Kamis, 05 Oktober 2017

RUANG LINGKUP DAN JENIS-JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu perilaku, suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup geografis, administratif atau sosial-budaya, dalam satuan organisasi, institusi, pemerintahan, berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, kesejahteraan masyarakat, dll.
Dalam makalah ini dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan dan selanjutnya dijelaskan jenis-jenis atau macam-macam penelitian berdasarkan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif, berdasarkan fungsi, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian evaluatif, serta macam-macam penelitian berdasarkan tujuan, yaitu penelitian: deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini yaitu :
1.      Bagaimana ruang lingkup pendidikan ?
2.      Apa saja komponen-komponen penelitian pendidikan ?
3.      Bagaimana karakteristik penelitian pendidikan  ?
4.      Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan ?

C.     Tujuan
Tujuan penulisan ini yaitu :
1.      Dapat mengetahui ruang lingkup pendidkan.
2.      Dapat mengetahui komponen-komponen penelitian pendidikan
3.      Dapat mengetahui karakteristik penelitian pendidikan 
4.      Dapat mengetahui jenis-jenis penelitian pendidikan
D.    Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini hanya sebatas ruang lingkup dan jenis-jenis penelitian pendidikan.
E.     Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka dan media elektronik yaitu internet.




BAB II
ISI
Dalam makalah  ini dibahas ruang lingkup penelitian pendidikan yang meliputi komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan,tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan. Selanjutnya akan dibahas juga karakteristik penelitian pendidikan.
A.    Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research. Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan sebagainya. Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan memiliki segi teori dan ilmu, dan segi praktik. Penelitian pendidikan mencakup penelitian segi ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Kegiatan-kegiatan manusia tersebut menjadi kajian bermacam-macam bidang ilmu dan profesi seperti: psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan, ekonomi, politik, manajemen, keagamaan, keamanan, kesejahteraan, sosial, dll. Ruang lingkup dan kajian pendidikan, diantaranya: komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan, akan dijelaskan dalam uraian berikut :
1.      Penelitian Bidang ilmu dan Praktik Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic research). Penelitian tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau non eksperimental. Kalau penelitian tersebut masih diarahkan untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi maka penelitian tersebut masih dikategorikan sebagai penelitian dasar. Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research. Disamping dua jenis penelitian di atas dalam bidang ini dapat juga mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dsb.
a.      Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini, antara lain meliputi:
1) Kajian filosofis tentang pendididikan: idealisme, realisme, pragmatisme,ekssistensialisme.
2) Pendidikan dalam orientasi: tranmisi, transaksi, dan tranformasi.
3) Konsep-konsep pendidikan, perenialisme, esensialisme, romantisme,progresivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.
b.      Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan praktisdapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia, jenjang, bidangstudi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang pendidikan praktistersebut, sebagai berikut:
1)      Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi:
·         Pendidikan dalamkeluarga (pendidikan informal);
·         Pendidikan dalam masyarakat (pendidikan nonformal);
·         Pendidikan di sekolah (pendidikan formal);
·         Pendidikan usiadini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: Taman-Kanak-Kanak (TK),Kelompok Bermain atau play group, Taman Bacaan Al-Qur’an (TPAQ), TempatPenitipan Anak (TPA) dan sejenisnya, serta
·         Pendidikan orang dewasa (AdultEducation) dan lain-lainnya.
2)       Berdasarkan jenjang, terdiri dari:
·         Pendidikan jenjang sekolah dasar,
·         Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan
·         Pendidikan jenjang perguruantinggi.
3)      Berdasarkan Bidang Studi, meliputi:
·         Pendidikan agama,
·         Pendidikan bahasa,
·         Pendidikan sosial,
·         Pendidikan kewarganegaraan,
·         Pendidikan matematika,
·         Pendidikan sains,
·         Pendidikan olah raga,
·         Pendidikan kesehatan,
·         Pendidikan seni,
·         Pendidikan teknologi,
·         Pendidikan keterampilan,
·         Pendidikan berdasarkan jenis,
·         Pendidikan umum,
·         Pendidikan kejuruan,
·         Pendidikan khusus, dan
·         Pendidikan luar biasa.
2.      Penelitian Bidang Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif difokuskan pada penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis baru. Penelitian terhadap ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimental atau non eksperimental, dan kalau masih diarahkan pada menguji konsep, asumsi dan proposisi maka penelitian tersebut bersifat penelitian dasar. Pada umumnya penelitian dalam bidang kurikulum dan pengajaran/pembelajaran diarahkan dari aplikasi dari teori atau konsep sebagai penelitian terapan atau applied research. Selain itu, dalam penelitian bidang kurikulum dan pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian evaluasi, misalnya untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model desain kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan suatu model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsbnya. Dengan demikian jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.
3.      Lingkup penelitian Kurikulum dan Pembelajaran
Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum praktis, meliputi: kurikulum sebagai rencana (curriculum design), penyusunan kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, serta manajemen kurikulum. Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46) menjabarkan lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran pada kurikulum praktis sebagai berikut :
a.       Kurikulum Teoritis (penelitian dasar)
1)      Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum
2)      Teori-teori pengajaran/pembelajaran
3)      Teori-teori belajar
4)      Teori-teori evaluasi
b.      Kurikulum Praktis (penelitian terapan dan evaluasi)
1)      Kurikulum sebagai rencana (curriculum design)
·         Komponen desain kurikulum
·         Model-model desain kurikulum
·         Model-model desain pengajaran/pembelajaran
·         Model-model desain penggunaan sumber belajar
·         Model-model desain evaluasi hasil belajar
·         Model-model desain pengelolaan kurikulum
2)      Penyusunan Kurikulum
·         Penyusunan kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
·         Penyusunan desain pengakaran/pembelajaran: umum, perbidang studi,perjenjang
·         Penyusunan desain pemanfaatan sumber relajar: umum, perjenjang
·         Penyusunan desain evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
·         Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang.
3)      Implementasi Kurikulum
·         Implementasi kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
·         Implementasi pengajaran/pembelajaran, umum, perjenjang
·         Implementasi pemanfaatan sumber belajar: umum, perjenjang
·         Implementasi evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
·         Implementasi pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
4)      Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum
·         Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum: umum, perbidang studi,perjenjang
·          Evaluasi dan penyempurnaan pengajaran/pembelajaran: umum,perbidang studi, perjenjang
·         Evalusi dan penyempurnaan pemanfaatan sumber relajar: umum,perbidang studi, perjenjang.
·         Evaluasi dan penyempurnaan evaluasi: umum, perbidang studi,perjenjang
·         Evaluasi dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum: umum,perjenjang
5)      Manajemen kurikulum
·         Manajemen kurikulum lingkup dinas
·         Manajemen kurikulum lingkup sekolah/perguruan tinggi
4.      Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling
Lingkup Bidang Bimbingan dan Konseling (BK), menurut Syaodih (2005: 45-46) meliputi: bimbingan konseling teoritis dan bimbingan konseling praktik. Berikut akan dijabarkan secara rinci, baik bimbingan konseling teoritis maupun praktik.
a.       Bimbingan konseling teoritis, meliputi:
1)      Teori bimbingan
2)      Teori konseling
3)      Teori kepribadian
4)      Teori perkembangan
5)      Teori belajar
6)      Teori pengukuran
b.      Bimbingan konseling praktik:
1)      Berdasarkan layanan
·         Layanan pengukuran dan pengumpulan data
·         Layanan Pemberian informasi
·         Layanan penempatan
·         Layanan konseling
·         Layanan pengembangan
2)      Berdasarkan komponen BK sebagai sistem
·         Raw Input
·         Instrumen Input
·         Enviromental Input
·         Proses
·         Output
3)      Program BK
·         Berdasarkan lingkup program
-          Bimbingan pendidikan dan pengajaran
-          Bimbingan karir
-          Bimbingan sosial pribadi
·         Berdasarkan Jalur
-          Bimbingan pada pendidikan formal
-          Bimbingan pada pendididikan non formal
·         Berdasarkan jenjang
-          Bimbingan di Taman kanak
-          Bimbingan di Sekolah Dasar
-          Bimbingan di Sekolah Menengah
-          Bimbingan di Perguruan Tinggi
4)      Manajemen BK
·         Manajemen BK pada lingkup dinas
·         Manajemen BK pada lingkup sekolah/perguruan tinggi
-          Manajemen BK di TK dan SD
-          Manajemen BK di Sekolah Menengah
-          Manajemen BK di Perguruan Tinggi
5.      Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan
Selain bidang bimbingan konseling, penelitian pendidikan yang termasukbidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi lingkup manajemen teoritisdan teoritis praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan praktik manajemen tersebutyang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan (Syaodih, 2005: 46-47), dirincisebagai berikut.
a.       Lingkup manajemen pendidikan teoritis
1)      Teori manajemen
2)      Teori kepemimpinan
3)      Teori kebijakan
4)      Teori perencanaan
5)      Teori pengendalian, penjaminan
b.      Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
1)      Kepemimpinan
·         Gaya/style
·         Fungsi kepemimpinan
·         Kepemimpinan dan teknologi
·         Keterampilan memimpin
2)      Modelmodel manajemen
·         Management by objective
·         Technology based management
·         School based management
·         Community based management
·         Centralizaddecentralized management
3)      Berdasarkan proses manajemen
·         Perencanaan
·         Penyusunan staff
·         Pengorganisasian
·         Penggerakan
·         Pengkoordinasian
·         Pengkomunikasian
·         Pengendalian/penjaminan
·         Pengawasan/pembinaan
·         Evaluasi
·         Pelaporan
4)      Berdasarkan komponen/ segi pengelolaannya manajemen program pendidikan,meliputi:
·         Manajemen kurikulum
·         Manajemen pembelajaran
·         Manajemen evaluasi
5)      Berdasarkan komponen pendidikan
·         Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa
·         Manajemen penelitian dan pengembangan
·         Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat
·         Manajemen personal
·         Manajemen sarana dan prasarana
·         Manajemen media dan sumber belajar
·         Manjemen keuangan
6)      Berdasarkan lingkup penyelenggaraan
·         Manjemen Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
·         Manajemen pendidikan luar sekolah
·         Manajemen pendidikan dasar
·         Manajemen pendidikan menengah
·         Manajemen pendidikan tinggi
·         Manajeman pendidikan lingkup dinas


B.     Komponen-Komponen Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, komponen-komponen proses pendidikan termasuk salah satu bidang kajian dalam penelitian pendidikan.
1.      Interaksi Pendidikan
Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi pesertadidik. Tujuan pendidikan minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu:
a.       pengembangan segi-segi kepribadian,
b.      pengembangan kemampuan kemasyarakatan,
c.       pengembangan kemampuan melanjutkan studi, dan
d.      pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja (Syaodih, 2005: 24).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara pesertadidik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antarapeserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapatberlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, sertabimbingan. Situasi pergaulan pendidikan tersebut biasa disebut pergaulan edukatif.Dalam pergaulan antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkanterutama segi-segi afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan,dan lain-lain.Interaksi edukatif yang terjadi dalam proses pendidikan atau prosespembelajaran peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untukmenjapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksiedukatif ini ibarat jembatan bagi proses pembelajaran peserta didik. Pencapaiantujuan pendidikan, terutama pencapaian tujuan pembelajaran.
2.      Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya yaitu peserta didik, masyarakat dan pekerja sekaligus. Proses pendidikan diarahkan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional maupun warga masyarakat. Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat. Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu berbuat, berperilaku, berpenampilan sesuai dengan norma-norma yang ada.
3.      Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan antar manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya terlibat dalam pendidikan dan terjadinya komunikasi dalam bentuk pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara pihak yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif) Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik, dan dan karakteristik psikhis seperti sifat sabar atau gampang marah (temperamen), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain, serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain. Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya masyarakat turut memberikan warna pergaulan dan dalam melakukan pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat, sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi.
Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok etnis, sebagai kelompok sosial memiliki budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik. Lingkungan intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi individu, kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu.
Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya air dari sumber yang jernih akan mengalirkan air yang jernih pula.
Diantara aspek-aspek kehidupan dalam keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, pendidikan, menempati kedudukan yang paling sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-cita orangtua tentang anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, (dalam keluarga bersifat informal). Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber dari disiplindisiplinilmu atau permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakatyang bersumber dari bidang-bidang ilmu pendidikan.
Selain dalam kedua lingkungan tersebut, peserta didik juga mendapatpengaruh dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat yang merupakan lingkunganketiga. Dalam masyarakat, peserta didik menghadapi dan mempelajari hal-hal yanglebih nyata dan praktis, terutama yang berkaitan erat dengan problema-problemakehidupan. Di masyarakat para peserta didik juga dituntut dan berusaha menerapkanapa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi setelah selesaimasa pendidikan, maka mereka masuk ke lingkungan masyarakat dengan status yanglain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi.Dalam lingkungan masyarakat pendidikannya lebih bersifat terbuka, artinya pesertadidik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang mencakup aspek-aspekkehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari sumber belajarnya secaralangsung maupun melalui media belajar yang ada dalam lingkungannya, baik mediamassa (media cetak dan media elektronika). Dalam lingkungan masyarakat, metodepembelajarannya mencakup semua bentuk interaksi dan komunikasi antar orang baiksecara langsung atau tidak langsung, menggunakan media cetak, ataupun elektronika.
4.      Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan.
Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-anak dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat).
Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa proses pendidikan dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, dan berikan. Pendidikan diberikan dengan “seluruh penampilan pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal yang kurang baik atau tidak mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin ditumbuhkan dan dikembangkan pada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.
C.     Karakteristik Penelitian Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang obyektif karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa sebab adanya demikian.
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum tentang hubungan di antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Sains umpamanya banyak menggunakan metode eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu bisa menggunakan metode eksperimen, tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembanganya. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis dasar filosofis, psikologis, sosiologis-antropologi, konsep dan analisis historis. Dari penelitian demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang baru. Penelitian-penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic research).
Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu manapun terhadap praktik pendidikan. Ada enam karakteristik penelitian pendidikan menurut McMillan dan Schumacher (2001:11-13), yaitu:
1.      Objektivitas.
Penelitian harus memiliki objektivitas (objectivity) baik dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2.      Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara teknis instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan tingkat komparasi yang konstan.
3.      Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
4.      Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian kualitatif penjelasan singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
5.      Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut penghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti membuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkan atas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperoleh dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat. Angka, print out, catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dan dokumen sejarah adalah data dalam penelitian
6.       Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif daninduktif. Penalaran deduktif, penarik kesimpulan dari umum ke  khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar, maka kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.

D.    Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan
Secara garis besar, penelitian dibedakan dari beberapa aspek bagaimana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan. Beberapa aspek tersebut meliputi: aspek tujuan, aspek metode, dan aspek kajian. Berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Dalam unit ini membahas jenis-jenis penelitian pendidikan yang akan menyajikan dua pendekatan penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
1.      Penelitian Kuantitatif
McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membedakannya antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dan noninteraktif. 
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Maksimalisasiobjektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.
a.      Penelitian Noneksperimental
Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai dalam penelitian pendidikan, berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam kelompok metode penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi:
1)      Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu. Penelitian longitudinal dalam perkembangan kemampuan berbahasa, meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa bayi sampai dengan adolesen. Dalam penelitian cross sectional, meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap umpamanya masa: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, dan adolesen dilakukan secara bersamaan.
2)      Penelitian Survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini darisejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristikutama dari survai:
·         Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untukmendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan,sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi,
·         Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi,
·         Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
Tujuan utama survai adalah mengetahui gambaran umum karakteristik daripopulasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana anggota darisuatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variabel, seperti usia, etnis, jeniskelamin, agama, dll. Seperti halnya metode deskriptif, survai juga ada yangbersifat longitudinal dan juga cross sectional. Survai longitudinal digunakanuntuk mengumpulkan informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktuyang cukup panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi dalam satuperiode waktu tertentu yang relatif lebih pendek.
3)      Penelitian Ekspos Fakto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebabakibatyang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dandilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadapprogram, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi.Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatuvariabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu ataumengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya pelatihan meningkatkanpengetahuan atau kemampuan para peserta, gizi yang cukup pada waktu ibuhamil menyebabkan bayi sehat, koperasi yang sehat dapat meningkatkankesejahteraan para anggota-anggotanya.Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental, tetapi tidakada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian inidapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding.Kelompok pembanding dipilih yang memiliki karakteristik yang sama tetapimelakukan kegiatan, program, atau mengalami kejadian yang berbeda.
4)      Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih daridua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalampenelitian inipun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuandari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan datadengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisissecara statistik untuk mencari perbedaan di antara variabel-variabel yang diteliti.Penelitian komparatif juga dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya, selainkarena menggunakan instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompokkelompokyang dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampirsama.
5)      Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel denganvariabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel laindinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi)secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berartiadanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel terhadapvariabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi dalam suatu variabelberhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatifberarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yangrendah dalam variabel lain.
6)      Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkanpada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakanpemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolahmengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian inidifokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan guru danprestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa dilakukan dengan memintabantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian tindakan demikiandiklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative actionresearch (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996). Penelitian tindakan kolaboratifselain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujuan meningkatkankemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan bagian dariprogram pengembangan staf.
7)      Penelitian dan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D)ada yang memasukkannya ke dalam pendekatan penelitian kuantitatifnoneksperimental dan sebagai metode penelitian eksperimental. Penelitian danpengembangan (Research and Development) ini berawal dari industry-basedevelopment model, yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas. Dalam pengembanganpendidikan kadang-kadang disebut research base development muncul sebagaistrategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khususdikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembanganyang disingkat R & D adalah suatu proses yang digunakan untukmengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukanpengetahuan-pengetahuan baru melalui “base research” (Borg dan Gall, 2003:569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan gunameningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuanpenelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untukmeningkatkan kenerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melauipembelajaran dalam bentuk penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & Dini dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran,instrumen evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan,manajemen, pembinaan staf, dan lain-lain.Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji coba, dengansampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan denganmengadakan eksperimen.
b.      Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat validation, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variables).Karena penelitian ini bersifat menguji, Syaodih (2003) menjelaskan bahwasemua variabel yang diuji harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuranatau tes yang sudah distandarisasikan atau dibakukan. Pembakuan instrumen danpengolahan datanya diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistikinferensial-parametrik.
Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu: eksperimen murni,eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan subjek tunggal.
1)      Eksperimen Murni
Eksperimen murni (true experimental) sesuai dengan namanya merupakanmetode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarateksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama berkenaan denganpengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasikegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali variabelindependen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semuavariabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Padakelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi perlakuankhusus. Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuanyang biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuaneksperimen. Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk eksperimenlainnya) pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan menggunakaninstrumen atau tes baku atau sudah dibakukan.
2)      Eksperimen Semu
Metode eksperimen semu (quasi experimental) pada dasarnya sama denganeksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, yaitu terhadapvariabel yang dipandang paling dominan. Dalam eksperimen tentang pengaruhmetode pembelajaran. Misalnya, pemecahan masalah terhadap kemampuanberpikir para siswa SMA, pengembangan berpikir adalah kecerdasan atauintelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka variabeltersebut yang dikontrol atau disamakan meskipun tidak sepenuhnya disamakantetapi dipasangkan.
3)      Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitianeksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak adapengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, eksperimen inisangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu sebaiknya tidak digunakan untukpenelitian tesis dan disertasi, juga skripsi sebenarnya. Metode ini hanya untuklatihan-latihan perkuliahan yang hasilnya tidak digunakan baik untukpengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun pengembangan ilmu.
4)      Eksperimen Subjek Tunggal
Dalam penelitian kita tidak selalu bisa bekerja dengan kelompok, baikkelompok individu, kelas, institusi maupun organisasi. Eksperimen subjektunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukanterhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasibentuk eksperimen murni, kuasi, atau lemah berlaku. Eksperimen subjek tunggalyang baik minimal menggunakan kuasi, tetapi kalau untuk latihan kuliah,eksperimen lemah juga dapat digunakan.
2.      Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial. “Reality is multilayer, interactive and ashared social experience interpretation by individuals” (McMillan and Schumacher, 2001). Berbeda dengan pandangan Lincoln dan Guba (1985) melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa “kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.m Dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok, berguna untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahan permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.
Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian kualitatif tidak berangkat dari dan untuk menguji teori, tetapi membangun teori, meskipun demikian mustahil peneliti kualitatif tidak memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori dalam suatu kerja penelitian kualitatif digunakan untuk “menjelaskan atau mengklarifikasi” kecenderungan fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and to explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.
Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan kualitatif noninteraktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena yang memiliki makna pada subyek yang diteliti. Para peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detil dari kacamata para informan di lapangan.
a.      Kualitatif Interaktif
Ada enam macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal digunakan dalam berbagai bidang ilmu, metode-metode interaktif ini bisa difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi, studi kasus, teori dasar, dan studi kritikal, bisa juga berfokus pada masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.

1)      Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Dalam pendidikan dan kurikulum difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi seperti pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, dsbnya. Proses penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumendokumen dan benda-benda (artifak). Meskipun makna budaya itu sangat luas tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup. Hasil akhir penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspekaspek kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa peneliti juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada salah satu aspek saja.
2)      Studi Historis
Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tidak disengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian historis menggunakan pendekatan, metode dan materi yang mungkin sama dengan penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan dan sistematika yang berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan pendekatan dan metode ilmiah (positivistis) seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis, pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilainilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.
3)      Studi Fenomenologis
Enomenologi mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagaimetode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti daripengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengankonsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadapsituasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitianfenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensialatau mendasar dari pengalaman hidup tersebut.
Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam yang lama denganpartisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap informan terhadappengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan menggunakanwawancara.
4)      Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan satu penelitian yang dilakukanterhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan,peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatantertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpundata, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasussama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperolehkesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasustersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yangberbeda dengan kasus lainnya.Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapimerupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah,beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsbnya. Dalam studi kasusdigunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, danstudi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
5)      Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut juga penelitian dasar atau teoridasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuanatau minimal menguatkan terhadap suatu teori. Penelitian dilakukan denganmenggunakan pendekatan kualitatif. Walaupun penelitian kualitatif memberikandeskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari deskripsi tersebut diadakan abstraksiatau inferensi sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yangmembentuk prinsip dasar, dalil atau kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalilatau kaidah tersebut berkenaan dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru,minimal memperkuat teori yang telah ada dalam hal tersebut.Penelitian dasar (grounded research) dilaksanakan dengan menggunakanberbagai teknik pengumpulan data, diadakan cek-recek ke lapangan, studipembandingan antar kategori, fenomena dan situasi melalui kajian induktif,deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. Pada titik ini peneliti memilihmana fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti. Dari fenomena-fenomenainti tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks kondisi” yangmenjelaskan kondisi sosial dan historis dan keterkaitannya dengan fenomenafenomena.
6)      Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori kritis, feminism, ras, danpascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif.Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas,status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll. Peneliti feminis dan etnis memusatkanperhatiannya pada masalah-masalah jender dan ras, sedang peneliti pascamoderndan kritis memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan. Dalampenelitian kritis, peneliti melakukan analisis naratif, penelitian tindakan, etnografikritis, dan penelitian feminisme.Ada hal yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. Pertama,penelitian-penelitian kritis tidak bersifat diskrit, meskipun masing-masing punyaimplikasi metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori,teknik pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya,meskipun juga ada yang tumpang tindih.
Kedua, penelitian kritis menggunakanpendekatan studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yangbersifat mendalam yang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yangbersifat generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasusadalah suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.
b.      Penelitian Non interaktif
Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi dengan sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.
Ada tiga macam penelitian analitis atau studi noninteraktif, yaitu analisis:konsep, historis, dan kebijakan.
Yang pertama, analisis konsep, merupakan kajianatau analisis terhadap konsep-konsep penting yang diinterpretasikan pengguna ataupelaksana secara beragam sehingga banyak menimbulkan kebingungan, umpamanya:cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi, wajib belajar, belajar sepanjanghayat dan lain-lain.
Kedua, analisis historis menganalisis data kegiatan, program, kebijakan yangtelah dilaksanakan pada masa yang lalu. Penelitian ini lebih diarahkan kepadamenganalisis peristiwa, kegiatan, program, kebijakan, keterkaitan dalam urutanwaktu.
Ketiga, analisis kebijakan menganalisis berbagai dokumen yang berkenaandengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan, ujian akhirsekolah, pembiayaan pendidikan, dsbnya. Pengkajian diarahkan untuk menemukankedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan antardokumen, dampak, dankonsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari kebijakan tersebut. Penelitiankebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlakusekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapasiapasaja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan sesuatu kebijakan,dan (3) menguji keefektivan dan keefisienan kebijakan.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori sehingg dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research. Selain penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan, juga dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen pembelajaran.
Komponen-komponen proses pendidikan yang termasuk dalam ruang lingkup dan kajian pendidikan, meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Dari segi teori, ilmu dan segi praktiknya, penelitian pendidikan mencakup kajian ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan. Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic research). Penelitian tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau noneksperimental. Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah.
Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan yaitu: (1) objektivitas; (2) ketepatan; (3) verifikasi; (4) penjelasan ringkas; (5) empiris; (6) penalaran logis; dan (7) kesimpulan kondisional. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembangannya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif maupun kuantitatif.
Secara garis besar jenis penelitian itu dibedakan dua macam pendekatan penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan peneloitian kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaanperasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Sedangkan penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, dan paradigma naturalistik, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.
Beberapa metode penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and to explain). Memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.




DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Toha.2008.Materi PokokMetodePenelitianPendidikan.Jakarta: Universitas Terbuka.

Aunurrahman,dkk.2009.PenelitianPendidikan SD 4 sks.Jakarta:DirektoratJenderalPendidikanTinggiDepartemenPendidikanNasional.

Kountur, Rony.2007. MetodePenelitian.Jakarta: PPM.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar