilakukan selesai proses belajar mengajar. Guru
memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanaan pembelajaraan
yang menjadi rugas propfesinya sebagai guru. Umpan balik yang diperoleh guru
biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan).
Penyempurnaan proses
pembelajaraan ditunjukan untuk memperbaiki proses pembelajaraan. Bagi guru yang
memiliki pengalaman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat terbantu
pada saat pelaksanaan PTK.
Pada saat awal
kegiatan PTK membuat proposal menjadi
sangat penting karena akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembelajaran
dikelas. Penyiapan dan pengembangan proposal menjadi kurang penting kalau
kegiatan PTK sudah menjadi kebiasaan. Di samping itu membuat proposal menjadi keharusan
bilamana kegiatan PTK menjadi tututan akademik dalam menyelesaikan program
S-1,juga pengembangan proposaldijadikan syarat mutlak bilaman kegiatan dinilai
oleh pihak lain.
Kalau masalah yang
diteliti sudah jelas, guru perlu melakukan analisis dan pengkajian sehingga
ditemukan alternatif pemecahannya. Dengandemikian guru sudah dapat perumusan
tujuan PTK yang akan dilaksanakan oleh guru sendiri. Agar tujuan yang dirancang
berhasil, guru perlu memilih metode, penentuan alat pengumpul data atau
informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya kalau data sudah terkumpul tehnik
pengolahan data dan analisisnya harus dipilih yang tepat. Akhirnya dari hasil
analis tersebut digunakan untuk membuat untuk keputusan tentang keberhasilan
PTK yang dilakukan. Urutan pola pikir seperti iniselalu diterapkan dalam PTK.
Sebelum melaksanakan
perbaikan dalam pelaksanaan PTK, anda harus mengembangkan kreteria untuk
menentukan keberhasilan perbaikan tersebut. Kreteria yang dapat ditentukan
antara lain, yaitu: (1) menentukan standar persentasiwaktu minimal (misalnya
75%). (2) taraf serap siswa akan naik yangindikatornya (misalnya taraf serap
minimal 80%) menggunakan tes formatif (tertulis). Oleh karena itu selain
menyelenggarakan PTKuntuk pemanfaatan waktubelajar dari segi nkuantitatif harus
juga dilaksanakan segi kualitatifnya.
Cotoh lain pelaksanaan
PTK utuk mengembangkan proses berpikir siswa, misalnya:
Seorang guru kelas 6
Sdtidak mampu mengembangkan proses berpikir saat pelajaran IPA. Misalnya
mengembangkan proses berpikir dari ranah kognitif menurut taksonomi bloom yang meliputi 6 jenjang berpikir dari terendah, [mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan sintesis (C4), analisis (C5), dan tertinggi (C6) menilai=evaluasi]. Proses pembelajaran baik dikelas
ataupun menggunakan media cetak (modul,buku pelajaran) hasil penelitian
menunjukan guru atau buku pelajaran yang banyak digunakan adalah proses
berpikir rendah (kebanyakan ingatan/fakta, sebagian pemahaman ada beberapa penerapan)
sangat sedikit atau hampir tidak ada hal-hal yang berkenan dengan
analis,sentises, dan evaluasi, hal ini tergambardalam apa yang dituliskan dalam
buku pelajaran atau apa yang ditanyakan dalam ujian/ulangan sekolah.
Proses pembelajaran
untuk melatih siswanya untuk berpikir dengan proses berpikir tingkat tinggi
diharapkan siswa akan kritis,kreatif, dan akhirnya ingin mengadakan perbaikan
terhadap apa yang ada. Ini tentu memerlukan waktu dan kesabaran guru untuk mencari bahan atau materi baru. Bahan
yang mudah diangkat sebagai materi latihan dikelas adalah kasus-kasus yang
terjadi da;am kehidupan sehari-hari.
Kriteria keberhasilan dalam pengembangan
proses berpikir dalam pembelajaran adalah adanya peningkatan kemunculan proses
berpikir tinggi. Kalau selama ini kemunculannya sangat langka bagaimana kalau
pada tahap awal seperti sekarang ini kalau dimunculkannya paada pertemuan yang
akan datang lebih banyak lagi.
Masalah pengembangan
nilai atau sikap ini sudah menjadi tanggung jawab setiap guru. Pada waktu ini
tidak emua guru menyadari bahwa pengembangan nilaiitu menjadi tanggung jawabnya
, masukanlah tugas ini sebagai salah satu kegiatan PTK. Prosuder yang ditempuh dalam pelaksanaan
PTK mengenai pengembangan nilai dan sikap sama dengan upaya pengembangan proses
berpikir tingkat tinggi.
Contoh rencana
penelitian yang berdasarkan kerangka teoritis dan hipotedi tindakan,elanjutnya
menyusun RPP.
Contoh: kerangka teoritis dan hipotesis tindakan
a. Kerangka teoritis
Kegiatan
belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.situasi
yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar optimal adalah salah satu situasi
dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pelajaran ditempat
tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu situasi
tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan etode
atau media yang tepat. Salah satu model tersebut adalah model peljaran
kooperatif dengan pendekatan student
teams achivement divisions (STAD), yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Hipotesis tindakan
Berdasarkan kerangka uraian teoritis diatas dapatlah
disusun hipotesis
tindakan sebagai berikut: jika guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif STAD, maka haasil belajar siswa pada materi
ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan meningkat.
Contoh: rencana penelitiaan
1. Setting penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dikelas XC SMA muhadiyah sintang dengan jumlah
siswa 36 orang.
2. Faktor yang diselidiki
a.
Faktor siswa
1) Melihat
kemampuan siswa dalam memahami rumus matematis ekonomi dan aplikasinya dalam
penyelesaian soal hitungan.
2) Perilaku siswa selama proses kegiatan
belajar mengajar.
3) Hasil
belajar siswa
b.
Faktor
guru
Melihat
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD.
3. Rencana tindakan
Penelitian ini akan dilakukan
dengan 2 siklus dengan berbagai
kemungkinan perubahan yang dianggap perlu.
a.
Siklus
pertama
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
tindakan
3) Observasi
4) Analisis
5) Refleksi
b.
Siklus
kedua
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
tindakan
3) Observasi
4) Analisis
5) Refleksi
4.
Data
dan cara pengambilan
a. Sumber
data
b. Jenis
data
c. Cara
pengambilan data
5.
Indikator
kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini
adalah apabila minimal 80% siswa telah dapat mencapai standar ketuntasan
belajar minimal dengan
nilai 60.
|
|
Salah satu alasan
penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan
reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan menengah dan juga
berbagai aspek yang terkait didalamnya.
Perbaikan proses
pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan kesadaran tanggung jawab
profesi guru yang terlihat secara langsung dalam PBM. Selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti
atau pelaksana PTK. Keterlibatan dalam kegiatan
perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat didalamnya yaitu pengajar dan
peneliti itu sendiri. Tindakan kelas berupa untuk memperbaiki pelaksanaan
proses pembelajaraan dalam rangka peningkatan kualitas lulusan. Kegiatan dari
sebagian guru yang berpengalaman, sudah
menetapkannya dalam pengalamannya dalam pembelajaran. Walaupun kurang disadari dan belum direncanakan.
Guru sangat merasakan
adanya kegiatan tambahan dibandingkan dengan tugas mengajar biasa pada tahap pelaksanaan
PTK. Tambahan kegiatan tersebut antara lain guru harus mempersiapkan beberapa
alternatif
kegiatan pada tahap awal pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu apersepsi, metode,
berbagai alat ukur (tes), materi yang mengembangkan berbagai aspek
berpikir, aspek kreatif, ataupun aspek keterampilan. Sebelum
keterampilan PTK menyatu dengan diri guru, alternatife tindakan pada setiap tahap seyogyanya dibuat
tertulis namun kalau PTK sudah menyatu dengan guru, catatan tertulis ini kurang diperhatikan.
Semua
kekurangan dalam pembelajaran akan dapat diperbaiki asalkan ada kemauan guru
dan pihak sekolah untuk melaksanakan PTK. Sekiranya semua guru disekolah
termsuk kepala sekolah secara serempak melaksanaan PTK pada waktu yang tidak
terlalu lama akan dapat meningkatkan kualitas sekolah bahkan menjadi sekolah
unggulan.
|
33
|
Setelah
mempelajari materi dalam makalah ini diharapkan agar pembaca terutama guru
ataupun para calon guru mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di kelas.
|
|
Aunurrahman, dkk.2009.
Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta: Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar