Kamis, 05 Oktober 2017

Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan Perencanaan (Planning) adalah langkah awal dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Langkah ini menjadi landasan bagi langkah-langkah berikutnya, yaiyu pelaksanaan, obsevasi dan refleksi. Meskipun, pelaksanaan tindakan memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran, namun tindakan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan. Dengan perencanaan yang baik, guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan.
            Berdasarkan latar belakang yang penyusun ungkapkan diatas, berikut dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini :
1.                  Mengidentifikasi Masalah
2.                  Menganalisis dan Merumuskan Masalah
3.                  Memahami Hipotesis Tindakan
4.                  Menilai Kelayakan Hipotesis
5.                  Beberapa Contoh Hipotesis Tindakan
Tujuan yang hendak dicapai melalui makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui cara melakukan identifikasi masalah;
2. Mengetahuicara merumuskan masalah;
3. Mengetahuicara menganalisis masalah;
4. Mengetahuicara menilai kelayakan hipotesis; dan
5. Mempersiapkan pelaksanaan PTK.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka, dimana materi yang dibahas dalam makalah ini diambil dari buku-buku yang ada hubungannya dengan judul makalah. Penulis juga mengakses info dengan menggunakan internet sebagai media informasi dan sumber referensi untuk penambahan informasi yang disajikan dalam makalah.




Identifikasi masalah  merupakan kegiatan awal di dalam rangkaianproses pelaksanaan PTK. Jika guru dapat mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran dengan baik, maka ia telah memulai atau mengawali proses PTK dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalammelakukan analisis masalah dan merumuskan hipotesis tindakan. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif yang ada di bagian akhir subunit ini. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada subunit ini Anda diharapkan dapat menjelaskan cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah dengan benar sebagai bagian dari langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan melaksanakan PTK selanjutnya.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari, tentu Anda seringkali dihadapkan pada berbagai masalah pembelajaran bukan? Coba Anda ingat kembali masalahmasalah apa saja yang sering Anda hadapi di kelas yang berpotensi menghambat pencapaian hasil belajar yang Anda harapkan. Sebagaimana telah Anda pahami melalui pembahasan dan latihan-latihan dalam unit-unit sebelumnya, suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola proses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bilamana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Jika uraian di atas Anda cermati dengan baik maka hal penting yang dapat kita pahami adalah bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Walaupun guru belum merasa jelas dengan masalah tersebut, namun guru yakin bahwa memang ada sesuatu yang kurang beres dalam proses pembelajaran yang ia lakukan dan perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerlukan perbaikansegera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya  perbaikan yang tepat dan sistematis akan berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha tidak menutup-nutupi masalah yang dihadapinya. Bilamana diperlukan akan lebih baik jika dapat diungkapkan kepada rekan-rekan guru untuk memperoleh tanggapan dan saran mereka. Berbekal kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono (1996/1997:5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi masalah.
1.                  Apa yang menjadi keprihatinan Anda (guru, kepala sekolah)?
2.                  Mengapa Anda memprihatinkannya?
3.                  Menurut Anda, apa yang dapat Anda lakukan untuk itu?
4.                  Bukti-bukti apa yang dapat Anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi?
5.                  Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
6.                  Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi?

Meskipun pertanyaan-pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan tidak dapat mencapai sasaran tepat sehingga tidak mampu mencapai perubahan ke arah perbaikan sebagaimana yang kita harapkan. Karena itu sekali lagi mari kita bersikap jujur pada diri kita sendiri. Ungkapan kejujuran itu tidak harus kitakemukakan kepada orang lain, kecuali kita bermaksud melakukan penelitian secara kolaboratif dengan rekan-rekan guru atau dengan dosen LPTK. Selebihnya cukup kita menjawab untuk diri kita sendiri dan dibantu melalui catatan sendiri. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003: 2.5) memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri.
1.           Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2.           Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3.           Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4.           Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5.             Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?

Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya. Jikahal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalahnya. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru yang belum dapat menemukan masalah di kelasnya yang dilaksanakan dalam suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.
Dosen  
:
Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu lakukan?
Guru
:
Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran yang saya  lakukan.
Dosen 
:
Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam pembelajaran?
Guru
:
Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan lancar saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya mendengarkan. Jika saya berikan PR, pada umumnya mereka kerjakan. Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan. Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada masalah dengan pembelajaran saya
Dosen 
:
Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan?
Guru
:
Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hampir separoh dari siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.
Dosen 
:
Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum mengerti?
Guru
:
Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan. Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak bisa
mengerjakan dengan baik.
Dosen 
:
Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau pertanyaan.
Guru
:
Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja, sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran mereka.
Dosen 
:
Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran?
Guru
:
Ya ada, bahkan banyak masalah.

Apa kesimpulan Anda dari dialog di atas? Adakalanya kita menjumpai hal-hal seperti ini. dan kejadian seperti ini merupakan hal yang wajar, sebab untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya pikir kritis dalam menilai situasi. Apa yang dapat Anda lakukan jika menghadapi guru yang belum dapat menemukan masalah pembelajarannya? Tentu Anda bisa membantu menemukan masalah dengan berbagai cara yang Anda yakini lebih tepat. Bisa dengan berdiskusi, mungkin dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sederhana seperti dialog di atas. Mungkin Anda ajak guru tersebut melihat dokumen kelas, misalnya daftar hadir, daftar nilai, catatan-catatan khusus tentang siswa dan sebagainya.
Apa yang kita lakukan untuk membuat pertanyaan bagi diri kita sendiri dan melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah di atas kembali mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah harus berasal dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal dari orang luar. Namun ada kalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain, kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi adalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan dan bawahan.
Untuk membantu pemahaman Anda tentang identifikasi masalah, berikut ini diketengahkan beberapa contoh hasil identifikasi yangpernah dilakukan guru ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan pertama tentang apa yang terjadi di kelas.

Ilustrasi 1:
Bu Isma adalah salah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifkasi yang ia lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali kegiatan mengajar, biasaya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR) siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan temantemannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas (menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.

Ilustrasi 2:
Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi.
1.                  Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
2.                  Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktikum IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan.
3.                  Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman sekelas sehingga suasana belajar menjadi terganggu.
4.                  Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar, padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA.

Anda juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi padasalah satu SMP seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001), seperti berikut:
a.                   Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab.
b.                  Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c.                   Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-ganti.
d.                  Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan pasangan duduknya.
e.                   Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman-temannya.
f.                   Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal geografi.
g.                  Siswa tidak dapat menstransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata pelajaran lain.
h.                  Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
i.                    Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam di sekitarnya.
j.                    Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan kehidupan masyarakatnya.

Contoh di atas merupakan bagian kecil dari banyaknya masalah yang sering dihadapi guru. Coba Anda pikirkan masalah-masalah apa saja yang Anda jumpai dalam praktik pembelajaran.

melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi Anda dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga faktor-faktor  penyebabnya. Identifikasi masalah akan menghasilkan daftar masalah. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepadadiri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan mengajar atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan.

Jika kita memperhatikan ilustrasi pertama di mana banyak siswa tidak mengerjakan PR kemudian banyak yang memilih untuk menyontek pekerjaan teman di sekolah, kita belum bisa menentukan apa masalah nyata yang dihadapi siswa. Kemungkinan motivasi belajar mereka rendah, atau karena mereka tidak dapat mengikuti penjelasan yang disampaikan guru. Hal itu juga dapat terjadi karena sebagian mereka tidak memiliki buku paket karena buku paket tidak mencukupi untuk seluruh siswa, sehingga harus meminjam dengan teman lain. Atau dapat pula terjadi karena beberapa siswa harus membantu pekerjaan orang tua mereka, sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan PR. Mungkin masih ada masalah-masalah lain yang terkait dengan kebiasaan anak yang tidak mengerjakan PR tersebut. Oleh sebab itu perlu diperjelas masalah sesungguhnya, sehingga guru dapat mencari alternatif pemecahan yang tepat untuk dikembangkan melalui PTK.
Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan. Untuk lebih jelasnya masing-masing tujuan diuraikan berikut.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Akan tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar. Masalah yang masih bersifat umum dan samar-samar akan sulit dikaji melalui PTK. Karenaitu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa siswa-siswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Memperhatikan keadaan tersebut, mungkin benar apa yang diungkapkan guru bahwa siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi diri kembali. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin membuat siswa merasa jenuh. Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada pokok bahasan tertentu, karenaada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.

Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, disamping dapat menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkinkan menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Ketika guru melakukan perenungan atau refleksi apakah siswasiswanya benar-benar tidak tertarik pada pelajaran matematika dengan sendirinya guru juga memikirkan mengapa mereka kurang tertarik. Untuk menemukan faktor penyebab dalam kegiatan analisis masalah ini ada dua cara yang dapat dilakukan guru. Pertama merenung kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri. Renungan terhadap diri kita sendiri sering kali disebut refleksi atau introspeksi. Dalam melakukan introspeksi ini ada beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan. Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas kepada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkenan denganmetode mengajar, bahan pelajaran, motivasisiswa, hasil belajar siswa, kemampuan mengerjakan latihan dan sebagainya. Di bawah ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat Anda ajukan.

-                    Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa?
-                    Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup disertai contoh-contoh?
-                    Apakah saya sudah memberikan dorongan agar mereka memberikan tanggapan terhadap apa yang saya jelaskan?
-                    Apakah bimbingan dalam penyelesaian latihan yang saya berikan cukup memadai?
-                    Apakah saya terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang tidak mereka pahami?

Beberapa contoh pertanyaan di atas dapat dijawab langsung oleh guru sendiri dengan melakukan refleksi atau instrospeksi secara jujur dan terbuka tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya.

Cara kedua untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah, Anda juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan menggunakan wawancara maupun dengan memberikan kuesioner. Akan tetapi perlu Anda ingat, di samping kuesioner memerlukan beberapa langkah persiapan dalam pembuatannya, Anda juga harus yakin bahwa siswa-siswa Anda di sekolah dasar memahami substansi pertanyaan dan cara-cara menjawabnya. Oleh sebab itu mungkin wawancara lebih tepat  dilakukan dibandingkan kuesioner dengan mempertimbangkan berbagai hal, terutama dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan mereka sebagai siswa sekolah dasar. Wawancara yang Anda lakukan juga tidak perlu dalam situasi yang terlalu formal. Anda dapat melakukannya di sela-sela kegiatan pembelajaran, waktu istirahat, pada saat di perpustakaan dan sebagainya sehingga siswa tidak merasa takut atau segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda. Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat Anda ajukan kepada siswa, misalnya:

-                    Apakah kamu mengerti materi pelajaran yang guru jelaskan?
-                    Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran?
-                     Apakah kamu sering mengajukan pertanyaan?
-                    Apakah kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan soal?
-                    Apakah guru memberikan bimbingan jika kamu menghadapi kesulitan mengerjakan latihan?
-                    Apakah pekerjaan rumah yang guru berikan dapat kamu kerjakan? 

Anda juga dapat mengkaji berbagai dokumen kelas,seperti daftar hadir, daftar nilai atau dokumen lain yang memuat data terkait dengan masalah tersebut. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus pula mengarah pada penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu masalah yang Anda hadapi.
Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada dirinya sendiri, ia akan mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.

 Jika Anda melakukan analisis masalah dengan melakukan refleksi atas apa yang terjadi dan apa yang Anda lakukan, atau melakukan pengkajian terhadap dokumen-dokumen kelas seperti daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya, maka Anda akan sampai kepada penilaian seberapa berat atau seberapa mendasarnya masalah tersebut dalam upaya mencapai perubahan kearah hasil belajar yang lebih baik. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang tersebut berkaitan dengan keterlibatan sebagian besar siswa dan berkenaan dengan hal-hal substansif dalam pembelajaran berarti permasalahan dapat dikategorikan sebagai masalah strategis. Sebaliknya jika hasil analisis merujuk kepada suatu masalah yang kurang mendasar dan tidak terkait langsung dengan keberlangsungan proses pembelajaran, maka mungkin tidak digolongkan sebagai masalah mendasar dan strategis sehingga dapat dikaji atau diselesaikan dengan cara lain dan tidak perlu dikaji melalui PTK.
Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa komponen berikut:
1.                  Menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan guru mengetahui seberapa besar keaktifan siswa masuk sekolahdengan melakukan perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap bulan. Perlu dicermati pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa tertentu atau menyangkut sebagian besar siswa.
2.                  Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai yang mereka capai pada seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaianhasil belajarnya rendah, dan bidang studi mana yang mampu mencapai hasil rerata yang lebih baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil belajarnya.
3.                  Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan.
4.                  Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya.

Jika Anda telah melakukan analisis masalah secara cermat, maka masalah yang akan Anda kaji sekarang sudah menjadi semakin jelas.Langkah berikut yang Anda lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan operasional sehingga memberi kejelasan bagipenentuan alternatif pemecahan atau perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahanmemiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris, yakni pengumpulan data dan analisis.

Cobalah Anda lakukan latihan merumuskan beberapa masalah berdasarkan analisis masalah yang telah Anda lakukan. Sebagai contoh, setelah pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi adalah kurangnya pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh dan merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut:

Contoh 1:
Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran.


Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya.

Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya dalam pelajaran IPS adalah rendahnya kemampuan siswa di dalam mengungkapkan pertanyaan dan mengemukakan pendapat ketika pelajaran berlangsung. Masalah tersebut dinyatakannya sebagai berikut:

Contoh 2
Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagian-bagian materi pelajaran
yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.


Abimayu (dalam Wardani, 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah.
1.  Jangan memilih masalah yang Anda tidak kuasai.
2.  Ambillah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas.
3.  Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi Anda dan murid Anda.
4.  Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah.

`Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, perlu Anda ingat kembali bahwa tidak mungkin dengan satu tindakan, semua masalah terpecahkan. Juga tidak semua masalah memerlukan pemecahan melalui PTK. Untuk menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK berikut ini ada beberapa hal yang dapat
dijadikan acuan:
1.                  Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang bersangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan.
2.                  Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan di kelas. Anda perlu menyadari jangan mengangkat suatu masalah yang Anda tidak mampu melaksanakan tindakan perbaikannya. Oleh karena itu pilihlah masalah yang benar-benar Anda mampu memperbaikinya melalui suatu tindakan.
3.                  Masalah yang telah Anda pilih untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai faktor penyebab utamanya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya. Jika Anda tidak mampu merumuskan masalah secara spesifik, maka pemecahan yang akan dilakukan akan sangat sulit mencapai sasarannya secara mendalam.

Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998: 67). Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Di dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Pada intinyayang kita susun untuk menguji relasi antara A dan B adalah prediksi-prediksi yang berbentuk “Jika A maka B”. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan. Ia demikian pentingnya, sehingga kita berani mengatakan bahwa jika tidak ada hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993).Hipotesis mengarahkan telaah, karena di dalam hipotesis kita merangkai-rangkaikan segi-segi teori yang kita uji, menyusunnya menjadi wujud tertentu yang memungkinkan pengujian atau mendekati kemungkinan pengujian.
Bilamana peneliti telah mengkaji secara mendalam masalah penelitiannya, maka ia mencoba merumuskan teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Untuk selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang telah ia rumuskan. Peneliti mengumpulkan data yang ia perlukan untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskannya dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, bilamana ternyata tidak terbukti. Hal penting yang perlu diperhatikan peneliti adalah bahwa dirinya tidak boleh mempunyai keinginan atau ambisi agar hipotesisnya terbukti sehingga ia melakukan pengumpulan data yang hanya membantu mencapai keinginannya tersebut, atau memanipulasi data sedemikianrupa sehingga mengarah pada keterbuktian hipotesis. Sebagai peneliti ia harus memegang teguh sikap obyektif di dalam pengumpulan data dan melaksanakan langkah-langkah lainnya di dalam penelitian.

Di atas telah dijelaskan bahwa hipotesis mempunyai kedudukan yang penting dalam penelitian. Oleh sebab itu perumusan hipotesis harus dirumuskan dengan jelas. Borg & Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis:
1.             Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2.             Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3.             Hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

Dari pembahasan di atas, Anda telah memperoleh gambaran umum tentang hipotesis. Meskipun tidak seluruhnya sama, akan tetapi pengertian dan prinsip-prinsip dasar hipotesis secara umum di atas dapat dijadikan kerangka dasar untuk memahami hipotesis tindakan dalam PTK. Pengertian hipotesis tindakan sedikit berbeda dengan hipotesis konvensional seperti diuraikan di atas. Jika hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, Hipotesis tindakan hendaknya dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sudarsono, 1997: 9). Sebagai contoh: “jika intensitas latihan membuat kalimat ditingkatkan, maka siswa akan lebih mudah menyusun suatu karangan”. Contoh lain, “bilamana pada setiap akhir pelajaran IPS guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka kemampuan siswa mengingat materi yang telah dibahas akan lebih bertahan lama”. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Dari contoh pertama tindakan yang dilakukan melalui PTK dapat mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengarang. Sedangkan melalui tindakan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kedua diduga dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan.

Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian terhadap teori, atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran yang telah dilakukan.
Beberapa pakar menyarankan agar dalam merumuskan hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan.
1.  Kajian literatur khususnya teori pendidikan atau pembelajaran.
2.  Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
3.  Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti dll.
4.  Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan

Melakukan kajian literatur merupakan suatu kegiatan dimana guru sebagai peneliti berupaya menghimpun, memilah dan menganalisis berbagai sumber tulisan. McMillan dan Schumecher (2001), melihat pentingnya peran kajian literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu membimbing pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya, mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat serta mengembangkan hipotesis. Telaahan literatur secara keseluruhan juga akan memberikan bekal bagi peneliti dalam rangka melihat secara kritis masalah yang akan ia kaji, sehingga guru dan peneliti tidak berada dalam kekosongan karena telaahannya akan memberikan arah agar dirinya selalu mampu bersikap kritis, menjauhi sikap dogmatis dan emosional serta kepentingan dirinya sendiri. Telaahan literatur juga memberikan isyarat agar tidak terjadi reflikasi atau pengulangan yang tidak perlu. Bilamana kajian literatur dilakukan secara cermat, maka guru akan mendapatkan informasi yang kaya, dan begitu banyak hal-hal yang baru. Cobalah Anda diskusikan lebih dalam dengan rekan-rekan Anda manfaat lain dari kajian literatur atau kajian teori sehingga akan semakin memperkokoh hipotesis tindakan Anda. Di samping itu Anda akan lebih percaya diri untuk melakukan tindakan perbaikan yang akan Anda kembangkan melalui PTK.

Dengan melakukan kajian di atas guru dapat memperoleh landasan atau kerangka dasar untuk membangun hipotesis tindakan. Sebagai contoh, bilamana guru pada awalnya memperkirakan bahwa dengan mengembangkan model cooperative learningkemampuan siswa untuk mendalami materi akan semakin baik, maka selanjutnya guru dapat mengkaji teori tentang pembelajaran kooperatif, berdiskusi denganpakar atau dengan teman sejawat. Jika guru telah merasa yakin dan telah mengkaji kelayakan model tersebut dilihat dari dimensi siswa, lingkungan sekolah maupun kemampuan dirinya, maka guru dapat merumuskannya dalam bentuk hipotesis tindakan. Dengan demikian hipotesis yang dibangunnya telah didukung oleh suatu kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada bagian awal subunit ini telah dijelaskan dan mungkin anda masih ingat bahwa menilai kelayakan hipotesis berarti pula menilai kelayakan tindakan yang dipilih untuk memperbaiki pembelajaran melalui pelaksanaan PTK. Oleh sebab itu penilaian hipotesis tindakan harus diarahkan pada penilaian kelayakan tindakan. Penilaian kelayakan tindakan dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti contoh berikut.

1.                  Apakah saya memiliki pengetahuan berkenaan dengan hal itu?
2.                  Apakah saya dan siswa saya memiliki kemampuan untuk melaksanakannya?
3.                  Apakah tersedia sarana/fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut?
4.                  Apakah tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan rangkaian kegiatan tersebut?
5.                  Apakah iklim sekolah dan iklim belajar di kelas cukup mendukung pelaksanaan tindakan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas mengimplikasikan beberapa persyaratan yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.

Dari contoh yang dipaparkan pada subunit pertama dari identifikasi masalah yang dilakukan dan setelah melakukan refleksi, kemudian guru menyimpulkan bahwa rendahnya keaktifan siswa di dalam prosespembelajaran IPA yang diajarkannya salah satunya disebabkan karena siswa belum dilibatkan secara intensif didalam mengemukakan atau memperkaya materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata. Guru tersebut menyadari bahwa dirinya masih terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata mestinya siswa dapat dilibatkan, akan tetapi ia merasakan bahwa hal-hal itu selama ini lebih banyak dilakukannya sendiri. Karena itu melalui PTK ia merencanakan memperbaiki metode pembelajarannya sendiri dengan memfokuskan pada pelibatan siswa di dalam pemberian contoh-contoh nyata sebagai tindakan perbaikan. Contoh yang lain juga dapat diungkapkan dari pengalaman seorang guru yang mengajar mata pelajaran Biologi di kelas 8 di salah satu SMP negeri. Hampir setiap kali ia mengajar pelajaran Biologi di kelas tersebut ia mengamati bahwa anak-anak tidak memiliki motivasi di dalam kegiatan pembelajaran. Dari dokumen kelas terutama daftar nilai siswa yang ia cermati memang rata-rata nilai siswa yang dicapai pada mata pelajaran tersebut rendah. Ia merasa prihatin dengan masalah tersebut, dan menurutnya masalah itu merupakan hal mendasar dalam pembelajaran yang dikelolanya. Dari hasil refleksi yang ia lakukan dan hasil kajian terhadap dokumen kelas, maka ia menyimpulkan besar kemungkinan metode-metode pembelajaran yang ia gunakan kurang mendorong keterlibatan siswa, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut rendah. Selanjutnya setelah berdiskusi dengan beberapa rekan sejawat, ia memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan melakukan PTK di kelasnya. Tindakan perbaikan yang dipilihnya adalah mengembangkan metode Role Plying.
Jika dikaitkan dengan aspek yang kita bahas sekarang, menurut Anda apa yang harus guru pikirkan jika ia telah menentukan tindakan tersebut sebagai upaya perbaikan pembelajarannya? Anda tentu memahami jika solusi tindakan yang dipilih tersebut tidak dipahami dengan baik oleh guru tentu akan sulit diimplementasikan bukan? Karena itu,pertama yang harus dipikirkan guru adalah apakah ia memahami tentang tindakan perbaikan tersebut. Pada contoh kasus pertama tentu guru harus mengetahui bagaimana mekanisme pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh. Pada contoh kasus yang kedua, guru harus memiliki pemahaman tentang metode Role Plying sebagai metode pembelajaran.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang kedua hal tersebut, guru harus mengkaji teori, hasil-hasil penelitian, tulisan-tulisan orang  lain pada jurnal, buletin, majalah-majalah pendidikan atau berdiskusi dengan teman sejawat maupun melalui cara-cara lain yang dimungkinkan. Jika di lingkungan guru tersebut telah tersedia internet, mungkin pencarian sumber-sumber pendukung untuk mendalami materi ini tidak terlalu sulit.
Selain pentingnya pemahaman terhadap substansi tindakan, juga sangat penting pemahaman guru tentang prosedur pengembangannya melalui PTK. Guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan, melaksanakan, pengumpulan dan analisis data dan refleksi serta hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan PTK. Dengan demikian berarti secara umum ada dua hal yang harus dipahami guru, yaitu: Pertama, pemahaman tentang hal yang berkaitan dengan substansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri. Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK. Anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam  beberapa bagian pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu masalah untuk dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang hal itu.

Anda telah diajak untuk mengkaji secara mendalam bagian-bagian awal unit yang membahas tentang PTK. Salah satu bagian yang sangat penting adalah tentang tujuan PTK. Tentu Anda tidak akan lupa bahwa muara dari PTK adalah dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa bukan? Karena itu setiap upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru harus diukur keberhasilannya melalui perubahan yang dicapai oleh siswa. Jika guru melihat bahwa metode atau teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka di samping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik
tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapat jawaban adalah, apakah siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya. Ada seorang guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada salah satu pertunjukan olah raga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya,tentu hal itu merupakan keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya. Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan kesanggupan fisik dan seterusnya. Kita tentu masih ingat juga bahwa dalam paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa merupakan sentral dari segala kegiatan pembelajaran. Jika hal ini kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah lupa memikirkan tindakan yang kita pilih untuk dikaji dari dimensi mereka. Dalam merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang diajarnya dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswasiswa kelas empat sekolah dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlahsoal yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mengerjakan latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.

Jika tindakan perbaikan yang tertuang  dalam hipotesis Anda berkaitan dengan penggunaan sarana atau fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji poin pertama dan kedua di atas, Anda juga harus mengkaji ketersediaan dan keterpakaian sarana dan fasilitas pendukung tersebut. Sebagai contoh, seorang guru IPA yang mengajar pada salah satu sekolah dasar merencanakan mengembangkan PTK dengan merumuskan judul penelitiannya sebagai berikut: “Model Pemanfaatan KIT IPA SD yang Efektif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA”. Menurut Anda fasilitas apa yang harus ada dan diyakini kelengkapannya untuk mendukung pelaksanaan tindakan dalam PTK guru tersebut? Apa yang dapat dilakukan guru di dalam melakukan tindakan perbaikan pembelajarannya bilamana tidak tersedia KIT IPA. Apa kendala yang dihadapi guru bilamana KIT IPA yang dimiliki sekolah tersebut tidak lengkap sebagaimana mestinya, sementara pada PTK guru telah merumuskan model pemanfaatan KIT IPA yang efektif.
Mungkin pada tempat yang berbeda atau kesempatan lain di lingkungan sekolah Anda, ada guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan atau memanfaatkan alat-alat seni melalui proses pembelajaran kesenian yang dikelolanya.Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena perubahan hasil belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru. Persoalan pokok yang perlu dicermati secara seksama adalah ketersediaan alat-alat seni yang diperlukan, di samping tetap mengkaji kemampuan atau keterampilan guru sendiri untuk melaksanakan tindakan tersebut tidak akan kalah pentingnya. Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap pentingnya fasilitas dan sarana sebagai dasar menilai kelayakan hipotesis tindakan ini, coba Anda perkaya dengan contoh-contoh yang dapat disusun sendiri atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda untuk merumuskan beberapa judul PTK di mana tindakan perbaikannya mempersyaratkan ketersediaan fasilitas dan sarana sebagai pendukung utama.

Pernyataan-pernyataan yang sering kita jumpai pada pembahasan sebelumnya yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tugas utama guru adalah mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas selalu diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi kegiatantersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran seperti PTK. Di dalam menyusun rencana tindakan, bahkan sejak menentukan alternatif tindakan yang dikembangkan dalam PTK, kecermatan guru di dalam melihat waktu pembelajaran yang tersedia harus diletakkan sebagai bagian penting. Bisa jadi tindakan perbaikan yang dipilih atau ditawarkan akan mampu memberikan jaminan hasil perubahan yang akan dicapai, akan tetapi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik dengan waktu yang tersedia. Sebagai contoh, guru bermaksud membawa siswa memperhatikan aktivitas di jalan raya untuk mendorong siswa agar mampu mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka terhadap ketertiban berlalu lintas di jalan raya. Ada beberapa dimensi yang harus dianalisis guru berkenaan dengan waktu. Misalnyaberapa jauh jarak antara sekolah dan jalan raya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang dipergunakan siswa untuk menuju dan kembali dari tempat tersebut. Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengamati aktivitas di jalan raya. Setelah selesai mengamati kegiatan apa yang akan dilakukan siswa, dan berapa lama waktu yang disediakan untuk kegiatan tersebut. Contoh lain, seandainya guru akan membawa siswa-siswa melakukan eksperimen di laboratorium dalam proses pembelajaran Fisika. Untuk keperluan tersebut guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Berapa lama waktu untuk menjelaskan kegiatan, berapa lama waktu melakukan praktik di laboratorium, berapa lama waktu merumuskan hasil, dan berapa waktu yang digunakan untuk mendiskusikannya. Sekali lagi Anda tidak boleh mengabaikan faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan Anda. Karena kegagalan suatu tindakan seringkali lebih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan guru, atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan tahapantahapan kegiatan yang telah dirancang.

Adakalanya guru berhadapan dengan suatu keadaan yang berada di luar kemampuan dan wewenangnya untuk merubah atau mengintervensinya, padahal keadaan itu sangat mengganggu proses pembelajaran. Letak gedung sekolah yang sangat berdekatan dengan jalan raya, pabrik, pasar, atau keramaian lain seperti terminal dan sebagainya adalah beberapa keadaan yang berada di luar wewenang dan kemampuan guru mengintervensinya. Selain itu di dalam lingkungan sekolah sendiri juga ditemui keadaan-keadaan yang kurang mendukung, misalnya ruangan yang terlalu panas, batas antara kelas yang tidak baik sehingga aktivitas apalagi keributan di kelas lain terdengar denganjelas oleh siswa. Selain dari keadaan fisik
seperti contoh di atas, iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi kelancaran
pelaksanaan tindakan di dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan iklim kelas dan sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkaji secara cermat kelayakan hipotesis Anda.

-                    Yakinkan bahwa tindakan perbaikan yang akan Anda lakukan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang lain, atau seoptimal mungkin dapat diupayakan mengurangi gangguan bagi kelas yang lain. Jika tindakan tersebut akan sangat mengganggu aktivitas pembelajaran guru-guru lain, sebaiknya Anda kaji kembali alternatif tindakan lain yang juga dapat menjamin perubahan yang Anda harapkan.
-                    Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk atau penjelasan yang akan Anda sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK Anda, dapat didengar dan dicermati dengan baik oleh siswa. Hal ini semakin diperlukan bilamana lingkungan kelas atau sekolah Anda sering terganggu oleh berbagai kegaduhan dari luar, atau dari kelas-kelas yang lain.
-                    Yakinkan diri Anda bahwa tindakan perbaikan yang Anda pilih didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada, bukan sesuatu yang kontradiktif dengan teori atau hasil penelitian yang ada, terlebih lagiyang dapat meresahkan pihak-pihak yang lain.
Jika Anda telah memutuskan untuk memilih suatu tindakan perbaikan tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah yang Anda hadapi, maka ada baiknya sekali lagi Anda memikirkan kelayakannya dilihat dari beberapa dimensi, baik guru, siswa, sarana, waktu dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu mungkin ada baiknya Anda membuat pertanyaan dan menjawabnya secara terbuka untuk membuktikan pemahaman Anda tentang alternatif tindakan tersebut dan kelayakan pelaksanaannya.
Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya. Dari permasalahan yang dirumuskan Anda dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai kerangka acuan penelitian Anda. Perhatikan beberapa contoh berikut. Bandingkan dengan rumusan-rumusan yang sudah Anda buat.

Contoh hipotesis Tindakan 1.
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.


Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Contoh hipotesis tindakan 2:
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.


Jika guru memilih tindakan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka rumusan hipotesisnya adalah:

Contoh hipotesis tindakan 3:
Bilamana dalam pembahasan materi pelajaran IPA guru melibatkan siswa dalam
menyimpulkan pelajaran, diduga siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.


Dari contoh 1, berarti Anda menggabungkan dua tindakan di dalam perbaikan pembelajaran, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan melibatkan siswa di dalam menyimpulkan pelajaran. Sedangkan pada contoh 2 dan 3, Anda memisahkan masingmasing tindakan tersebut sehingga hanya melakukan satu tindakan dalam perbaikan. Penentuan tersebut tentu didasari alasan tertentu. Jika digabungkan mungkin Anda ingin melihat sekaligus dampak kedua tindakan secara bersamaan. Namun jika dilakukan satu tindakan secara terpisah mungkin Anda ingin memfokuskan untuk melihat dampak dari salah satu tindakan tersebut. Sepenuhnya diserahkan kepada Anda untuk menentukannya. Namun disarankan jika Anda baru tahap awal dalam mencoba PTK mungkin akan lebih baik jika Anda memfokuskan pada satu tindakan terlebih dahulu. Namun hal itu sepenuhnya tergantung keputusan Anda. Perlu Anda ingat bahwa dalam merumuskan hipotesis, Anda harus memperhitungkan kemampuan dan kesiapan Anda dalam melaksanakan tindakan yang dipilih. Selain itu tentu saja memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, iklim kelas dan dukungan sekolah.



Identifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan masalah nyata yang terjadi. Dari kegiatan identifikasi yang dilakukan guru akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Masalah yang ditemukan dari proses identifikasi seringkali masih bersifat samar-samar atau kabur. Masalah yang masih kabur perlu diperjelas agar dapat dikaji faktor penyebabnya dan dimungkinkan untuk menemukan cara mengatasinya. Kegiatan tersebut dinamakan analisis masalah, untuk selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat yang jelas dan singkat agar mudah dipahami. Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan, yaitu:a) mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b) menemukan kemungkinan faktor penyebab, c) menentukan kadar permasalahan.
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih atau sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Di dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat yang penting. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Kedua, hipotesis digunakan di dalam telaah ilmiah. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan. Dalam kajian PTK hipotesis tindakan dapat dipahami sebagai suatu dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, atau sebagai suatu tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Menilai kelayakan hipotesis tindakan sama artinya mengkaji secara cermat kelayakan tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi. Beberapa hal yang perlu dijadikan dasar untuk mempertimbangkan kelayakan hipotesistindakan adalah; (1) kemampuan untuk melaksanakan tindakan, (2) ketersediaan sarana/fasilitas, (3) kecukupan waktu, (4) iklim sekolah dan iklim belajar di kelas. Agar hipotesis tindakan dapat dilaksanakan dan terbukti mampu membawa perubahan yang diharapkan, maka sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya.

Setelah mempelajari materi ini hendaknya seorang guru atau calon guru dapat menambah pengetahuannya tentang perencanaan penelitian tindakan kelas  karena materi ini berguna untuk menunjang pengetahuan dan kemampuan kita dalam membuat perencanaan Penelitian Tindakan Kelas.



Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar