BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang pendidikan termasuk rumpun ilmu
perilaku, suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia. Lingkup kajian
aktivitas manusia sangatlah luas, mencakup aktivitas manusia sebagai individu
atau kelompok, sebagai kesatuan etnis, bangsa, atau ras, dalam lingkup
geografis, administratif atau sosial-budaya, dalam satuan organisasi,
institusi, pemerintahan, berkenaan dengan kegiatan ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, kesejahteraan masyarakat, dll.
Dalam makalah ini dibahas ruang lingkup
penelitian pendidikan dan selanjutnya dijelaskan jenis-jenis atau macam-macam
penelitian berdasarkan pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif,
berdasarkan fungsi, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian
evaluatif, serta macam-macam penelitian berdasarkan tujuan, yaitu penelitian:
deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang akan di bahas pada makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana ruang lingkup
pendidikan ?
2.
Apa saja komponen-komponen
penelitian pendidikan ?
3.
Bagaimana karakteristik
penelitian pendidikan ?
4.
Apa saja jenis-jenis
penelitian pendidikan ?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan ini yaitu :
1.
Dapat mengetahui ruang
lingkup pendidkan.
2.
Dapat mengetahui
komponen-komponen penelitian pendidikan
3.
Dapat mengetahui
karakteristik penelitian pendidikan
4.
Dapat mengetahui
jenis-jenis penelitian pendidikan
D.
Batasan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini hanya
sebatas ruang
lingkup dan jenis-jenis penelitian pendidikan.
E. Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka dan media
elektronik yaitu internet.
BAB II
ISI
Dalam
makalah ini dibahas ruang lingkup
penelitian pendidikan yang meliputi komponen-komponen proses pendidikan dan
penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut
meliputi: interaksi pendidikan,tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan
pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang pendidikan, antara lain
meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan. Selanjutnya akan
dibahas juga karakteristik penelitian pendidikan.
A.
Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak
yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian
ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research.
Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk
mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan
suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan sebagainya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pendidikan memiliki segi teori dan ilmu, dan segi
praktik. Penelitian pendidikan mencakup penelitian segi ilmu dan praktik
pendidikan, ilmu dan praktik kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan
praktik bimbingan dan konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan.
Kegiatan-kegiatan manusia tersebut menjadi
kajian bermacam-macam bidang ilmu dan profesi seperti: psikologi, sosiologi,
antropologi, pendidikan, ekonomi, politik, manajemen, keagamaan, keamanan,
kesejahteraan, sosial, dll. Ruang lingkup dan kajian pendidikan, diantaranya:
komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan.
Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan,
tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan
penelitian bidang-bidang pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang
ilmu dan praktek pendidikan, akan dijelaskan dalam uraian berikut :
1. Penelitian Bidang ilmu dan Praktik Pendidikan
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa
penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif
maupun kuantitatif. Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada
perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic
research). Penelitian tersebut dapat dilakukan secara kuantitatif,
ekperimental atau non eksperimental. Kalau penelitian tersebut masih diarahkan
untuk menguji konsep, asumsi, dan proposisi maka penelitian tersebut masih
dikategorikan sebagai penelitian dasar. Penelitian dalam bidang pendidikan
banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian
demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research.
Disamping dua jenis penelitian di atas dalam bidang ini dapat juga mengevaluasi
pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem,
program model, metode, media, instrumen, dsb.
a. Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang
pendidikan teoritis ini, antara lain meliputi:
1) Kajian filosofis tentang pendididikan:
idealisme, realisme, pragmatisme,ekssistensialisme.
2) Pendidikan dalam orientasi: tranmisi,
transaksi, dan tranformasi.
3) Konsep-konsep pendidikan, perenialisme, esensialisme,
romantisme,progresivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.
b.
Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada
kajian bidang pendidikan praktisdapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan
kelompok usia, jenjang, bidangstudi, dan berdasarkan jenis pendidikan.
Pengelompokan bidang pendidikan praktistersebut, sebagai berikut:
1)
Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi:
·
Pendidikan dalamkeluarga (pendidikan informal);
·
Pendidikan dalam masyarakat (pendidikan nonformal);
·
Pendidikan di sekolah (pendidikan formal);
·
Pendidikan usiadini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya:
Taman-Kanak-Kanak (TK),Kelompok Bermain atau play group, Taman Bacaan
Al-Qur’an (TPAQ), TempatPenitipan Anak (TPA) dan sejenisnya, serta
·
Pendidikan orang dewasa (AdultEducation) dan lain-lainnya.
2)
Berdasarkan jenjang, terdiri
dari:
·
Pendidikan jenjang sekolah dasar,
·
Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan
·
Pendidikan jenjang perguruantinggi.
3)
Berdasarkan Bidang Studi, meliputi:
·
Pendidikan agama,
·
Pendidikan bahasa,
·
Pendidikan sosial,
·
Pendidikan kewarganegaraan,
·
Pendidikan matematika,
·
Pendidikan sains,
·
Pendidikan olah raga,
·
Pendidikan kesehatan,
·
Pendidikan seni,
·
Pendidikan teknologi,
·
Pendidikan keterampilan,
·
Pendidikan berdasarkan jenis,
·
Pendidikan umum,
·
Pendidikan kejuruan,
·
Pendidikan khusus, dan
·
Pendidikan luar biasa.
2.
Penelitian Bidang Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran
Penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif difokuskan pada penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada,
atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis baru. Penelitian terhadap
ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara
kuantitatif, eksperimental atau non eksperimental, dan kalau masih diarahkan
pada menguji konsep, asumsi dan proposisi maka penelitian tersebut bersifat
penelitian dasar. Pada umumnya penelitian dalam bidang kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran diarahkan dari aplikasi dari teori atau konsep sebagai
penelitian terapan atau applied research. Selain itu, dalam
penelitian bidang kurikulum dan pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian
evaluasi, misalnya untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model
desain kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan
suatu model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsbnya. Dengan
demikian jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu
kurikulum dan pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.
3. Lingkup penelitian Kurikulum dan Pembelajaran
Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian
kurikulum dan pembelajaran terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum
praktis, meliputi: kurikulum sebagai rencana (curriculum design),
penyusunan kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan
kurikulum, serta manajemen kurikulum. Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46)
menjabarkan lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran pada kurikulum
praktis sebagai berikut :
a.
Kurikulum Teoritis (penelitian dasar)
1)
Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum
2)
Teori-teori pengajaran/pembelajaran
3)
Teori-teori belajar
4)
Teori-teori evaluasi
b.
Kurikulum Praktis (penelitian terapan dan evaluasi)
1)
Kurikulum sebagai rencana (curriculum design)
·
Komponen desain kurikulum
·
Model-model desain kurikulum
·
Model-model desain pengajaran/pembelajaran
·
Model-model desain penggunaan sumber belajar
·
Model-model desain evaluasi hasil belajar
·
Model-model desain pengelolaan kurikulum
2)
Penyusunan Kurikulum
·
Penyusunan kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
·
Penyusunan desain pengakaran/pembelajaran: umum, perbidang
studi,perjenjang
·
Penyusunan desain pemanfaatan sumber relajar: umum, perjenjang
·
Penyusunan desain evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
·
Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang.
3)
Implementasi Kurikulum
·
Implementasi kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
·
Implementasi pengajaran/pembelajaran, umum, perjenjang
·
Implementasi pemanfaatan sumber belajar: umum, perjenjang
·
Implementasi evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
·
Implementasi pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
4)
Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum
·
Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum: umum, perbidang studi,perjenjang
·
Evaluasi dan penyempurnaan
pengajaran/pembelajaran: umum,perbidang studi, perjenjang
·
Evalusi dan penyempurnaan pemanfaatan sumber relajar: umum,perbidang
studi, perjenjang.
·
Evaluasi dan penyempurnaan evaluasi: umum, perbidang studi,perjenjang
·
Evaluasi dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum: umum,perjenjang
5)
Manajemen kurikulum
·
Manajemen kurikulum lingkup dinas
·
Manajemen kurikulum lingkup sekolah/perguruan tinggi
4.
Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling
Lingkup Bidang Bimbingan dan Konseling (BK),
menurut Syaodih (2005: 45-46) meliputi: bimbingan konseling teoritis dan
bimbingan konseling praktik. Berikut akan dijabarkan secara rinci, baik
bimbingan konseling teoritis maupun praktik.
a.
Bimbingan konseling teoritis, meliputi:
1)
Teori bimbingan
2)
Teori konseling
3)
Teori kepribadian
4)
Teori perkembangan
5)
Teori belajar
6)
Teori pengukuran
b.
Bimbingan konseling praktik:
1)
Berdasarkan layanan
·
Layanan pengukuran dan pengumpulan data
·
Layanan Pemberian informasi
·
Layanan penempatan
·
Layanan konseling
·
Layanan pengembangan
2)
Berdasarkan komponen BK sebagai sistem
·
Raw Input
·
Instrumen Input
·
Enviromental Input
·
Proses
·
Output
3)
Program BK
·
Berdasarkan lingkup program
-
Bimbingan pendidikan dan pengajaran
-
Bimbingan karir
-
Bimbingan sosial pribadi
·
Berdasarkan Jalur
-
Bimbingan pada pendidikan formal
-
Bimbingan pada pendididikan non formal
·
Berdasarkan jenjang
-
Bimbingan di Taman kanak
-
Bimbingan di Sekolah Dasar
-
Bimbingan di Sekolah Menengah
-
Bimbingan di Perguruan Tinggi
4)
Manajemen BK
·
Manajemen BK pada lingkup dinas
·
Manajemen BK pada lingkup sekolah/perguruan tinggi
-
Manajemen BK di TK dan SD
-
Manajemen BK di Sekolah Menengah
-
Manajemen BK di Perguruan Tinggi
5.
Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan
Selain bidang bimbingan konseling, penelitian
pendidikan yang termasukbidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi
lingkup manajemen teoritisdan teoritis praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan
praktik manajemen tersebutyang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan
(Syaodih, 2005: 46-47), dirincisebagai berikut.
a.
Lingkup manajemen pendidikan teoritis
1)
Teori manajemen
2)
Teori kepemimpinan
3)
Teori kebijakan
4)
Teori perencanaan
5)
Teori pengendalian, penjaminan
b.
Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
1)
Kepemimpinan
·
Gaya/style
·
Fungsi kepemimpinan
·
Kepemimpinan dan teknologi
·
Keterampilan memimpin
2)
Model‐model manajemen
·
Management by objective
·
Technology based management
·
School based management
·
Community based management
·
Centralizad‐decentralized management
3)
Berdasarkan proses manajemen
·
Perencanaan
·
Penyusunan staff
·
Pengorganisasian
·
Penggerakan
·
Pengkoordinasian
·
Pengkomunikasian
·
Pengendalian/penjaminan
·
Pengawasan/pembinaan
·
Evaluasi
·
Pelaporan
4)
Berdasarkan komponen/ segi pengelolaannya manajemen program
pendidikan,meliputi:
·
Manajemen kurikulum
·
Manajemen pembelajaran
·
Manajemen evaluasi
5)
Berdasarkan komponen pendidikan
·
Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa
·
Manajemen penelitian dan pengembangan
·
Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat
·
Manajemen personal
·
Manajemen sarana dan prasarana
·
Manajemen media dan sumber belajar
·
Manjemen keuangan
6)
Berdasarkan lingkup penyelenggaraan
·
Manjemen Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
·
Manajemen pendidikan luar sekolah
·
Manajemen pendidikan dasar
·
Manajemen pendidikan menengah
·
Manajemen pendidikan tinggi
·
Manajeman pendidikan lingkup dinas
B.
Komponen-Komponen Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas,
komponen-komponen proses pendidikan termasuk salah satu bidang kajian dalam penelitian
pendidikan.
1. Interaksi Pendidikan
Kegiatan pendidikan diarahkan kepada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan tersebut merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan perkembangan
potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi pesertadidik. Tujuan pendidikan
minimal diarahkan kepada pencapaian empat sasaran, yaitu:
a.
pengembangan segi-segi kepribadian,
b.
pengembangan kemampuan kemasyarakatan,
c.
pengembangan kemampuan melanjutkan studi, dan
d.
pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja (Syaodih, 2005: 24).
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
berintikan interaksi antara pesertadidik dengan para pendidik serta berbagai
sumber pendidikan. Interaksi antarapeserta didik dengan pendidik dan
sumber-sumber pendidikan tersebut dapatberlangsung dalam situasi pergaulan
(pendidikan), pengajaran, latihan, sertabimbingan. Situasi pergaulan pendidikan
tersebut biasa disebut pergaulan edukatif.Dalam pergaulan antara peserta didik
dengan para pendidik yang dikembangkanterutama segi-segi afektif: nilai-nilai,
sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan,dan lain-lain.Interaksi
edukatif yang terjadi dalam proses pendidikan atau prosespembelajaran peserta
didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untukmenjapai tujuan yang diharapkan.
Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksiedukatif ini ibarat jembatan
bagi proses pembelajaran peserta didik. Pencapaiantujuan pendidikan, terutama pencapaian tujuan
pembelajaran.
2. Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa
menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan
tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya yaitu peserta didik, masyarakat
dan pekerja sekaligus. Proses pendidikan diarahkan pada peningkatan penguasaan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam
rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini
dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi,
sebagai siswa, karyawan, profesional maupun warga masyarakat. Sasaran dan
perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada yang baik.
Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian
tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik
ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu diarahkan kepada kemaslahatan
dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat. Karena tujuannya positif maka
proses pendidikannya juga harus positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang
normatif tidak mungkin dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula.
Oleh karena itu kepada guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu berbuat,
berperilaku, berpenampilan sesuai dengan norma-norma yang ada.
3. Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam
suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup
lingkungan fisik, sosial, politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai.
Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia,
yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga
hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari
lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan
kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan
yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat
proses pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan
pergaulan antar manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta
orang-orang lainnya terlibat dalam pendidikan dan terjadinya komunikasi dalam
bentuk pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun
pembelajaran antara pihak yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi
pendidikan (interaksi edukatif) Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan”
dalam proses pendidikan atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam
interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik
(guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi misalnya, meliputi
karakteristik fisik, seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka,
gerak-gerik, dan dan karakteristik psikhis seperti sifat sabar atau gampang
marah (temperamen), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain, serta kemampuan
intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain. Corak pergaulan dalam
berbagai latar keragaman sosial dan budaya masyarakat turut memberikan warna
pergaulan dan dalam melakukan pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi
sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan yang bersahabat akan
memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat, sebaliknya corak
pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan bahkan
mempengaruhi sifat-sifat pribadi.
Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia
menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu.
Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan
nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat
tertentu, misalnya kelompok etnis, sebagai kelompok sosial memiliki budaya
tertentu pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara peserta
didik dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh
jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan
budayanya, lingkungan intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan
peserta didik. Lingkungan intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar
yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini
mencakup perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran,
perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas
pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. Lingkungan pendidikan lain yang
turut mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau
pelaku pendidikan yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan
keagamaan. Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola
kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai
keagamaan. Sedangkan lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut menata
kehidupan nilai bagi individu, kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut
lingkungan nilai. Yang termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai
kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai
keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu.
Lingkungan-lingkungan tersebut akan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali disebut
sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan
latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat anak
diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali.
Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan
dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan
masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan
pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke
masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya
air dari sumber yang jernih akan mengalirkan air yang jernih pula.
Diantara aspek-aspek kehidupan dalam
keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama,
pendidikan, menempati kedudukan yang paling sentral dalam kehidupan keluarga,
sebab ada kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin
melestarikan keturunannya, dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-cita
orangtua tentang anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah
sekolah. Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, (dalam keluarga bersifat
informal). Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang diberikan di sekolah,
merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi
tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap
penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber dari disiplindisiplinilmu atau
permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakatyang bersumber dari
bidang-bidang ilmu pendidikan.
Selain dalam kedua lingkungan tersebut,
peserta didik juga mendapatpengaruh dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat
yang merupakan lingkunganketiga. Dalam masyarakat, peserta didik menghadapi dan
mempelajari hal-hal yanglebih nyata dan praktis, terutama yang berkaitan erat
dengan problema-problemakehidupan. Di masyarakat para peserta didik juga
dituntut dan berusaha menerapkanapa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga
dan sekolah, tetapi setelah selesaimasa pendidikan, maka mereka masuk ke
lingkungan masyarakat dengan status yanglain, yang menunjukkan tingkat
kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi.Dalam lingkungan masyarakat
pendidikannya lebih bersifat terbuka, artinya pesertadidik menjumpai berbagai
sumber dan bahan belajar yang mencakup aspek-aspekkehidupan. Bahan yang
dipelajari tersebut berasal dari sumber belajarnya secaralangsung maupun
melalui media belajar yang ada dalam lingkungannya, baik mediamassa (media
cetak dan media elektronika). Dalam lingkungan masyarakat,
metodepembelajarannya mencakup semua bentuk interaksi dan komunikasi antar
orang baiksecara langsung atau tidak langsung, menggunakan media cetak, ataupun
elektronika.
4. Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan
hidup, dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan
perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini
disebut pergaulan pendidikan.
Pergaulan pendidikan antara peserta didik
dengan pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari, dalam situasi
pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan pendidikan bisa
berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan keluarga
(pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-anak dalam
kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat).
Dalam pergaulan pendidikan proses
pengembangan berlangsung secara informal, alamiah, dan mungkin juga tidak
disadari, walaupun dari sisi pendidik seharusnya selalu disadari. Syaodih
(2005) mengatakan bahwa proses pendidikan dalam situasi pergaulan berlangsung
melalui percontohan. Para pendidik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan,
perbuat, dan berikan. Pendidikan diberikan dengan “seluruh penampilan
pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik perlihatkan kepada para peserta
didik, termasuk hal-hal yang kurang baik atau tidak mendidik. Inilah yang
disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan pendidikan, para
pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin ditumbuhkan dan
dikembangkan pada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan para
pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.
C.
Karakteristik Penelitian Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara
mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara
tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang obyektif karena dibentengi
dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya
demikian atau apa sebab adanya demikian.
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan
dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan
fenomena-fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang
dilakukan oleh siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan
umum tentang hubungan di antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap
disiplin ilmu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik
disiplin ilmunya. Sains umpamanya banyak menggunakan metode eksperimen, sedang
antropologi menggunakan metode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan
metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu bisa menggunakan metode
eksperimen, tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji
dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembanganya.
Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif
maupun kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis dasar
filosofis, psikologis, sosiologis-antropologi, konsep dan analisis historis.
Dari penelitian demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan
asumsi yang ada, dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang
baru. Penelitian-penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep
digolongkan sebagai penelitian dasar (basic research).
Penelitian dapat dilakukan dengan baik
terhadap ilmu manapun terhadap praktik pendidikan. Ada enam karakteristik
penelitian pendidikan menurut McMillan dan Schumacher (2001:11-13), yaitu:
1. Objektivitas.
Penelitian harus memiliki objektivitas (objectivity)
baik dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai melalui
keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan
dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga
menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan yang
dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2. Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat
ketepatan (precision), secara teknis instrumen pengumpulan datanya harus
memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian,
pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif,
hasilnya dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki
sifat reflektif dan tingkat komparasi yang konstan.
3. Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti
dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.
Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian
kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan,
pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan
sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
4. Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan
tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang
ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang
kompleks ke dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian kualitatif penjelasan
singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif
berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
5. Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan
empiris yang kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis.
Dalam penelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang
diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan
berdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntut
penghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berarti
membuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkan atas
kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperoleh dari
penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat.
Angka, print out, catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dan dokumen
sejarah adalah data dalam penelitian
6. Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran
logis. Penalaran merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika
deduktif daninduktif. Penalaran deduktif, penarik kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila
premisnya benar, maka kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif dapat
mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah)
yang ada. Dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan
hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),
kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi
oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.
D. Jenis-Jenis Penelitian Pendidikan
Secara garis besar, penelitian dibedakan dari
beberapa aspek bagaimana suatu bentuk penelitian dilihat dan dibedakan.
Beberapa aspek tersebut meliputi: aspek tujuan, aspek metode, dan aspek kajian.
Berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian,
yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Keduanya memiliki
asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Dalam unit ini membahas
jenis-jenis penelitian pendidikan yang akan menyajikan dua pendekatan
penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
1.
Penelitian Kuantitatif
McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan
membedakannya antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan
noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif
interaktif dan noninteraktif.
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat
positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed,
stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaa individual. Realita terdiri
atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan
menggunakan instrumen. Maksimalisasiobjektivitas desain penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan
percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan ke
dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:
deskriptif survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian
tindakan.
a. Penelitian Noneksperimental
Beberapa metode penelitian yang biasa dipakai
dalam penelitian pendidikan, berdasarkan pendekatannya yang termasuk dalam
kelompok metode penelitian kuantititaif noneksperimental, meliputi:
1)
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada
saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan
sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam
tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian
perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada
yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross
sectional atau dalam potongan waktu. Penelitian longitudinal dalam
perkembangan kemampuan berbahasa, meneliti perkembangan tersebut dimulai dari masa
bayi sampai dengan adolesen. Dalam penelitian cross sectional, meneliti
perkembangan kemampuan berbahasa pada masing-masing tahap umpamanya masa: bayi,
anak kecil, anak sekolah, remaja, dan adolesen dilakukan secara bersamaan.
2)
Penelitian Survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi
berbentuk opini darisejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu.
Ada tiga karakteristikutama dari survai:
·
Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untukmendeskripsikan
beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan,sikap,
kepercayaan, pengetahuan dari populasi,
·
Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis
walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi,
·
Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
Tujuan utama survai adalah mengetahui
gambaran umum karakteristik daripopulasi. Pada dasarnya yang ingin dicari
peneliti adalah bagaimana anggota darisuatu populasi tersebar dalam satu atau
lebih variabel, seperti usia, etnis, jeniskelamin, agama, dll. Seperti halnya
metode deskriptif, survai juga ada yangbersifat longitudinal dan juga cross
sectional. Survai longitudinal digunakanuntuk mengumpulkan
informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktuyang cukup panjang. Cross
sectional mengumpulkan informasi dalam satuperiode waktu tertentu yang
relatif lebih pendek.
3)
Penelitian Ekspos Fakto
Penelitian ekspos fakto (expost facto
research) meneliti hubungan sebabakibatyang tidak dimanipulasi atau diberi
perlakuan (dirancang dandilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan
sebab-akibat dilakukan terhadapprogram, kegiatan atau kejadian yang telah
berlangsung atau telah terjadi.Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas
kajian teoritis, bahwa sesuatuvariabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh
variabel tertentu ataumengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya pelatihan
meningkatkanpengetahuan atau kemampuan para peserta, gizi yang cukup pada waktu
ibuhamil menyebabkan bayi sehat, koperasi yang sehat dapat
meningkatkankesejahteraan para anggota-anggotanya.Penelitian ekspos fakto mirip
dengan penelitian eksperimental, tetapi tidakada pengontrolan variabel, dan
biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian inidapat dilakukan dengan baik,
dengan menggunakan kelompok pembanding.Kelompok pembanding dipilih yang memiliki
karakteristik yang sama tetapimelakukan kegiatan, program, atau mengalami
kejadian yang berbeda.
4)
Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah
antara dua atau lebih daridua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel
yang diteliti. Dalampenelitian inipun tidak ada pengontrolan variabel, maupun
manipulasi/perlakuandari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah,
peneliti mengumpulkan datadengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur.
Hasilnya dianalisissecara statistik untuk mencari perbedaan di antara
variabel-variabel yang diteliti.Penelitian komparatif juga dapat memberikan
hasil yang dapat dipercaya, selainkarena menggunakan instrumen yang sudah
diuji, juga karena kelompokkelompokyang dibandingkan memiliki karakteristik
yang sama atau hampirsama.
5)
Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui
hubungan suatu variabel denganvariabel-variabel lain. Hubungan antara satu
dengan beberapa variabel laindinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
keberartian (signifikansi)secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel
atau lebih, tidak berartiadanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu
variabel terhadapvariabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi
dalam suatu variabelberhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel lainnya.
Korelasi negatifberarti nilai yang tinggi dalam satu variabel berhubungan
dengan nilai yangrendah dalam variabel lain.
6)
Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan
penelitian yang diarahkanpada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan.
Guru-guru mengadakanpemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam
kelas, kepala sekolahmengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
Penelitian inidifokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil
kegiatan guru danprestasi belajar siswa. Penelitian tindakan juga biasa
dilakukan dengan memintabantuan seorang konsultan atau pakar dari luar.
Penelitian tindakan demikiandiklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif
atau collaborative actionresearch (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger,
1996). Penelitian tindakan kolaboratifselain diarahkan kepada perbaikan proses
dan hasil juga bertujuan meningkatkankemampuan para pelaksana, sebab penelitian
kolaboratif merupakan bagian dariprogram pengembangan staf.
7)
Penelitian dan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan (Research
and Development/R&D)ada yang memasukkannya ke dalam pendekatan
penelitian kuantitatifnoneksperimental dan sebagai metode penelitian
eksperimental. Penelitian danpengembangan (Research and Development) ini
berawal dari industry-basedevelopment model, yang digunakan sebagai
prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas.
Dalam pengembanganpendidikan kadang-kadang disebut research base development
muncul sebagaistrategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Lebih khususdikemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, penelitian
dan pengembanganyang disingkat R & D adalah suatu proses yang
digunakan untukmengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta
menemukanpengetahuan-pengetahuan baru melalui “base research” (Borg dan
Gall, 2003:569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan
gunameningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuanpenelitian
dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untukmeningkatkan
kenerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melauipembelajaran dalam bentuk
penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & Dini dapat digunakan
untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran,instrumen evaluasi,
model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan,manajemen, pembinaan
staf, dan lain-lain.Kegiatan pengembangan dilakukan melalui beberapa kali uji
coba, dengansampel terbatas dan sampel lebih luas. Pengujian produk dilakukan
denganmengadakan eksperimen.
b. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian
yang paling murni kuantitatif. Mengapa dikatakan paling murni, karena semua
prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode
ini. Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa
juga dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan
prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap
hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat validation,
yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain.
Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent
variables), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel
terikat (dependent variables).Karena penelitian ini bersifat menguji,
Syaodih (2003) menjelaskan bahwasemua variabel yang diuji harus diukur dengan
menggunakan instrumen pengukuranatau tes yang sudah distandarisasikan atau
dibakukan. Pembakuan instrumen danpengolahan datanya diolah dan dianalisis
dengan menggunakan analisis statistikinferensial-parametrik.
Ada beberapa variasi dari penelitian
eksperimental, yaitu: eksperimen murni,eksperimen kuasi, eksperimen lemah, dan
subjek tunggal.
1)
Eksperimen Murni
Eksperimen murni (true experimental)
sesuai dengan namanya merupakanmetode eksperimen yang paling mengikuti prosedur
dan memenuhi syarat-syarateksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut,
terutama berkenaan denganpengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian
perlakuan atau manipulasikegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen
murni, kecuali variabelindependen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel
dependen, semuavariabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang
sama). Padakelompok eksperimen (variabel yang akan diuji akibatnya) diberi
perlakuankhusus. Sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau
perlakuanyang biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan
perlakuaneksperimen. Dalam eksperimen murni (demikian juga dengan bentuk
eksperimenlainnya) pengujian atau pengukuran (tes) dilakukan dengan
menggunakaninstrumen atau tes baku atau sudah dibakukan.
2)
Eksperimen Semu
Metode eksperimen semu (quasi experimental)
pada dasarnya sama denganeksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan
variabel, yaitu terhadapvariabel yang dipandang paling dominan. Dalam
eksperimen tentang pengaruhmetode pembelajaran. Misalnya, pemecahan masalah
terhadap kemampuanberpikir para siswa SMA, pengembangan berpikir adalah
kecerdasan atauintelegensi dianggap sebagai variabel yang paling dominan, maka
variabeltersebut yang dikontrol atau disamakan meskipun tidak sepenuhnya
disamakantetapi dipasangkan.
3)
Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental)
merupakan metode penelitianeksperimen yang desain dan perlakuannya seperti
eksperimen tetapi tidak adapengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan
namanya, eksperimen inisangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu
sebaiknya tidak digunakan untukpenelitian tesis dan disertasi, juga skripsi
sebenarnya. Metode ini hanya untuklatihan-latihan perkuliahan yang hasilnya
tidak digunakan baik untukpengambilan keputusan, penentuan kebijakan maupun
pengembangan ilmu.
4)
Eksperimen Subjek Tunggal
Dalam penelitian kita tidak selalu bisa
bekerja dengan kelompok, baikkelompok individu, kelas, institusi maupun
organisasi. Eksperimen subjektunggal (single subject experimental),
merupakan eksperimen yang dilakukanterhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan
eksperimen subjek tunggal, variasibentuk eksperimen murni, kuasi, atau lemah
berlaku. Eksperimen subjek tunggalyang baik minimal menggunakan kuasi, tetapi
kalau untuk latihan kuliah,eksperimen lemah juga dapat digunakan.
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian
kualitatif berangkat dari filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan
itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan
pengalaman sosial. “Reality is multilayer, interactive and ashared social
experience interpretation by individuals” (McMillan and Schumacher, 2001).
Berbeda dengan pandangan Lincoln dan Guba (1985) melihat penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari
paradigma naturalistik, bahwa “kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti dan
yang bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk
secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan
akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba
memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.m Dari dua
pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran,
orang secara individual maupun kelompok, berguna untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian
kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahan permasalahan
muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.
Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama,
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil
wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Penelitian kualitatif tidak berangkat dari dan untuk menguji teori, tetapi
membangun teori, meskipun demikian mustahil peneliti kualitatif tidak
memerlukan teori. Dalam konteks ini, fungsi teori dalam suatu kerja penelitian
kualitatif digunakan untuk “menjelaskan atau mengklarifikasi” kecenderungan
fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran, subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan,
yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and to explain).
Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa
penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi
penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya adalah memberikan eksplanasi (kejelasan)
tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi
partisipan.
Metode kualitatif secara garis besar
dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan kualitatif noninteraktif.
Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik
pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti
menginterpretasikan fenomena-fenomena yang memiliki makna pada subyek yang
diteliti. Para peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks dan
menyeluruh dengan deskripsi detil dari kacamata para informan di lapangan.
a. Kualitatif Interaktif
Ada enam macam metode kualitatif interaktif,
yaitu metode etnografik biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi,
metode fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan, teori
dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal
digunakan dalam berbagai bidang ilmu, metode-metode interaktif ini bisa
difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi, studi
kasus, teori dasar, dan studi kritikal, bisa juga berfokus pada masyarakat dan
budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.
1)
Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies)
mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem.
Dalam pendidikan dan kurikulum difokuskan pada salah satu kegiatan inovasi
seperti pelaksanaan model kurikulum terintegrasi, berbasis kompetensi, pembelajaran
kontekstual, dsbnya. Proses penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan
dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah
dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta
mengumpulkan dokumendokumen dan benda-benda (artifak). Meskipun makna budaya
itu sangat luas tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola
kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup. Hasil akhir
penelitian bersifat komprehensif, suatu naratif deskriptif yang bersifat
menyeluruh disertai interpretasi yang mengintegrasikan seluruh aspekaspek
kehidupan dan menggambarkan kompleksitas kehidupan tersebut. Beberapa peneliti
juga melakukan penelitian mikro etnografi, penelitian difokuskan pada salah
satu aspek saja.
2)
Studi Historis
Studi historis (historical studies)
meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah
direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer kesaksian dari pelaku
sejarah yang masih ada, kesaksian tidak disengaja yang tidak dimaksudkan untuk
disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan
sejarah, dan kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen. Penelitian
historis menggunakan pendekatan, metode dan materi yang mungkin sama dengan
penelitian etnografis, tetapi dengan fokus, tekanan dan sistematika yang
berbeda. Beberapa peneliti juga menggunakan pendekatan dan metode ilmiah
(positivistis) seperti mengadakan pembatasan masalah, perumusan hipotesis,
pengumpulan dan analisis data, uji hipotesis, pengumpulan dan analisis data,
uji hipotesis dan generalisasi, walaupun sudah tentu dalam
keterbatasan-keterbatasan tertentu. Salah satu ciri khas dari penelitian
historis adalah periode waktu: kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilainilai,
kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.
3)
Studi Fenomenologis
Enomenologi mempunyai dua makna, sebagai
filsafat sain dan sebagaimetode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis mencoba mencari arti daripengalaman dalam
kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengankonsep, pendapat,
pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadapsituasi atau
pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitianfenomenologis
adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensialatau mendasar
dari pengalaman hidup tersebut.
Penelitian dilakukan melalui wawancara
mendalam yang lama denganpartisipan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap-sikap
informan terhadappengalaman hidup subyek sehari-hari diperoleh dengan
menggunakanwawancara.
4)
Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan
satu penelitian yang dilakukanterhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini
dapat berupa program, kegiatan,peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat
oleh tempat, waktu, atau ikatantertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian
yang diarahkan untuk menghimpundata, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari
kasus tersebut. Kasussama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan
untuk memperolehkesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku
untuk kasustersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik
sendiri yangberbeda dengan kasus lainnya.Suatu kasus dapat terdiri atas satu
unit atau lebih dari satu unit, tetapimerupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu
orang, satu kelas, satu sekolah,beberapa sekolah tetapi dalam satu kantor
kecamatan, dsbnya. Dalam studi kasusdigunakan beberapa teknik pengumpulan data
seperti wawancara, observasi, danstudi dokumenter, tetapi semuanya difokuskan
ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.
5)
Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering disebut
juga penelitian dasar atau teoridasar (grounded theory) merupakan
penelitian yang diarahkan pada penemuanatau minimal menguatkan terhadap suatu
teori. Penelitian dilakukan denganmenggunakan pendekatan kualitatif. Walaupun
penelitian kualitatif memberikandeskripsi yang bersifat terurai, tetapi dari
deskripsi tersebut diadakan abstraksiatau inferensi sehingga diperoleh
kesimpulan-kesimpulan yang mendasar yangmembentuk prinsip dasar, dalil atau
kaidah-kaidah. Kumpulan dari prinsip, dalilatau kaidah tersebut berkenaan
dengan sesuatu hal dapat menghasilkan teori baru,minimal memperkuat teori yang
telah ada dalam hal tersebut.Penelitian dasar (grounded research)
dilaksanakan dengan menggunakanberbagai teknik pengumpulan data, diadakan
cek-recek ke lapangan, studipembandingan antar kategori, fenomena dan situasi
melalui kajian induktif,deduktif, dan verifikasi sampai pada titik jenuh. Pada
titik ini peneliti memilihmana fenomena-fenomena inti dan mana yang tidak inti.
Dari fenomena-fenomenainti tersebut dikembangkan “alur konsep” serta “matriks
kondisi” yangmenjelaskan kondisi sosial dan historis dan keterkaitannya dengan
fenomenafenomena.
6)
Studi Kritis
Model penelitian ini berkembang dari teori
kritis, feminism, ras, danpascamodern, yang bertolak dari asumsi bahwa
pengetahuan bersifat subjektif.Para peneliti kritis memandang bahwa masyarakat
terbentuk oleh orientasi kelas,status, ras, suku bangsa, jenis kelamin, dll.
Peneliti feminis dan etnis memusatkanperhatiannya pada masalah-masalah jender
dan ras, sedang peneliti pascamoderndan kritis memusatkan pada institusi sosial
dan kemasyarakatan. Dalampenelitian kritis, peneliti melakukan analisis
naratif, penelitian tindakan, etnografikritis, dan penelitian feminisme.Ada hal
yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian kritis. Pertama,penelitian-penelitian
kritis tidak bersifat diskrit, meskipun masing-masing punyaimplikasi
metodologis. Model studinya berbeda dalam tujuan, peranan teori,teknik
pengumpulan data, peranan peneliti, format laporan dan narasinya,meskipun juga
ada yang tumpang tindih.
Kedua, penelitian kritis menggunakanpendekatan
studi kasus, kajian terhadap suatu kasus (kasus tunggal), kajian yangbersifat
mendalam yang berbeda dengan kajian eksperimental atau kajian lain yangbersifat
generalisasi maupun pembandingan. Dalam penelitian kualitatif, kasusadalah
suatu kesatuan kasus atau fenomena, yang diteliti secara mendalam dan utuh.
b. Penelitian Non interaktif
Penelitian noninteraktif (non interactive
inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian
berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak
menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi dengan sumber data
manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.
Ada tiga macam penelitian analitis atau studi
noninteraktif, yaitu analisis:konsep, historis, dan kebijakan.
Yang pertama, analisis konsep,
merupakan kajianatau analisis terhadap konsep-konsep penting yang
diinterpretasikan pengguna ataupelaksana secara beragam sehingga banyak
menimbulkan kebingungan, umpamanya:cara belajar aktif, kurikulum berbasis
kompetensi, wajib belajar, belajar sepanjanghayat dan lain-lain.
Kedua, analisis historis menganalisis data
kegiatan, program, kebijakan yangtelah dilaksanakan pada masa yang lalu.
Penelitian ini lebih diarahkan kepadamenganalisis peristiwa, kegiatan, program,
kebijakan, keterkaitan dalam urutanwaktu.
Ketiga, analisis kebijakan menganalisis berbagai
dokumen yang berkenaandengan kebijakan tertentu, kebijakan otonomi daerah dalam
pendidikan, ujian akhirsekolah, pembiayaan pendidikan, dsbnya. Pengkajian
diarahkan untuk menemukankedudukan, kekuatan, makna dan keterkaitan
antardokumen, dampak, dankonsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dari
kebijakan tersebut. Penelitiankebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan
yang lalu atau yang berlakusekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti
formulasi kebijakan, sasarannya siapasiapasaja, (2) menguji pelaksanaan suatu
program terkait dengan sesuatu kebijakan,dan (3) menguji keefektivan dan
keefisienan kebijakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep
dan teori sehingg dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied
research. Selain penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan, juga
dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanan atau keberhasilan suatu sistem,
ketepatan penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen
pembelajaran.
Komponen-komponen
proses pendidikan yang termasuk dalam ruang lingkup dan kajian pendidikan,
meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan
pergaulan pendidikan. Dari segi teori, ilmu dan segi praktiknya, penelitian
pendidikan mencakup kajian ilmu dan praktik pendidikan, ilmu dan praktik
kurikulum, ilmu dan praktik pembelajaran, ilmu dan praktik bimbingan dan
konseling, segi ilmu dan praktik manajemen pendidikan. Penelitian bidang ilmu
pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan
sebagai penelitian dasar (basic research). Penelitian tersebut dapat
dilakukan secara kuantitatif, ekperimental atau noneksperimental. Tujuan akhir
suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah.
Ada
tujuh karakteristik penelitian pendidikan yaitu: (1) objektivitas; (2)
ketepatan; (3) verifikasi; (4) penjelasan ringkas; (5) empiris; (6) penalaran
logis; dan (7) kesimpulan kondisional. Penelitian terhadap ilmu pendidikan
mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep termasuk sejarah
perkembangannya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif
maupun kuantitatif.
Secara
garis besar jenis penelitian itu dibedakan dua macam pendekatan penelitian,
yaitu penelitian kuantitatif dan peneloitian kualitatif. Keduanya memiliki
asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Penelitian
kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang bertolak dari asumsi bahwa
realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan dan
perasaanperasaa individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah
satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen. Sedangkan
penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, dan paradigma
naturalistik, yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan
menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial, suatu kesatuan terbentuk
secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan
akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba
memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya.
Beberapa
metode penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:
deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian
tindakan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu menggambarkan dan
mengungkap (to describe and to explain). Memberikan deskripsi tentang
situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya. Tujuan lainnya
adalah memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa
dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggoro, Toha.2008.Materi
PokokMetodePenelitianPendidikan.Jakarta: Universitas Terbuka.
Aunurrahman,dkk.2009.PenelitianPendidikan SD 4 sks.Jakarta:DirektoratJenderalPendidikanTinggiDepartemenPendidikanNasional.
Kountur, Rony.2007. MetodePenelitian.Jakarta:
PPM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar