Kamis, 05 Oktober 2017

Peran Guru sebagai Pengajar dan Pelaksana Peneliti Tindakan Kelas


BAB I

Sebagaimana Anda ketahui bahwa tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar secara tidak disadari telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum dalam satuan pelajaran tetapi ia telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Pada bagian ini mempelajari secara cermat tentang bagaimana guru dalam menjalankan tugasnya berperan sebagai pengajar dan juga berperan sebagai peneliti. Dalam makalah ini juga akan diuraikan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas, dimana setelah guru sebagai peneliti menerapkan desain tindakan yang telah disusun dalam perencanaan awal. Perencanaan awal tersebut diterapkan di kelas sesuai dengan skenario pembelajaran, selanjutnya dilakukan observasi dan refleksi. Peran guru sebagai peneliti terhadap tugasnya sendiri sambil mengajar di kelas, hasilnya akan digunakan sendiri untuk memperbaiki berbagai aspek yang diperkirakan kurang tepat ketika proses pembelajaran di kelas.
Setelah mempelajari materi dalam makalah ini diharapkan agar Anda (guru) mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di kelas.








1
 

1.      Apa perbedaaan persiapan yang harus dilakukan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
2.      Apa perbedaan pelaksanaan kegiatan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
3.      Apa perbedaan pengumpulan informasi kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru sebagai peneliti?
4.      Apa perbedaan pemanfaatan informasi yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti?
5.      Apa  kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran?
6.      Apa saja alternatif yang harus disiapkan untuk memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung?


1.      Membedakan persiapan yang harus dilakukan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
2.      Membedakan pelaksanaan kegiatan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
3.      Membedakan pengumpulan informasi kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru sebagai peneliti.
4.      Membedakan pemanfaatan informasi yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
5.      Mengetahui kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
6.      Menyiapkan alternatif untuk memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung.





1.      Dapat membedakan persiapan yang harus dilakukan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
2.      Dapat membedakan pelaksanaan kegiatan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
3.      Dapat membedakan pengumpulan informasi kegiatan guru sebagai pengajar dengan kegiatan guru sebagai peneliti.
4.      Dapat membedakan pemanfaatan informasi yang dikumpulkan guru sebagai pengajar dengan guru sebagai peneliti.
5.      Dapat mengenali kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
6.      Dapat menyiapkan alternatif untuk memperbaiki kekurangan kegiatan pembelajaran secara langsung.


Penulisan menggunakan metode pustaka dan jelajah internet.
















BAB II

Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini kegiatan guru sebagai pengajar biasa tentu berbeda dengan guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK. Berikut ini akan dikemukakan tugas guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian pembelajaran.

Penelitian tindakan merupakan agen yang potensial dalam mempengaruhi perubahan pendidikan. Penelitian tindakan dapat membantu mengembangkan guru dan administrator dengan sikap profesional yang mencakup tindakan, kemajuan, dan pembaharuan. Di samping itu, proses penelitian tindakan kelas melibatkan pendekatan yang demokratis untuk membuat keputusan, dan dapat memberdayakan guru melalui partisifasi dalam kegiatan yang kolaboratif, dan penelitian yang bertanggung jawab secara sosial (bersama).
Komitmen terhadap penelitian tindakan akan memposisikan guru dan administrator sebagai pembelajar ketimbang sebagai ahli. Komitmen ini akan berimplikasi pada pelaksanaan pengembangan profesional secara berkelanjutan, karena mereka (guru dan administrator) percaya bahwa ada gap (pemisah) antara dunia nyata (proses pengajaran) yang dihadapi mereka sehari-hari dan visi praktek pengajaran yang ideal.
4
Memasukkan penelitian pendidikan dalam program pendidikan calon guru dan program pengembangan profesional bagi guru akan menjadikan penelitian tindakan sebagai sebuah komponen berkelanjutan bagi praktek guru yang profesional. Tindakan semacam ini akan membantu guru memasukkan penelitian tindakan sebagai salah satu komponen pengajaran
yang penting, seperti halnya pengembangan kurikulum, strategi assesmen autentik, strategi pengelolaan kelas dan pembelajaran, dan memperhatikan siswa. Tindakan ini akan mendorong guru untuk menciptakan perubahan.
Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Peranan guru dalam penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang akhirnya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa sebagai peneliti, guru juga harus memahami teori tentang kurikulum sesuai dengan tugasnya sebagai pengembang kurikulum melalui peningkatan mutu pembelajaran di kelas.
Disamping itu, Elliott (1991) menjelaskan bagaimana seharusnya guru melaksanakan penelitian tindakan untuk pembaharuan pendidikan (action research for educational) dan memainkan peranannya sebagai peneliti pendidikan dengan munculnya rangkaian reformasi pendidikan/pembaharuan pendidikan baik dalam kurikulum maupun pembelajaran terpadu, pembelajaran yang berpusat pada siswa atau pembelajaran yang berorientasi pada proses melalui interaksi antara guru dan siswa dengan mempertimbangkan segala aspek yang mendukungnya melalui pendekatan dari “bawah ke atas”. Secara garis besar ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh pengajar (guru) dalam melaksanakan kurikulum yang ada di sekolah yaitu:
1.      Bagaimana cara mengembangkan kurikulum dan mengarahkan guru agar pengajaran yang berlangsung di sekolah sesuai dengan target yang hendak dicapai dalam kurikulum.
2.      Bagaimana agar acuan kurikulum yang berasal dari pusat dapat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga tepat untuk disampaikan kepada siswa dan dapat diterima.
Pada prakteknya, adanya pemisahan pada mata pelajaran tertentu telah menjadikan siswa memilah-milah di antara mata pelajaran tersebut. Kecenderungan menyebabkan munculnya siswa yang hanya senang pada mata pelajaran tertentu saja. Banyak pula pengajar (guru) yang terjebak dengan pencapaian target terhadap suatu materi yang sebenarnya telah selesai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan. Contoh yang dapat diberikan di antaranya mata pelajaran Bahasa Inggris yang menargetkan penguasaan dalam hal grammar, tetapi pada akhirnya mengabaikan kecakapan yang lain seperti menulis, penguasaan kosa kata, dan percakapan. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan tersebut maka kemudian dirumuskan adanya suatu rangkaian pengajaran terpadu yang tidak mendikotomikan antara mata pelajaran tersebut.


Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk selalu melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dan/atau meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas profesional. Dalam konteks ini kegiatan guru sebagai pengajar biasa tentu berbeda dengan guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK.
Berikut ini akan dikemukakan tugas guru mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian pembelajaran. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dikemukakan tugas guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian pembelajaran.

Salah satu tugas guru sebagai pengajar sebagaimana tuntutan kurikulum yang berlaku adalah membuat persiapan mengajar. Sejak diberlakukannya Kurikulum 2006 pada setiap tingkat satuan pendidikan yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah) persiapan atau rencana pengajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/mata pelajaran, berisikan komponen-komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Bahan Ajar Pembelajaran, Metode, Langkah-langkah Pembelajaran, Sumber bahan, dan Penilaian.
Sejak diberlakukan Kurikulum 2006 untuk setiap tingkat satuan pendidikan (pendidikan formal) yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), istilah Satuan Pelajaran atau Rencana Pembelajaran, berubah dengan sebutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran               : .......................................................
Kelas/Semester              : .......................................................
Pertemuan Ke-              : .......................................................
Alokasi Waktu              : .......................................................
Standar Kompetensi      : .......................................................
Kompetensi Dasar         : .......................................................
Indikator                        : .......................................................


                        I.     Tujuan Pembelajaran                      : ..........................................
                     II.     Materi Ajar                                     : ..........................................
                  III.     Metode Pembelajaran                     : ..........................................
                  IV.     Langkah-langkah Pembelajaran    
A. Kegiatan Awal                          : ..........................................
B. Kegiatan Inti                             : ..........................................
C. Kegiatan Akhir                          : ..........................................
                     V.     Alat/Bahan/Sumber Belajar           : ..........................................
                  VI.     Penilaian                                         :...........................................


Langkah-langkah   menyusun  RPP  seperti  contoh  format  di  atas,  adalah sebagai berikut.
1.    Mengisi kolom identitas.
2.    Menentukan   alokas waktu   yang   dibutuhkan   untuk   pertemua yang   telah ditetapkan.
3.    Menentukan  SK, KD, dan Indikator  yang akan digunakan  yang terdapat  pada silabus yang telah disusun.
4.    Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
5.    Mengidentifikasi   materi  ajar  berdasarkan   materi  pokok/  pembelajaran  yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran.
6.    Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
7.    Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
8.    Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan.
9.    Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll.

Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas, guru dapat melakukan penyesuaian format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.


2. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan  PTK guru benar-benar  mempersiapka apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam  satuan pelajaran, apersepsi  yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan  apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya:  “Guru  mengadakan  apersepsi”,  sehingga  ketika  pelaksanaan  di  dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaayang kurang menarik perhatian dan sebaliknya  mengurangi  minat  peserta  didik  untuk  mengikuti    pembelajaran  yang akan  dilaksanakan  oleh  guru  di kelas.   Setelah  menyampaikan  apersepsi  langkah selanjutnya:
1)   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
2)   Sebelum  mulai mempelajari  atau membahas  materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul bahwa materi pre- requisite sudah dikuasai muridnya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai    memudahkan  peserta  didi mempelajari  materi  baru.  Untuk  itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan  mengenai pre-requisite tersebut.
3)   Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan. Artinya, mana tujuan yang merupakan pre-requisite untuk tujuan pembelajaran lainnya dan mana tujuan pembelajaran yang lebih mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebut dalam proses pembelajaran.
4)   Metode  yang  tertulis  dalam  satuan  pelajaran,  misalnya  metode  ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: bagaimana menceramahkan, bagian mana murid mempraktekkan sendiri, bagimana mendiskusikan)   dan  bagaimana  pelaksanaan   metode  tersebut.  Jadi  guru sebagai  pelaksana  PTK  perlu  jelas  tentang  apa  dabagaimana metode harus  dilaksanakan,   apakah  kegiatan  dengan  metode  tersebut  dilakukan secara klasikal, individual atau kelompok.
5)   Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana  PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar  menyampaikan  materi  yang  berbentuk  fakttetaplebih   dari itu, peserta  didik  harus  dilatih  pada  proses  berpikir  yang  lebih  tinggi  dari penerapan yaitu peserta didik harus terlatih dalam berpikir analisis, sintesis, dan  berpikir  evaluatif,  pengembangan  ranah  afektif  (nilai  dan  sikap)  dan ranah  keterampilan.   Untuk  itu,  melalui   mata  pelajara apa  saja  dapat dilatihkan dan dibina manusia yang terampil  menggunakan  panca indranya dan manusia yang dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lain-lainnya).


Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanakan pembelajaran  yang  menjadi  tugas    profesinya  sebagai  guruUmpan  balik  yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan). Guru pelaksana PTK memerlukan lebih banyak umpan balik   dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus mempersiapkan lebih banyak informasi. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai alat, misalnya kalau guru menggunakan butir soal (tes) yang perlu diperiksa, apakah butir-butir soal tersebut sudah mengukur tujuan  pembelajaran  (TIK/TPK)  yang  penting  dan  terpenting  sehingga  informasi yang dikumpulkan oleh guru lebih menekankan pad penyempurnaan proses pembelajaran.


Perbaikan  proses  pembelajaran   melalui  kinerja  guru  yang  didasarkan   pada kesadaran  tanggung  jawab profesi  guru   yang terlibat secara langsung  dalam PBM Selain sebagai pengajar  juga berperan  sebagai peneliti  atau pelaksana  PTK. Keterlibatan kegiatan perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat di dalamnya yaitu guru sebagai pengajar dan peneliti.
Pada   bagian ini mempelajari tentang kegiatan guru dalam menjalankan  tugasnya  sebagai  peneliti  atau  pelaksana  penelitian  tindakan  kelas (PTK).


Salah satu yang menjadi  alasan penting dilakukan  penelitian  tindakan  kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung  di jenjang  pendidikan  dasar,  jenjang  pendidikan  menengah  dan  juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.
Reformasi kurikulum pendidikan pada awalnya difokuskan pada pembelajaran untuk mata pelajaran yang awal pelaksanaannya berjalan masing-masing, kemudian pengajar  (guru)  melakukan  lintas  disiplin  ilm(matpelajaran)  dengan  harapan siswa dapat lebih berfikir secara terpadu dan sesuai dengan pengalaman nyata yang mereka peroleh dari lingkungan sekitarnya.
Contoh:
a)      Pengajaran  tentang  skala  pada  pelajaran  matematika,  jarak  antara  wilayah pada sebuah peta.
b)      Pengajaran tentang air, sarana transportasi laut dan maha pengasih penyayang yang menciptakan alam ini.
c)      Pengajaran pembagian di kelas rendah, nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
d)     Mengenai keluarga dan pertumbuhan, masyarakat, perang, dunia usaha.
e)      Pengajaran Bahasa Indonesia dengan materi-materi lainnya. Dan sebagainya.

Secara umum, materi-materi tersebut ditujukan untuk mengintegrasikan antara pemahaman  yang telah diperoleh  siswa baik dari lingkungan  sekitar maupun  dari pengetahuan yang  dimilikinya, sehingga  membentuk kerangka berpikir siswa  lebih terarah.  Secara  implisit  hal  ini  merupakan  tunas-tunas  munculnya     kurikulum berbasis sekolah (school based-curriculum).
Kurikulum berbasis sekolah merupakan suatu pembaharuan pendidikan yang menitikberatkan  dan mengutamakan  ramuan kurikulum yang dapa dikembangkan dan  diterima oleh siswa sehingga dirasakan  manfaat keberadaan kurikulum tersebut dan mata pelajaran-mata pelajaran yang mereka pelajari di sekolah.
Perpaduan  materi kurikulu dapat dilakukan  dengan  beberapa  teknik  dan cara seperti tersebut di bawah ini:
1)      Jumlah  pengajar  (guru) yang banyak  dalam pengertian  berbanding  dengan jumlah  muridn ya.  Hal ini dilakukan,   dengan banyaknya  jumlah guru atau pengajar maka frekuensi pertemuan antara siswa dan pengajar (guru) dapat lebih  banyak,  sehingga  materi  dan  tujuan  yang  ingin  dicapai  di  dalam kurikulum dapat terlaksana lebih baik.
2)      Peranan   Kepala  sekolah  yang dapat  menyesuaikan  diri, dalam pengertian tidak terlalu menekanka kepada pengajarny(guru) dalam memfokuskan pada  materi pelajaran, hal ini dilakukan agar pengajar (guru)  dengan leluasa dapat mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal.



Beberapa karakteristik dari proses reformasi kurikulum menurut Elliot (1991), sebagai berikut :
1)      Proses yang diawali oleh pengajar (guru) langsung melihat dan melaksanakan keadaan yang sebenarnya  mereka  di dunia pendidikan.
2)      Kurikulum dalam bentuk pengajaran yang selama ini dikembangkan dan dijalankan oleh pengajar  di dalam kelas  ternyata banyak menemui hambatan yang   berhubungan   dengan   daya   serap      sisw terhadap   materi   yang disampaikan pengajar (guru) dan keterkaitan serta aplikasinya antara materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga secara garis besarnya, isi dalam kurikulum itu “Kurang bermanfaat bagi siswa”.
3)      Adanya pembaharuan dalam pengajaran sering ditentang  oleh sebagian besar pengajar   (guru)   yang   masih   berpikir   bahw pendidikan    merupakan serangkaian proses belajar mengajar dan   proses evaluasi tanpa adanya pembaharuan dalam pola pencapaian hasil akhir.
4)      Permasalahan  yang  timbul    kemudian  didiskusikan  secara  bersama  untuk dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti.
5)      Proposal inovasi tentang kurikulum   yang kemudian terkenal dengan istilah reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan  segala aspek yang mendukung dan mungkin timbul pada sekolah-sekolah percobaan.
6)      Tindak  lanjut  pada  pengembangan   yang  dilakukan     dalam     reformasi kurikulum ini menggunakan pendekatan dimulai dari bawah ke atas dalam arti dari tingkatan pendidikan yang rendah kemudian ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau dimulai dari pengalaman guru di kelas sampai pengambilan kebijakan tentang kurikulum dibandingkan pendekatan yang selama ini digunakan dari “atas ke bawah”.

Dari asumsi bahwa setiap pengajar (guru) yang terlibat, diwajibka untuk   mengetahu dan   memaham dengan   bena kurikulu yang digunakan sesuai dengan tingkat pendidikan yang digelutinya. Ternyata   asumsi ini tebukti  tidak  benar  dalam  artian  tidak  berlaku  secara  mutlak.  Adapun  urutan kegiatannya secara singkat  sebagai berikut:
1)   Rancangan    penelitian    didasarkan  pada kemampuan  yang ada pada guru, guru  bukanlah  objek  melainkan  sebagai  subjek  dalam  penelitian.  Istilah kegiatan penelitian disini berarti terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan pengajaran dalam bidang pendidikan.
2)   Pengajar  (guru)  dikelompokkan  berdasarkan  hasil  diagnosis  dan  hipotesis yang dibuat sebelumnya.
3)   Pengajar  (guru)  diharapkan  dapat  mengembangkan  teori  pengajaran  yang mereka miliki dan dapat mewujudkannya dengan baik pada saat proses pengajaran  berlangsung  dan dalam menghadapi  siswa. Pendekatan  ini akan banyak  membantu  dirinya  untuk  mengetahui  apyang  mereka  lakukan sekiranya timbul  permasalahan di kelas.
4)   Kelas percobaan penelitian dirancang sedemikian rupa agar dapat disesuaikan denga suasana   guru,   murid   dan   jeni kelas   yang   akan   dijadikan penelitiannya.
5)   Kegiatan   tim  peneliti   awalnya   merumuskan   tujuan  untuk  memfasilitasi kegiatan yang selanjutnya.
6)   Mengidentifikasi dan mendiagnosa situasi kelas yang biasanya terjadi dan mengetahui permasalahan yang timbul   pada saat berlangsungnya proses pengajaran, kemudian mendiagnosa kembali dan mengelompokkan permasalahan-permasalahan yang    dapat diklasifikasikan agar mudah diselesaikan.
7)   Mengembangkan    dan    mengujicobakan    hipotesis    tes   praktek    tentang bagaimana masalah pengajaran dapat dipecahkan dan juga mengelompokkan masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan satu kali penyelesaian.
8)   Untuk menentukan tujuan, prinsip dan penilaiannya maka perlu untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang ada.

Agar  dapat terlaksana,  yang perlu  diperhatikan khususnya bagi para pengajar (guru) sebagai berikut:
1)   Setiap  pengajar  (guru)  seharusnya  dapat  mengontrol  keadaan  kelas  dan infomasi     yang  sedang  berlangsung   sehingga   dengan   mudah  ia  dapat mengakses setiap saat informasi mengenai kelasnya.
2)   Seharusnya kepala sekola mengontrol dan mencek kebenaran data atau informasi yang masuk dan  yang  diperolehnya.
3)   Setiap pengajar (guru) mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di kelas dan juga melihat situasi yang tak formal yang melibatkan langsung  siswa.
4)   Data yang diperoleh tim selayaknya dapat diakses oleh pengajar ( guru) lain yang berhubungan dengannya, orang tua murid dan   siswa untuk keperluan tertentu.
5)   Siswa yang terlibat  interview  (wawancara)  dengan tim peneliti  tetap dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya dan juga dengan orang lain.

Elliot  (1991) mengutip salah  satu  teori yang dikemukakan oleh David Ebbut yaitu  teori  peningkatan  kualitas  pembelajaran  dengan  interaksi    siswa-pengajar. Fokus teori ini terletak pada  pemahaman guru dalam  peranannya memajukan sistem pendidikan yang menitikberatkan pada aspek proses, dimana pembelajaran itu dilaksanakan. Salah satu tujuan teori ini adalah untuk mendemonstrasikan  kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan mempraktekkan kemampuan akademiknydi kelas dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya termasuk siswa dan peranannya  di masyarakat  (karena pada hakikatnya  berinteraksi  dengan siswa  berarti  berinteraksi  dengan  masyarakat  juga).  Dalam  proses  pembelajaran terjadi transfer ilmu dan pemahaman dari pengajar (guru) kepada siswa, oleh sebab itu   banyaknya interaksi antara siswa dengan pengajar (guru), maka   diprediksikan terjadi  peningkatan mutu pengajaran, meskipun hasil akhir belum tentu selalu benar.
Pengembanga teori   kurikulu pad kenyataanny selam ini   tidaklah berjalan sesuai dengan harapan teori itu sendiri, artinya tidak semudah seperti yang direncanakan   dala teori.   Hal   ini   disebabkan   karen dala pengembangan selanjutny sangat   terkait  dengan   berbagai   faktor  diantarany pengajar,   iklim pendidikan disuatu wilayah, proses pembelajaran yang dilakukan guru, dan isi kurikulum itu sendiri.
Pandangan  teori kurikulum,  antara pembelajaran dan pengajaran mempunyai makna dan sudut pandang  yang berbeda, sehingga nantinya dapat dibedakan dengan jelas.  Pembelajaran     dipandang  sebagai  suatu  kegiatan  aktif  dalam  pendidikan dengan  melibatkan  seluruh  komponen  dalam  pembelajaran  dan     menghasilkan sesuatu  yang  diharapkan  dibandingkan     kegiatan  yang  dilakukan  secara  pasif.
Peranan  guru  sebagai  pengembang  kurikulum  di keladan peneliti  dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Peranan  guru sebagapengembang  kurikulum  dan peneliti  merupakan  awal untuk proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di kelas. Penelitian tindakan dipandang penting karena dianggap gurulah yang mengetahui tentang   perkembanga di  kelas   dan  bagaiman cara   mengatasi   permasalahan tersebut. Dengan merujuk kepada peran sentral guru melalui kinerjanya memperbaiki proses pembelajaran menuju  peningkatan  pencapaian prestasi belajar peserta didik.
Salah satu acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang dapat digunakan  oleh guru sebagai  peneliti  atau pelaksana  PTK adalah  teori kurikulum humanis.    Teori  kurikulum  humanistik  yang  dikemukakan  oleh  Stenhouse    sejak tahun 1970-an  (John Elliot,  1991) dilatarbelakangi  oleh keinginan  untuk meningkatkan kemampuan  siswa yang berada di bawah rata-rata menjadi siswa yang berada pada tingkat rata-rata. Dalam kurikulum humanistik  siswa dianggap sebagai subjek atau pelaku humanis dimana setiap siswa berkesempatan  untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansi atau sosok kurikulum semacam  ini hampir  tidak tampak  secara  jelas,  melainkan  berupa  rencana  belajar yang disusun bersama antara siswa dan guru. Dengan menekankan pentingnya memperhatikan  minat dan kebutuhan  siswa secara perorangan,  maka setiasiswa dengan bantuan gurunya, dapat menyusun rencana belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masin-masing.
Peranan guru sebagai pendamping dalam pembelajaran, guru diharapkan dapat bersika sebagai   pembimbing   pembelajaran,   sebaga model  dalam  pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman yang perlu untuk dihampiri siswa jika mereka  bermasalah.   Pada  dasarnya  tanggung   jawab  pembelajara dan  pilihan kegiatan pembelajaran yang tepat guna, sesungguhnya muncul ditangan para siswa.
Berangkat   dari  pemikiran   tentang   kurikulu humanistik   dan  penjelasan tersebut  di  atas  kemudian  dicetuskan  menjadi  penelitian  tindakan  dengan  teori humanis.  Konsep  dasar  teori  humanis  yang  dikemukakan    Lawrence  Stenhouse tersebut adalah didasarkan pada aspek prexiologi yaitu suatu prinsip dasar yang dipahami dan dilaksanaka oleh guru dalam membumikan   tujuan pendidikan  ke dalam praktek pengajaran yang sebenarnya Prexiologi ini   menjadikan proses pendidikan dilaksanakan secara berbeda-beda satu dengan lainnya, baik itu dalam hal metode dan strategi yang digunakan maupun  kurikulum yang digunakan di masing- masing sekolah.
Tujuan dari teori humanis yang dikemukakan oleh Stenhouse  adalah berkaitan dengan  mengembangkan   pemahaman  terhadap  situasi  masyarakat  yang  ada  di sekitarnya dan  diharapkan agar masyarakat dapat menyikap dengan bijaksana perubahan-perubahan     yang  terjadi    di  dalam  dunia  pendidikan.  Teori  humanis tersebut secara garis besarnya dapat dijelaskan  sebagai berikut.
1)   Jika ada silang pendapat  yang tejadi di dalam kelas maka pengajar  (guru) sebagai konselor wajib menyelesaikanny dan mencari solusi secara tuntas saat itu juga permasalahan-permasalahan individu maupun kelompok.
2)   Diharapkan  otoritas  tidak  digunakan  guru,      misalnya  memaksakan pendapatnya kepada siswa mengenai permasalahan  tertentu.
3)   Permasalahan-permasalahan   yang   diperdebatka sisw hendakny dapat dijadikan  sebagai  ajang  diskusi  yang  dapat  memancing  tanggapan  yang berbeda-beda dari  setiap siswa, dan guru mengusahakan untuk menghindari terputusnya  permasalahan tertentu secara terbuka.
4)   Diskusi yang dilaksanakan   diupayakan jangan   sampai melebar keluar dari topik yang sedang dibicarakan.
5)   Guru sebagai fasilitator   (pemandu  kegiatan)   dapat mengarahkan  kegiatan atau diskusi yang dilakukan siswa agar berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan kualitas pengajaran yang dilakukannya.

Istilah praxiologi disini mengandung arti lebih luas, praxis yang berarti guru dalam perannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi, lebih jauh lagi  praxis itu mengatur  prinsip-prinsip  dalam  pengajaran.  Maka  ia  tidak  dapat  dipisahkan  dari istilah kurikulum sebab kurikulum  bukan merupakan suatu keadaan yang statis.
Dalam teori Humanis  digunakan dua pendekatan kepada siswa yaitu :
·         Pendekatan  Membaca -  Memahami Berdiskusi
·         Pendekatan  Membaca Mendiskusikan Memahami

Alat bantu pembelajaran  berupa peralatan multimedia digunakan baik  untuk diskusi  maupun  untuk  melaksanakan  kegiatan  lainnya.  Pada pelaksanaannya  guru yang mengajar di kelas memiliki karakteristik yang berbeda dalam menanggapi dua pendekatan ini. Sikap guru menjadi dua yang berbeda yaitu:
·      Guru yang   awalnya  telah memiliki  gaya mengajar  masing-masing,  ketika menghadapi kejadian   dan permasalahan-permasalahan  yang tidak biasanya yang timbul dari siswa, baik  pengetahuan  maupun pemahaman  baru, maka akan     ditanggapinya  dengan  menggunakan  caryang  selama  ini dilakukannya tanpa mau mentolerir atau melihat kondisi yang sebenarnya terjadi. Dalam pengertian  lain tipe seperti ini diartikan  refleksi pengajaran terlihat dari awal sebelumnya.
·      Guru yang berusaha untuk merubah beberapa aspek  yang dimilikinya berkaitan dengan  permasalahan  yang    dihadapinya  selama  pengajaran  itu berlangsung, kemudian ia berusaha merubah dirinya dan mengusahakan mutu pengajarannya lebih baik dari sebelumnya, mengawasi jalannya pengajaran dan mengevaluasi permasalahan  yang timbul serta berusahmemberikan  pemahaman  yang baik kepada siswa. Dalam kata lain tipe ini diartikan pengajarannya terlihat pada saat mulai dilaksanakannya

Salah satu aspek yang mengiringi reformasi kurikulum tersebut adalah aspek pedagogiknya,  dan dari aspek pedagogik  ini tidak dapat terlepas dari proses yaitu jalannya proses pengajaran yang sebenarnya. Dalam proses pengajaran ini guru diharapkan   mampu   menyesuaika kurikulu yang  ada  dengan   proses  belajar mengajar yang sedang berlangsung. Guru juga diharapkan dapat mengenali adanya perubahayang terjadi pada anak didiknya, yang meliputi  adanya perubahan  cara berpikir,   dan  pengembanga pemahama akan   mater yang   diberikan.   Untuk memenuhi ini guru harus memiliki rasa peduli yang tinggi   juga ditunjang dengan faktor pengalaman yang memadai. Hal ini dikarenakan memahami dan mendiagnosa kejadian  yang  berlangsung  pada  siswa  bukanlah  pekerjaan  yang  dapat  dilakukan dengan  cepat,  akan tetapi dibutuhkan  ketelatenan  dan latihan  yang diperoleh  dari pengalaman guru itu sendiri.


Secara empiris, guru yang berpengalaman mengajar  secara tidak disadari telah melakukan sejumlah kegiatan tambahan yang tidak tercantum dalam satuan pelajaran tetapi ia telah melaksanakan    PTK. Kegiatan tambahan melaksanakan PTK dilaksanakan  kalau ditemui  kelemahan  atau kekurangan  dalam pelaksanaan  PBM. Bilamana  kita  mencermati  praktek  pembelajaran,  dimana  guru  terlibat  langsung dalam  proses  belajar-mengajar  di  kelas.    Ketika  interaksi  antara  guru  dan  murid dalam  proses  PBM,  sepertinya  kegiatan  penelitian  tindakan  kelas    tidak  dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.
Misalnya, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh muridnya di kelas, ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, kemudian guru tersebut mengulang pertanyaan  dengan merubah  kata-kata  yang biasa digunakan  dan mudah dipahami muridnya dengan tujuan yang sama. Kegiatan guru mengulang  pertanyaan  dengan memperbaiki    rumusan  pertanyaan    yang  disampaikan  tersebut  menandakan  guru telah  melaksanakan proses  refleksi  (merenung).  Dalam  konteks  inilah,  kegiatan Penelitian    Tindakan    Kelas   (PTK)   tidak   dapa dipisahkan    dalam   kegiatan pembelajaran.

Setelah guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, dan menemukan masalah yang harus dipecahkan, selanjutnya dilakukan upaya mengatasi masalah  tersebut  dengan  merencanakan  perbaikan  proses  pembelajaran.  Tindakan guru untuk memperbaiki pembelajaran tersebut memerlukan persiapan dalam bentuk perencanaan  perbaikan  pembelajaran  dengan melakukan  penelitian  tindakan  kelas. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai peneliti, antara lain:

a.      Tujuan Pengajaran
Dalam rencana pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan tujuan tambahan setiap mata pelajaran yang direncanakan. Tujuan tambaha tersebu dijabarka dari   setia mata   pelajara sebaga fokus pembelajaran  yang  akan  dijadikan  sasaran  PTK    untuk  meningkatkan  hasil belajar peserta didik yang diharapkan.




b.      Memilih Bahan Pembelajaran
Kesesuaian   materi   baha ajar   dengan   tujuan   yang   ingin   dicapai dicantumkan  dalaRPPDalam  melaksanakan  PTK  memilih  bahan    belajar tidak cukup dengan satu jenis bahan ajar atau harus bervariasi. Pad awal pelaksanaan  PTK  bahan  belajar  sebaiknya  bahan  ajar  tersebut  ditulis  dalam catatan tersendiri, jika guru memiliki keterbatasan mengingat bahan-bahan ajar. Yang perlu diperhatikan oleh guru memilih bahan ajar dalam PTK, selain mudah pengadaannya adalah guru harus benar-benar menguasai konsep materi yang diajarkan.

c.       Memilih Metode
Kegiatan  belajar  mengajar  merupakan  satu  kesatuan  dari  dua  kegiatan yang  searah.  Situasi  yang  memungkinkan   terjadinya  kegiatan  belajar  yang optimal  adalah  suatu  situasi  dimana  siswa  dapat  berinteraksi  dengan  guru dan/atau  bahan  pelajaran  di  tempat  tertentu  yang  telah  diatur  dalam  rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan  metode dan/atau media yang tepat. Pemahamadan kemampuan  guru  sangat  diharapkan  dalam  memilih  pendekatan,  strategi  dan metode serta model pembelajaran  yang sesuai dengan karakteristik  kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, agar tujuan pembelajaran  tercapai secara baik. Strategi  pembelajaran  tersebut  dapat  diartikan  setiap  kegiatan  pengaturan  dari materi yang dipilih, memberikan layanan bimbingan atau bantuan fasilitas atau bantuan  kepada  siswa  dalam  menuju  tercapainya  tujuan  pembelajaran  yang diharapkan.
Untuk kegiatan PTK metode yang terbaik tidak selalu apa yang terpikirkan oleh guru terbaik bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu mempersiapkan berbagai  alternatif  metode  pembelajaran  untuk  membicarakan  satu masalah/pokok  bahasan/sub  pokok bahasan/materi  pelajaran.  Karena itu, dapat dikatakan bahwa metode yang terbaik itu adalah metode yang memiliki tingkat kesesuaian kebutuhan peserta didik agar lebih memudahkan mereka memahami dan menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

d.  Memilih alat bantu.
Kegiatan  pengaturan  dari materi yang dipilih,  memberikan  konsekwensi pada   penyiapan   fasilitas/alat   yang   mendukung   sebagai   alat   bantu   dalam memberikan layanan instruksional kepada siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran biasanya dicantumkan alat bantu mengajar. Untuk kegiatan PTK  guru harus menyiapkan alternatif alat bantu untuk keperluan guru sendiri dalam proses pembelajaran. Alat bantu yang dimaksud antara lain: lembar observasi, catatan harian, kamera, video, alat rekam suara   yang tujuannya untuk merekam peristiwa pembelajaran yang telah dilaksanakan.

e.  Alat Ukur 
Dalam  rencana  pembelajaran,  alat ukur  yang  akan  digunakan,  misalnya berupa tes dicantumkan terbatas jumlahnya. Alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur  ketercapaian  tujuan pembelajaran  (tujuan  instruksional)  yang dijabarkan   dari   indikator-indikator   pencapaian   tujuan.   Kejelasan   alat   ukur tersebut akan memberikan gambaran terpenuhi-tidaknya  kompetensi dasar yang dipersyaratkan untuk pencapaian standar kompetensi yang diharapkan setiap pokok/sub pokok bahasan dari mata pelajaran.
Untuk memperoleh  informasi  yang menyeluruh  dan konprehensif  selama proses pembelajaran, guru yang melaksanakan PTK harus memiliki lebih banyak alat ukur (tes).  Indikator keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru, misalnya  menentukan  tingkat penguasan  berdasarkan  kriteria  dengan rentangan terendah – sampai tertinggi.


Berikut ini dikemukakan beberapa contoh indikator keberhasilan.
Contoh 1:
Pak Heri, guru Matematika, menentukan indikator keberhasilan mengajarkan materi  tentang  rumus  Phythagoras. Ia menentukan keberhasilan mengajar materi yang diajarkannya tersebut dengan berpatokan pada penguasaan materi peserta didiknya, yaitu bilamana minimal 85% peserta didik dapat menerapkan rumus tersebut dalam berbagai ukuran segi tiga. Artinya, pengajar (guru matematika)  dikatakan  berhasil  dalam  proses  pembelajaran  kalau  minimal 85%  dari  jumlah  muridnya  dapat  menjawab  semua  soal  yang  berkenaan dengan ukuran segi tiga. Keberhasilan pencapaian ini, membutuhkan  metode mengajar  yang  tepat  dan  mudah  dipahami     murid-muridnya.  Yang  perlu dipahami oleh guru bahwa tidak semua muridnya pandai, mungkin memiliki tingkat  kecerdasan  yang  relatif  tidak  sama.  Kalau  rata-rata  muridnya  tidak mampu mencapai kriteria antara 85-100%, kriteria tersebut dapat diturunkan mungkin antara 60-80%.

Contoh 2:
Pak Ahmad, guru Olah Raga, mengajarkan Pokok Bahasan: Atletik. Dengan materi pelajaran tentang lompat jauh kepada siswa kelas VI. Ia merencanakan kegiatan pembelajaran  praktek lompat jauh kepada peserta didiknya dengan metode ceramah dan demonstrasi. Pak Ahmad memberikan contoh cara-cara melakukan  lompatan.  Kemudian  ia mengajak  peserta  didiknya  ke lapangan dan menyuruh siswanya satu persatu melakukan lompatan. Ternyata  25 orang siswa kelas VI (memiliki usia yang relatif sama) mampu melakukan lompatan tidak  lebih  dari 150 cm. Pada hal, Pak Ahmad  telah  menentukan  indikator keberhasilan  mengajarkan  materi lompat jauh, yaitu 90% siswanya memiliki kemampuan lompatan di atas 150 cm. Setelah mengetahui dan menyampaikan kemampuan rata-rata lompatan kepada siswanya, ia menentukan indikator keberhasilan   dengan   kriteria-kriteria:   85-100%   berhasil,   60-84%   cukup berhasil, dan 59 % ke bawah kurang berhasil.

Berangkat  dari  kemampuan  awal  rata-rata  lompatan  peserta  didiknya,  Pak Ahmad berupaya memperbaiki proses pembelajaran pada materi yang sama dengan memberikan   contoh  teknik-teknik   lompat  jauh  kepada  siswanya,   kemudian   ia menyuruh   siswanya   satu   persatu   mempraktekkan   cara-cara   dan   teknik-teknik lompatan  di  lapangan.  Perlu  diingat  bahwa  setiap  guru  harus  memahami  bahwa setiap anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda dalam bidang olah raga.
Dalam rencana pembelajaran seperti yang dikemukakan pada butir a sampai butir  e  di  atas,  tidak  tercantum   beberapa  butir  tambahan   dalam  pelaksanaan-pelaksanaan   PTK.   Untuk   memudahkan   Anda   dalam   pelaksanaan   PTK,   butir tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut  antara lain sebagai berikut.
Merencanakan fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK.
1)      Dalam menentukan fokus pembelajaran yang perlu selalu Anda ingat adalah kriteria melaksanakan PTK sebagaimana telah Anda pelajari pada unit 3.
2)      Menentukan kriteria keberhasilan, seperti contoh 1 dan 2 butir e.

Berkaitan dengan persiapan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru seperti  yang  dikemukakan  di  atas,  dalam  perencanaan  pelaksanaan  pembelajaran (RPP) guru merasa ada tugas tambahan melaksanakan PTK. Tambahan kegiatan tersebut   antara   lain   guru   harus   mempersiapkan    beberapa   alternatif   dalam melaksanakan setiap tahap dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa alternatif tersebut diantaranya berkenaan dengan apersepsi, metode, berbagai alat ukur, materi pelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aspek berpikir, yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun aspek keterampilan.
Untuk memudahkan Anda memahami tentang kegiatan tambahan guru sebagai peneliti dalam mempersiapkan pelaksanaan PTK akan disajikan contoh format perencanaan pelaksanaan pembelajaran dalam PTK, yang dilengkapi dengan mencantumkan fokus pembelajaran yang menjadi sasaran PTK dan kriteria atau indikator keberhasilan.
Dari  butir-butir  dalam  rencana  pelaksanaan  pembelajaran,  seperti  tampak dalam tabel 4.2. Anda akan mengerti bahwa ada beberapa kegiatan tambahan guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK.   Untuk itu, silahkan Anda mencermati setiap butir  atau  komponen    rencana  pembelajaran    seperti  tampak  pada  contoh  format berikut.

Format: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK

      Mata Pelajaran                        : …...........................................
      Kelas/Semester                       : …...........................................
      Pertemuan Ke-                        : …...........................................
      Alokasi Waktu                        : …...........................................
      Standar Kompetensi               : …...........................................
      Kompetensi Dasar                  : …...........................................
      Indikator                                 : ……………………………...
      Fokus Pembelajaran (PTK)    : ...............................................
                                                                                                         
         ===================================================

I.        Tujuan Pembelajaran                  : …...................................
II.          Materi Ajar                                 : …...................................
    III.     Metode Pembelajaran               : …...................................
    IV.     Langkah-langkah Pembelajaran
                      A. Kegiatan Awal                        : …...................................
                      B. Kegiatan Inti                                        : …...................................
                      C. Kegiatan Akhir                        : …....................................
                 V.   Alat/Bahan/Sumber Belajar          : ………………………...
                 VI.  Penilaian                                       : …………………………
                VII. Kriteria Keberhasilan                    : …………………………
Dalam  pelaksanaan  PTK  guru  benar-benar  mempersiapkan    apersepsi  yang lebih menarik. Sebagaimana dikemukakan pada butir 1 di atas, ada sejumlah kegiatan tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pembelajaran (RPP). Kegiatan tambahan dalam pelaksanaan PTK tersebut memberikan isyarat bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan PTK harus   mewaspadai setiap kegiatan tambahan yang direncanakan  dan  dilaksanakan  lebih  banyak  lagi  sebagai  suatu  siklus.  Biasanya sesuatu yang tidak direncanakan muncul yang memerlukan ketika PBM berlangsung. Salah satu contoh, misalnya guru bertanya kepada peserta didik, ternyata tidak ada sambutan  atau jawaban,  kemudian  guru mengulang  pertanyaan  dengan  mengubah kata-kata  yang  tidak  dikenal  murid  dengan  kata-kata  biasa.  Secara  cepat  guru merenung  (merefleksi)  lalu  merubah  kata-kata  dalam  rumusan  pertanyaan  yang diajukan kepada peserta didik.
Pada umumnya, dalam  satuan pelajaran atau rencana pembelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya: “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan  di dalam kelas, guru mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya mengurangi minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran  yang  akan  dilaksanakan  oleh  guru  di  kelas.    Kegiatan  tambahan tersebut, misalnya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh muridnya di kelas, ternyata tidak ada jawaban atau sambutan, kemudian guru tersebut mengulang pertanyaan dengan merubah kata-kata yang biasa digunakan dan dipahami muridnya dengan  tujuan  yang sama.  Kegiatan  guru  mengulang  pertanyaan  dengan memperbaiki    rumusan  pertanyaan    yang  disampaikan  tersebut  menandakan  guru telah melaksanakan proses refleksi (merenung).




Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya:
a.       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
b.      Sebelum  mulai  mempelajari  atau  membahas  materi  baru,  guru  perlu  yakin betul bahwa materi yang mendasari  bahan yang akan dibahas  (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin betul bahwa materi yang sudah dikuasai muridnya  atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai memudahkan  peserta  didik   mempelajari  materi  baru.  Untuk  itu guru  perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan  mengenai bahan yang akan dibahas atau diajarkan tersebut.
c.       Guru   menyajikan   bahan/materi   baru   sesuai   dengan   TIK.   Dalam   upaya pencapaian TIK, guru perlu menguasai dan memilah yang mana harus didahulukan.  Artinya,  mana  TIK  yang  merupakan  pre-requisite  untuk  TIK lainya dan mana TIK yang mudah dari yang lainnya. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus mampu menerapkan kreteria tersebut dalam proses pembelajaran.
d.      Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode- metode  tersebut  harus  dioperasionalkan  (misalnya:  bagaimana menceramahkan, yang mana murid mempraktekkan sendiri, bagaimana mendiskusikan) dan bagaimana pelaksanaan metode tersebut. Jadi guru sebagai pelasana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan,   apakah   kegiatan   dengan   metode   tersebut   dilakukan   secara klasikal, individual atau kelompok.
e.       Pengaturan  dan pemanfaatan  waktu belajar. Alokasi waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran  dan pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga harus mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana  PTK  guru  harus  selalu  cermat  dan  teliti  bahwa  tugas  guru  tidak sekedar  menyampaikan  materi  yang  berbentuk  fakta  tetapi  lebih    dari  itu, peserta   didik  harus  dilatih   pada  proses  berpikir   yang  lebih  tinggi   dari penerapan  yaitu peserta didik harus terlatih dalam berpikir  analisis,  sintesis, dan berpikir evaluatif, pengembangan ranah afektif (nilai dan sikap) dan ranah keterampilan. Untuk itu, melalui mata pelajaran apa saja dapat dilatihkan dan dibina  manusia  yang  terampil  menggunakan  panca  inderanya  dan  manusia yang dapat dijadikan teladan dan panutan (disiplin, jujur, teliti, terbuka, hemat, menghargai waktu, kreatif dan inovatif, bertanggung jawab dan lain-lainnya).
           
Pelaksanaan tindakan di kelas adalah menerapkan desain tindakan yang telah disusun  dalam  perencanaan  awal.  Perencanaan  awal  tersebut  diterapkan  di  kelas sesuai  dengan  skenario  pembelajaran  yang  selanjutnya  dilakukan  observasi  dan refleksi. Rangkaian pelaksanaan   tindakan tersebut membentuk siklus yang terus mengalir  menghasilkan  siklus  baru  sampai  penelitian  tindakan  kelas  dihentikan. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, yakni: (1) perencanaan → (2) pelaksanaan tindakan → (3) observasi → (4) refleksi.
Setelah  refleksi  biasanya  muncul  permasalahan  atau  pemikiran  baru  yang perlu mendapat perhatian, sehingga memerlukan revisi atau modifikasi perencanaan, revisi atau modifikasi refleksi. Proses revisi atau modifikasi tersebut terus dilakukan secara sistimatis sampai ditemukan modifikasi yang paling tepat sehingga masalah dapat terpecahkan atau perubahan yang diharapkan telah tercapai. Banyaknya siklus tergantung  kepada  tercapainya  tujuan  atau masalah  telah dapat dipecahkan  secara memuaskan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur dan kolaboratif antara guru dan teman  sejawat,  dan  bahkan  bila  diperlukan  berkolaborasi  dengan  dosen  terutama yang  terkait dengan masalah pembelajaran di sekolah.


            Keputusan tentang hsil belajar merupakan umpan balik bagi guru. Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Pelaku aktif belajar adalah siswa. Hasil belajar tersebut merupakan hasil proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi.
Permasalahan teori dan praktek dalam pendidikan pada hakikatnya terletak pada isi kurikulum dan evaluasi kurikulum, yang dilakukan selesai proses belajar mengajar. Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanaan pembelajaraan yang menjadi rugas propfesinya sebagai guru. Umpan balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan).
Penyempurnaan proses pembelajaraan ditunjukan untuk memperbaiki proses pembelajaraan. Bagi guru yang memiliki pengalaman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat terbantu pada saat pelaksanaan PTK.
Pada saat awal kegiatan  PTK membuat proposal menjadi sangat penting karena akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Penyiapan dan pengembangan proposal menjadi kurang penting kalau kegiatan PTK sudah menjadi kebiasaan. Di samping  itu membuat proposal menjadi keharusan bilamana kegiatan PTK menjadi tututan akademik dalam menyelesaikan program S-1,juga pengembangan proposaldijadikan syarat mutlak bilaman kegiatan dinilai oleh pihak lain.
Kalau masalah yang diteliti sudah jelas, guru perlu melakukan analisis dan pengkajian sehingga ditemukan alternatif pemecahannya. Dengandemikian guru sudah dapat perumusan tujuan PTK yang akan dilaksanakan oleh guru sendiri. Agar tujuan yang dirancang berhasil, guru perlu memilih metode, penentuan alat pengumpul data atau informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya kalau data sudah terkumpul tehnik pengolahan data dan analisisnya harus dipilih yang tepat. Akhirnya dari hasil analis tersebut digunakan untuk membuat untuk keputusan tentang keberhasilan PTK yang dilakukan. Urutan pola pikir seperti iniselalu diterapkan dalam PTK.
Sebelum melaksanakan perbaikan dalam pelaksanaan PTK, anda harus mengembangkan kreteria untuk menentukan keberhasilan perbaikan tersebut. Kreteria yang dapat ditentukan antara lain, yaitu: (1) menentukan standar persentasiwaktu minimal (misalnya 75%). (2) taraf serap siswa akan naik yangindikatornya (misalnya taraf serap minimal 80%) menggunakan tes formatif (tertulis). Oleh karena itu selain menyelenggarakan PTKuntuk pemanfaatan waktubelajar dari segi nkuantitatif harus juga dilaksanakan segi kualitatifnya.
Cotoh lain pelaksanaan PTK utuk mengembangkan proses berpikir siswa, misalnya:
Seorang guru kelas 6 Sdtidak mampu mengembangkan proses berpikir saat pelajaran IPA. Misalnya mengembangkan proses berpikir dari ranah kognitif menurut taksonomi bloom yang meliputi 6 jenjang berpikir dari terendah, [mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan sintesis (C4), analisis (C5), dan tertinggi (C6) menilai=evaluasi]. Proses pembelajaran baik dikelas ataupun menggunakan media cetak (modul,buku pelajaran) hasil penelitian menunjukan guru atau buku pelajaran yang banyak digunakan adalah proses berpikir rendah (kebanyakan ingatan/fakta, sebagian pemahaman ada beberapa penerapan) sangat sedikit atau hampir tidak ada hal-hal yang berkenan dengan analis,sentises, dan evaluasi, hal ini tergambardalam apa yang dituliskan dalam buku pelajaran atau apa yang ditanyakan dalam ujian/ulangan sekolah.
Proses pembelajaran untuk melatih siswanya untuk berpikir dengan proses berpikir tingkat tinggi diharapkan siswa akan kritis,kreatif, dan akhirnya ingin mengadakan perbaikan terhadap apa yang ada. Ini tentu memerlukan waktu dan kesabaran guru  untuk mencari bahan atau materi baru. Bahan yang mudah diangkat sebagai materi latihan dikelas adalah kasus-kasus yang terjadi da;am kehidupan sehari-hari.
Kriteria keberhasilan dalam pengembangan proses berpikir dalam pembelajaran adalah adanya peningkatan kemunculan proses berpikir tinggi. Kalau selama ini kemunculannya sangat langka bagaimana kalau pada tahap awal seperti sekarang ini kalau dimunculkannya paada pertemuan yang akan datang lebih banyak lagi.
Masalah pengembangan nilai atau sikap ini sudah menjadi tanggung jawab setiap guru. Pada waktu ini tidak emua guru menyadari bahwa pengembangan nilaiitu menjadi tanggung jawabnya , masukanlah tugas ini sebagai salah satu kegiatan  PTK. Prosuder yang ditempuh dalam pelaksanaan PTK mengenai pengembangan nilai dan sikap sama dengan upaya pengembangan proses berpikir tingkat tinggi.
Contoh rencana penelitian yang berdasarkan kerangka teoritis dan hipotedi tindakan,elanjutnya menyusun RPP.

Contoh: kerangka teoritis dan hipotesis tindakan
a.      Kerangka teoritis
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar optimal adalah salah satu situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pelajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan etode atau media yang tepat. Salah satu model tersebut adalah model peljaran kooperatif dengan pendekatan student teams achivement divisions (STAD), yang digunakan dalam penelitian ini.

b.      Hipotesis tindakan
Berdasarkan kerangka uraian teoritis diatas dapatlah disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif STAD, maka haasil belajar siswa pada materi ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan meningkat.




Contoh: rencana penelitiaan
1.      Setting penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dikelas XC SMA muhadiyah sintang dengan jumlah siswa 36 orang.
2.      Faktor yang diselidiki
a.      Faktor siswa
1)   Melihat kemampuan siswa dalam memahami rumus matematis ekonomi dan aplikasinya dalam penyelesaian soal hitungan.
2)   Perilaku siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.
3)   Hasil belajar siswa
b.      Faktor guru
Melihat kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD.
3.      Rencana tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dengan 2 siklus  dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu.


a.      Siklus pertama
1)      Perencanaan
2)      Pelaksanaan tindakan
3)      Observasi
4)      Analisis
5)      Refleksi
b.      Siklus kedua
1)      Perencanaan
2)      Pelaksanaan tindakan
3)      Observasi
4)      Analisis
5)      Refleksi


4.      Data dan cara pengambilan
a.       Sumber data
b.      Jenis data
c.       Cara pengambilan data
5.      Indikator kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila minimal 80% siswa telah dapat mencapai standar ketuntasan belajar minimal dengan nilai 60.


BAB III

Salah satu alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang terkait didalamnya.
Perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru yang didasarkan kesadaran tanggung jawab profesi guru yang terlihat secara langsung dalam PBM. Selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti atau pelaksana PTK. Keterlibatan dalam kegiatan perbaikan proses pembelajaran tersebut terdapat didalamnya yaitu pengajar dan peneliti itu sendiri. Tindakan kelas berupa untuk memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaraan dalam rangka peningkatan kualitas lulusan. Kegiatan dari sebagian  guru yang berpengalaman, sudah menetapkannya dalam pengalamannya dalam pembelajaran. Walaupun kurang disadari dan belum direncanakan.
Guru sangat merasakan adanya kegiatan tambahan dibandingkan dengan tugas mengajar biasa pada tahap pelaksanaan PTK. Tambahan kegiatan tersebut antara lain guru harus mempersiapkan beberapa alternatif kegiatan pada tahap awal pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu apersepsi, metode, berbagai alat ukur (tes), materi yang mengembangkan berbagai aspek berpikir, aspek kreatif, ataupun aspek keterampilan. Sebelum keterampilan PTK menyatu dengan diri guru, alternatife tindakan pada setiap tahap seyogyanya dibuat tertulis namun kalau PTK sudah menyatu dengan guru, catatan tertulis ini kurang diperhatikan.
Semua kekurangan dalam pembelajaran akan dapat diperbaiki asalkan ada kemauan guru dan pihak sekolah untuk melaksanakan PTK. Sekiranya semua guru disekolah termsuk kepala sekolah secara serempak melaksanaan PTK pada waktu yang tidak terlalu lama akan dapat meningkatkan kualitas sekolah bahkan menjadi sekolah unggulan.
33
 


Setelah mempelajari materi dalam makalah ini diharapkan agar pembaca terutama guru ataupun para calon guru mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di kelas.















  



DAFTAR PUSTAKA


Aunurrahman, dkk.2009. Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta: Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar